*Happy Reading*
***
**
*Felix memasukan sesendok nasi lagi ke dalam mulutnya. Kepalanya menunduk membuat rambut poni karamelnya yang panjang belum sempat ia rapikan menutupi matanya. Salahkan saja Mama nya yang terlalu sibuk dengan urusan kantor hingga lupa memangkas rambutnya yang mulai memanjang.
Dan Felix terlalu malas untuk pergi ke sbarbershop sendiri. Ia takut salah pilih model rambut dan berakhir dimarahi Mamanya.
"Sepertinya makanan mu enak. Boleh aku minta?"
Felix menaikan kepalanya sedikit lalu setelahnya kembali menunduk. Ia bergeser ke kanan menjauhi sosok yang baru saja mengajaknya bicara. Sosok bermuka tua nan jelek dan berbau amis. Menjijikan.
"Hei, nenek tua! Kau tak punya perasaan sekali sih! Dia sedang makan dan kau dengan bau busuk mu itu mengganggunya!" Sentak sosok lain yang berdiri tak jauh dari bangku kantin yang diduduki Felix.
Felis semakin menunduk. Mengetahui bukan hanya satu sosok yang ada di dekatnya. Tapi ada dua. Dengan tergesa, Felix menutup kotak bekalnya lalu buru-buru pergi menjauh dari dua sosok yang masih beradu argumen itu.
Felix bernafas lega saat keluar dari area kantin. Walau masih lapar, tapi setidaknya Felix sudah jauh dari sosok nenek tua berbau amis itu. Selalu seperti itu. Kadang malah lebih parah. Bukan hanya nenek berwajah jelek yang berbau amis itu tapi juga sosok lelaki berbadan besar yang melihatnya saja membuat Felix pening.
"Sstt.. stt.. lihat! Si aneh itu lewat didepan kita!"
"Ooh, jadi itu yang namanya Lee Felix? Kalau dilihat-lihat dia manis sih. Tapi sayang, aneh!"
"Hey! Jangan bicara terlalu keras! Nanti teman hantunya mendengar!"
"Ih, mengerikan sekali!"
Felix semakin mendekap erat kotak makan yang dibawanya didepan dada. Ia dengar kok semua kasak-kusuk tadi. Setiap hari malah. Harusnya Felix sudah biasa saja. Tapi tetap saja dadanya masih saja terasa sesak.
"Jangan disini, Felix! Jangan menangis disini!" Gumam Felix pada dirinya sendiri.
Mata bulatnya memanas menahan lahar air mata yang mendesak ingin keluar. Tapi ia tak mau. Ia tak mau terlihat semakin buruk dimata semua orang. Sudah cukup sampai disini saja ia dicap aneh dengan apa yang 'dimiliki' nya saat ini. Ia tak mau menambah nama julukan baru.
***
**
*"Lix? Dari mana? Aku mencari mu di kantin tapi kau sudah tak ada" ucap Daehwi yang terlihat sekali mengkhawatirkan sahabatnya yang tiba-tiba menghilang begitu saja saat ia memesan makan siang tadi.
"Ma-maaf, Daehwi. A-aku.." Felix menundukan kepalanya. Ia tak tau bagaimana menjelaskan pada Daehwi. Ia tak mau satu-satunya sahabat yang ia punya juga menganggapnya aneh.
"Kau diganggu 'mereka' lagi ya, Lixie?" Daehwi menggenggam tangan Felix yang terasa dingin seperti biasanya.
Padahal cuaca hari ini sangat panas. Tapi tangan Felix tetap saja terasa dingin. Seolah lelaki manis itu selalu ketakutan setiap detiknya.
Felix menundukan kepalanya. Secara tak langsung, Felix mengiyakan pertanyaan Daehwi."Maafkam aku. Aku memang tak bisa membantu apapun Lixie. Tapi aku tak akan meninggalkan mu sendiri sampai kapan pun. Aku janji!" Daehwi menggenggam erat tangan dingin sahabatnya.
Felix menatap Daehwi dengan pandangan haru. Untung saja masih ada Daehwi yang mau berteman dengannya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya ia jika tak memiliki sahabat sebaik Daehwi yang masih mau berdekatan dengannya meski tau Felix mempunyai 'kelebihan sekaligus kekurangan' yang orang lain tak punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!