*Happy Reading*
***
**
*Jeongin berlari kencang dari kamarnya di lantai dua turun ke lantai satu. Langkahnya belum berhenti sampai ia berdiri di depan pintu bercat hijau didepannya.
Jeongin menyisir rambut gondrong bergelombangnya ke belakang lalu membenahi letak kaos hitam yang melekat di badannya.
Tok tok!
Jeongin menyematkan senyum tampan yang terluhat tengilnya saat membuka pintu rumahnya. Sesosok lelaki berwajah manis dan berpakaian rapi berdiri didepan Jeongin dengan menggendong tas hitam yang ia sampirkan di bahu kanannya.
"Eh, kak Felix! Kok baru datang sih kak? Jeongin udah nungguin lho dari tadi!" Jeongin mengambil tas Felix lalu memimpin jalan masuk ke dalam rumahnya yang sepi.
Harusnya sih tidak sepi karena dirumah itu, Jeongin tinggal dengan kedua orang tuanya yang tadi baru saja pergi untuk menjenguk neneknya yang sedang sakit.
"Maaf, ya, tadi aku masih ada rapat dadakan dulu di kampus" Felix mendudukan dirinya di kursi ruang makan.
Tempat yang biasa didudukinya setiap kali datang ke rumah Jeongin untuk memberikan les privat pada siswa SMA kelas 3 itu. Baru tiga bulan Felix mengajar Jeongin.
Dan walaupun kata teman-temannya yang pernah mengajar les privat pada anak SMA itu, Jeongin susah sekali di ajak belajar.
Malah, tak ada satupun guru lesnya yang mampu bertahan lebih dari satu minggu. Itu semua karena ulah jail Jeongin. Tapi yang Felix heran, Jeongin selalu baik-baik saja saat ia ajari. Malah, Felix baru tau kalau Jeongin itu anak yang sangat pintar sebenarnya.
Harusnya sih, Jeongin tak memerlukan bantuannya lagi. Tapi saat Felix sempat mengutarakan pamitnya, Jeongin marah bahkan sampai pergi dari rumah selama 3 minggu.
Karna rasa bersalah Felix pada kedua orang tua Jeongin, akhirnya Felix mau kembali mengajari anak itu. Toh, uang bayaran yang diberikan orang tua Jeongin sangat banyak. Bahkan hampir setengahnya dari gajinya sebagai dosen muda.
"Mama kamu kemana?" Felix memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri saat tak menemukan ibu Jeongin yang biasanya menyambut kedatangannya.
"Oh, mama sama papa ke Busan, jengukin nenek yang lagi sakit, kak"
Jeongin mendudukan dirinya di kursi sebelah Felix setelah turun lagi dari kamarnya untuk mengambil buku pelajaran matematika.
"Kok kamu nggak ikut?" Felix mengeryitkan dahinya bingung.
"Nggak ah. Disana kan udah banyak saudar-saudara lainnya. Kalo kebanyakan orang yang jagain, bukannya nenek sehat malah tambah sesak nafas karna berbagi oksigen sama terlalu banyak orang" Jeongin terkekeh oleh ucapannya sendiri.
Dalam hati ia berdoa semoga ia tak di kutuk neneknya dari jauh.
"Hush! Ngawur! Nggak boleh ngomong gitu! Doa in neneknya biar cepet sembuh!" Omel Felix.
"Hehe, maaf, maaf kak. Lagian kan hari ini aku ada jadwal les sama kak Felix. Mana bisa aku tinggal" Jeongin tersenyum bangga pada dirinya sendiri.
"Lah, kok malah pentingin les sama kakak? Pentingin nenek kamu dulu dong harusnya. Siapa tau nenek kamu kangen kamu, kan bisa aja" ucap Felix menasehati.
"Bilangin disana udah banyak orang, juga" sungut Jeongin.
"Yaudah deh, iya, iya! Yuk kita mulai belajar!" Felix membuka buku paket matematika Jeongin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!