LIBRARY

4.2K 460 124
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

Brug!

Felix menoleh cepat ke arah deretan tengah rak buku bersama beberapa pasang mata pengunjung lainnya yang penasaran dengan suara gaduh yang berasal dari saah satu baris rak buku. Mata bulat Felix menemukan seorang yang sedang berjongkok dikelilingi buku-buku tebal disampingnya yang jatuh berantakan.

Felix berdiri dari mejanya lalu menghampiri seseorang yang kini menjadi pusat perhatian semua pengunjung perpustakaan kota.
Tanpa diminta, tangan kecil Felix memunguti satu persatu buku yang masih berserakan. Setelahnya, Felix memberikan tiga tumpuk buku berukuran lumayan tebal pada lelaki didepannya.

"Te... terimakasih" bisik lelaki berbehel didepannya. Lelaki itu melarikan pandangannya ke bawah, seperti tak berani menatap Felix.

"Hati-hati lain kali" Felix tersenyum lembut melihat raut takut dari lelaki didepannya.

Setelah memastikan tak ada lagi buku yang jatuh bercecer, Felix kembali ke tempat duduknya dan melanjutkan kegiatan merangkum tugas kuliahnya yang tertunda.

Tanpa disadarinya, lelaki berbehel itu menatap Felix dengan senyum manis dan tatapan lembutnya.

***
**
*

Tangan kecil Felix memainkan tetesan air hujan yang turun dari kanopi perpustakaan. Sesekali ia juga membenarkan letak tas punggungnya yang melorot karna buku-buku yang Felix bawa.

Felix suka hujan. Jadi, tak masalah baginya jika harus menunggu hujan reda berapapun lamanya. Sebenarnya, bisa saja sih ia menelfon kakaknya, Chan, untuk menjemputnya. Tapi ia tak ingin mengganggu acara kencan Chan dengan kasur kesayangannya.

Chan itu sangat sibuk. Dia yang menggantikan tugas Papa mereka yang sudah meninggal dua tahun yang lalu, menjadi CEO di usianya yang sangat muda. Chan juga bahkan mengorbankan mimpinya pada musik. Makanya, Felix tak ingin membuat Chan semakin kesusahan karenanya.

"Ini!" Se-cup coklat panas yang asapnya masih mengepul menggantung didepan Felix.

Felix menoleh kesamping. Ah, lelaki perpustakaan. Felix menerimanya dengan senang hati.

Hidung lucu Felix bisa mencium aroma manis dari coklat dan kayu manis yang bercampur dengan bau hujan saat tangannya mendekatkan cup coklat ke hidungnya. Matanya terpejam saat rasa manis dan pahit coklat panas mengalir di mulutnya lalu melewati tenggorokannya. Badan Felix yang sebenarnya sudah menggigil kedinginan, kini menghangat kembali.

"Terimakasih" ucap Felix tulus pada lelaki yang tadi ia tolong.

"Kenapa tak menunggu didalam saja? Sepatu mu sudah basah terkena air hujan" ucap si lelaki berbehel.

Felix dan lelaki berbehel itu sama-sama menatap sepatu Felix yang sudah setengah basah. Melihat sepatu putihnya kini sudah berubah warna sedikit kecoklatan karena cipratan air hujan, tak melunturkan senyum manis Felix sedikitpun.

"Aku suka disini. Disini aku bisa main air hujan" Felix terkekeh kecil dengan jawabannya sendiri yang terdengar kekanakan.

"Seperti anak-anak saja" balas lelaki itu mengikuti kekehan lucu Felix. Jika dilihat, mereka seperti dua teman lama yang sedang mengobrol. Padahal, mereka sama-sama tak mengenal satu sama lain.

"Jadi, nama mu?" Felix menolehkan kepalanya ke lelaki disebelahnya.

"Jeongin. Aku pegawai perpustakaan kota ini yang baru" ucap lelaki yang bernama Jeongin itu.

"Ooh.. jadi bibi Jung sudah menemukan pengganti Seungmin yah? Ku fikir kau pengunjung tadi" Felix mengangguk-anggukkan kepalanya lucu dengan bibir yang sedikit terbuka yang diam-diam membuat Jeongin gemas sendiri melihatnya.

"Aku adik Seungmin hyung" ucap Jeongin diikuti kekehan lucunya. Ia bisa melihat wajah terkejut Felix yang sangat kentara sekali.

"Benarkah? Wah, jadi kau menggantikan kakak mu sendiri?" Tanya Felix yang sangat antusias.

Ia kenal baik dengan Seungmin, pegawai lama perpustakaan kota ini yang kini sudah berhenti bekerja karena sedang mengurus persiapan skripsinya. Dia lelaki yang pekerja keras dan juga ramah. Tak jarang Seungmin membantu Felix menemukan referensi buku untuk tugas kuliahnya. Makanya, saat Seungmin memutuskan berhenti bekerja, Felix sedikit tak rela.

"Begitulah. Emb.. nama mu?" Tanya Jeongin dengan malu-malu. Lucu sekali. Felix jadi gemas.

"Felix, Lee Felix" Felix mengambil tangan kanan Jeongin tiba-tiba untuk di ajaknya bersalaman.

Felix tak tahu saja, jika kini Jeongin harus menahan pekikan senangnya saat tangan halus Felix bersentuhan dengan tangannya.

Ya, mereka hanya bersalaman. Hal lumrah yang oramg lain lakukan dimanapun dan dengan siapapun. Tapi bagi Jeongin, ada sensasi luar biasa yang ia rasakan lewat tautan tangan mereka. Seperti ada sengatan lembut di tangannya yang digenggam lembut tangan kecil Felix.

"Ah! Maafkan aku. Kau tak suka ya di pegang tiba-tiba oleh orang asing?" Felix bisa melihat dengan jelas raut wajah Jeongin yang berubah seketika saat ia menggenggam tangan lelaki tampan itu. Felix melepaskan genggaman tangannya pada tangan Jeongin.

Merasa tangan mungil Felix yang mengendur di genggamannya, Jeongin reflek menahan ujung-ujung jari mungil Felix. Ia sampai kaget sendiri dengan perbuatannya sendiri, begitupun juga dengan Felix.

"Bu..bukan begitu! Aku suka! Aku suka memegang tangan mu kok!" Jeongin menutup mulutnya dengan tangannya sendiri saat mulutnya bergerak tanpa diperintahnya.

Hening.

Hanya suara rintik hujan yang mulai mereda dari kanopi mengisi keheningan diantara mereka berdua. Mata bulat Felix semakin membulat sempurna, sementara Jeongin masih menutup rapat mulutnya dengan tangannya sendiri.

"Buahaha..." Suara tawa Felix memecahkan keheningan mereka.

Bukannya marah, Jeongin justru terpesona. Jeongin menatap takjub Felix. Tak hanya saat tersenyum Felix begitu terlihat mempesona, tapi saat tertawa, wajah manis Felix berkali-kali lipat terlihat menakjubkan bagi Jeongin.

"Maafkan aku, hehe.." ucap Felix yang kini mencoba mengontrol tawanya.

"Ku anggap ucapan mu tadi serius! Karna setelah ini, mungkin kita akan bergandengan tangan lebih sering" Felix mengerling genit pada Jeongin yang masih tak bergerak sedikitpun.

"Hujannya sudah reda. Aku pulang dulu ya, Jeongin. Besok aku kemari lagi" ucap Felix sebelum berlari ke halte bus yang letaknya tak jauh dari perpustakaan kota, dengan melambaikan tangannya pada si lelaki tampan yang masih terpesonanya.

Mata Jeongin mengikuti setiap pergerakan Felix hingga lelaki manis itu naik ke bus yang baru saja datang. Ia bisa melihat Felix yang melambaikan tangan padanya dari dalam bus.

"Astaga, jantung ku!" Guman Jeongin dengan memegangi dadanya sendiri.

Oke, besok Jeongin akan memakai baju terbaiknya dan menata rambutnya sepulang dari bekerja sore nanti. Ia harus berpenampilan menarik untuk bertemu dengan Felix lagi besok.

***
**
*
*END*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang