"HAN JISUUUUNG! Kok kamu yang makan sih bubur bayinya Rayan?!" Omel Felix.
Salah besar meminta suaminya yang kewarasannya sudah diambang batas normal jika bangun tidur itu, untuk menggantikannya menyuapi anak mereka yang belum bisa makan semdiri itu.
Itu juga jika bukan gara-gara tukang sayur langganan Felix yang hampir pergi, Felix tak akan membangunkan suaminya yang baru pulang ke rumah sehabis subuh setelah menyelesaikan projek lagu garapannya itu untuk menyuapi Rayan.
Bubur bayi yang disedunya tadi kini sudah tandas dimakan suaminya. Sementara Rayan, anak mereka menatap Ayahnya dengan tatapan berkaca.
"Huks, huks, huwaaaaaaa"
"Eh? Loh? Kok Rayannya nangis sih Bun? Huks, huks, Rayan.. jangan nangis.."
Jisung meletakkan sembarangan mangkuk bayi Rayan lalu menarik pundak kecil anak semata wayangnnya. Kini, ayah dan anak itu menangis berdempetan.
Felix tak bisa menahan diri untuk tak memukul dahinya sendiri melihat kelakuan suaminya. Padahal, rencananya Felix ingin menghabiskan seharian ini dengan perasaan damai dan tenang. Tapi sepertinya, ia harus ubah rencana.
Hari ini akan ia habiskan harinya mengurus dua bayi beda umur yang mengawali harinya dengan tangis penuh drama mereka.
***
"Haaan! Geseran ih!" Felix bergerak menggeser badannya yang kegerahan.
"Heeemmm" rengek Jisung yang justru semakin mendusel ke istrinya.
Disisi lainnya Felix, Rayan duduk dengan sepotol susu dimulutnya. Masih marah dia dengan ayahnya setelah dengan tak tau dirinya, ayahnya menghabiskan sarapannya.
Korbannya, tentu saja Felix. Dua bayi beda usia itu berebut dirinya. Rayan tentu saja tak mau pisah dengan bundanya. Juga Jisung yang tak mau dipisah dengan istrinya.
"Iiiiiiih!" Teriak protes Rayan begitu tangan Jisung tak sengaja mengenai lengan kecilnya.
"Bun, tuh bun! Rayan marahin ayah bun!" Adu Jisung setengah merengek.
Felix mengehela nafas kesalnya lalu menyentakan tangan suaminya yang mengalung diperutnya. Seketika, Felix bangun dari tengah-tengah ayah dan anak itu. Membuat suami dan anaknya kini saling duduk menyender satu sama lain.
"His! Apa sih kalian ini! Sana ke Alfa sana! Beli eskrim aja dari pada ngambekan begini!" Usir Felix.
Felix meninggalkan anak dan suaminya itu masuk ke kamar. Tak lupa, Felix mengunci kamar agar Jisung tak menyusul ke kamar.
Jika mulai saling ngambek begini, hanya satu caranya. Membiarkan mereka berdua. Sepeti biasanya.
***
Jisung melirik bayi mungil disebelahnya yang acuh padanya. Masih terlalu asik Rayan dengan botol susunya yang sekarang sudah kosong.
Jari telunjuk Jisung menekan paha kecil Rayan, mencari perhatian anaknya. Rayan merasa ada benda asing yang menusuk pahanya, hanya melirik sesaat ayahnya lalu kembali asik dengan botolnya.
"Yan" panggil Jisung.
Rayan diam. Masih ngambek ia dengan ayahnya masalah bubur bayi tadi pagi.
"Rayaaan" panggil Jisung kedua kalinya.
Rayan hanya melirik sekejap lalu kembali asik dengan botolnya.
"Huks, huks, Rayan kok diemin ayah sih? Rayan udah nggak sayang ayah ya? Huks..."
Rayan menoleh. Menatap Jisung datar. Mengerjapkan mata bayinya empat kali. Lalu...
"Huks, huks, HUWAAAAAAAAA!"
Rayan meraih-raih tali hoodie ayahnya. Badan gembulnya memanjat ke pangkuan Jisung. Meninggalkan botolnya yang kini terguling terlupakan di bawah sofa.
"Rayaaaaan" Jisung meraih badan mungil anaknya. Memeluknya dengan kencang.
Keduanya menangis kencang. Membuat Felix pening didalam kamar. Tapi sedetik kemudian, tawanya pecah saat rapalan Jisung terdengar dari luar kamar.
"Rayan, maafin ayah ya. Huks, ayah udah rakus makan bubur bayi Rayan. Huks, habis Om Chan lupa nggak beliin jatah burger Ayah kemarin. Makanya Ayah lapar. Terus tadi makan bubur Rayan nggak sengaja. Tapi sampai habis. Huks, huks, maaf Rayaaan, huwaaaaaa"
"HUWAAAAAAAA"
Rayan yang tak tau apa yang diucapkan ayahnya hanya ikut membantu menangis. Seolah dengan tangisnya, bisa membuat perasaan ayahnya jadi lebih baik.
"Rayan, cup dong. Ayah sedih denger Rayan nangis, huks... Feliiiix, Rayan nangis, huks, Feeeellll.. Buuuuun.. buka pintunya dong, huks..."
Dengan tawa yang madih belum reda, Felix membua pintu kamar mereka. Tawanya kembali pecah saat melihat wajah anak dan suaminya yang berlinang air mata bercampur ingus.
"Huks.. Feeeel..."
"Hahaha, apa sih kalian ini drama banget!" Felix mendudukan dirinya di karpet bawah sofa.
Kompak, Jisung dan Rayan ikut turun dari sofa lalu memeluknya di kanan dan kiri. Membuat Felix lagi-lagi tertawa melihat tingkah suami dan anaknya yang sama-sama cengeng.
"Duuuh, sayang-sayang ku ini! Udah dong nangisnya! Nggak enak kalo didenger tetangga, ih!"
Felix mengusap wajah anaknya yang kini memeluknya erat, lalu mengusap wajah uspanya yang menyandarkan wajahnya di pundaknya.
"Kamu udah dong, yah nangisnya! Ish! Udah punya anak satu juga masih aja ceneng!"
"Hheeem! Cium!" Rengek Jisung.
"Dih!"
"Rayan, minta Bunda cium kita dong!" Hasut Jisung pada anaknya.
"Dih! Apaan!"
"Ciuuum, Buuuun! Ciuuum!"
"Ish!"
Cup!
Cup!
Pada akhirnya, Felix mendaratkan masing-masing satu kecupan di pipi dua kesayangannya. Hitung-hitung hadiah cuma-cuma untuk mereka berdua. Tak salah, kan.
***
**
*
*Senaorin*
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!