MAAF

5.5K 564 68
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

Changbin memandang rumah minimalis didepan rumahnya terlihat kosong. Biasanya rumah itu terlihat ramai dan selalu gaduh saat Chuseok ini. Biasanya juga lelaki manis yang tinggal disana sudah heboh datang ke rumah keluarga Seo dengan celotehan riang entah dengannya, ibu nya, ayahnya, atau bahkan dengan adiknya. Rumahnya jadi terasa kosong juga entah karena apa. Ia merasa aneh dan tak biasa.

"Jeongin" panggil Changbin pada adiknya yang baru turun dari anak tangga terakhir.

"Ya, hyung?" Jeongin menghampiri Changbin dan berdiri tepat disamping lelaki itu.

"Rumah depan kenapa kosong? Apa keluarga Felix sedang liburan ke Sidney?" Tanya Changbin. Matanya masih menengok ke kanan dan ke kiri mencari tanda-tanda kehidupan disana. Tapi tetap saja nihil.

Jeongin mengerutkan keningnya heran mendengar pertanyaan kakak nya. Aneh.

"Hyung, Felix hyung dan keluarganya sudah pindah dua bulan yang lalu ke LA. Kau benar-benar sudah putus komunikasi dengan Felix hyung ya?" Tanya Jeongin. Tak rela sebenarnya kakaknya lebih memilih orang lain dan meninggalkan Felix begitu saja.

"Pindah?" Changbin terkejut.

Walau ia sudah meninggalkan Felix, tetap saja ia kaget. Ia tak pernah menyangka Felix benar-benar pergi dari ruang lingkup Changbin. Yah, walau selama setahun ini ia berkuliah di Seoul dan meninggalkan Felix di Busan. Tapi ia tak pernah berfikir jika ia bahkan tak akan pernah bisa lagi bertemu lelaki manis itu.

"Iya. Haah.. Chuseok tahun ini terasa sangat sepi ya hyung. Biasanya Felix hyung yang akan meramaikan rumah ini"ucap Jeongin sedih.

Sejak lahir hingga besar, Jeongin sudah menganggap Felix seperti kakaknya sendiri. Ia ingat saat Changbin berkata jika Changbin dan Felix berkencan, ia orang pertama yang mereka beritahu. Ia sangat bahagia hari itu. Kedua hyung yang disayanginya berkencan.

Hingga saat Changbin mulai kuliah di Seoul dan dekat dengan Hyerin, wanita yang baru Changbin kenal, ia berubah. Ia meninggalkan Felix demi wanita yang baru ia temui. Dan, saat Changbin mulai memberi semua perhatian dan hatinya pada Hyerin, wanita itu gantian meninggalkannya demi lelaki lain. Miris kan?

"Ah, sebelum Felix hyung berangkat, ia berkata padaku, saat ia sudah menyelesaikan sekolahnya, ia akan bergabung menjadi relawan Unicef. Berarti, tahun ini ia akan mendaftar ya? Atau sudah mendaftar? Yah, kita doa kan saja ia selalu sehat dan bahagia dimanapun ya, hyung. Ayo kita ke dapur, bantu ibu!" ucap Jeongin.

Dan seperti tertampar sekali lagi, Changbin kembali hanya bisa tercengang. Menjadi relawan Unicef, itu impian dan janji mereka berdua. Saat Changbin melupakannya, Felix tetap menepati janji itu sendiri. Ia benar-benar bodoh sekarang. Ia rindu lelaki yang mencintainya dengan tulus.

***
**
*

Changbin mematung menatap siluet seseorang yang sangat dirindukannya semenjak perayaan Chuseok di Busan. Ia baru saja akan naik pesawat untuk pulang ke Seoul, melanjutkan kuluahnya karena jatah liburannya sudah habis.

Beberapa meter didepannya, Felix berdiri juga menatap ke arahnya. Mereka sama-sama terdiam dan bingung akan mengatakan apa.

"Lama tak bertemu, hyung" sapa Felix terlebih dahulu.

Lelaki manis itu mengulurkan tangannya, ingin berjabat tangan dengan Changbin. Namun ia menurunkan tangannya lagi, karena ia merasa bodoh dan canggung.

Namun saat ia akan menurunkan tangannya, Changbin dengan cepat menggenggam tangan mungil itu. Mereka sama-sama terkejut oleh perlakuan tiba-tiba Changbin.

Tapi seperti takdir yang tak menginginkan mereka bertemu terlalu lama, suara panggilan dari speaker memberitahukan pesawat yang akan ditumpangi Felix sudah akan berangkat.

"Hm.. aku harus pergi sekarang hyung" ucap Felix yang sebenarnya tak rela pergi begitu saja dari mantan kekasih yang masih dicintainya hingga saat ini meski ia pernah dicampakan karena wanita lain. Bodoh kan? Felix menarik tangannya yang masih digenggam Changbin.

"Felix tunggu!" Changbin menggenggam tangan Felix dengan lebih erat.

Felix tak membalas. Ia hanya diam, menunggu Changbin mengatakan hal yang ia ingin katakan.

"Maaf" ucap Changbin lirih. Hatinya terasa ngilu saat melihat tatapan bening di mata Felix.

Felix tersenyum dan menggenggam tangan Changbin dengan kedua tangannya.

"Terimakasih. Dan akan kusampaikan salam mu pada anak-anak di Afrika nanti" ucap teduh Felix.

Impian Changbin. Menjadi guru untuk anak-anak di Afrika. Dan kini ia baru sadar, ia telah melupakan impiannya demi hal sia-sia.

"Selamat jalan Felix" ucap Changbin meski tak rela.

"Selamat tinggal Hyung" Felix memberi senyum manis terakhir untuk Changbin.

Ya, terakhir. Karena ia tak berencana untuk kembali ke Korea. Negara yang mempertemukan ia dan mantan kekasih yang masih dicintainya ini.
Felix melambaikan tangannya pada Changbin sampai ia menghilang di lift yang membawanya ke lantai atas.
Sementara Changbin, diam-diam ia meneteskan air matanya, alih-alih menahan lelaki manis itu agar tidak pergi. Bodoh juga kan?

***
**
*
*END*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang