BANGKU KOSONG

4.9K 542 78
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

Jisung menatap sendu bangku kosong tak berpenghuni didepan bangkunya. Ya, bangku itu kosong sejak satu minggu yang lalu. Yerin, pemilik bangku sekaligus orang yang Jisung suka, meninggal seminggu yang lalu karena kanker yang diidapnya.

Selama seminggu ini Jisung hanya terus menatap kosong bangku Yerin. Ia menyesal karena tak sempat menyatakan perasaannya pada gadis lembut itu. Andai ia masih memiliki satu kesempatan, ia hanya ingin Yerin tahu, jika Jisung menyukainya. Hanya itu.

"Hai, aku Felix. Aku pindahan dari Aussie. Senang bertemu dengan kalian, dan ayo berteman baik mulai sekarang!" suara husky yang asing membuyarkan atensi Jisung yang sedang menatap bangku Yerin.

Di depan kelasnya, guru Im berdiri bersebelahan dengan lelaki manis yang tersenyum ceria pada teman-teman sekelasnya. Ia tak sadar sejak kapan guru Im, wali kelasnya dan lelaki itu masuk ke kelas karena terlalu asik menatap bangku Yerin. Tak perduli juga sih, Jisung pada lelaki itu.

Lagi-lagi Jisung menatap sendu bangku Yerin. Bahkan bau tubuh Yerin masih tercium samar dihidungnya. Ia merindukan gadis lembut itu.

Kening Jisung berkerut saat punggung sempit seseorang mengahalangi pandangannya. Tepatnya, anak baru yang tadi memperkenalkan dirinya bernama Felix itu dengan santainya menduduki bangku Yerin. Bahkan wangi tubuh Yerin kini telah berganti dengan wangi bayi yang ia yakin berasal dari anak baru itu. Ia tak suka.

***
**
*

"Hai, aku Felix" sama Felix pada Jisung yang duduk diam dibelakangnya.

Jisung hanya melirik sengit Felix tanpa mau menjabat tangan Felix yang terulur didepannya. Ia tak suka anak baru ini menduduki bangku Yerin.

"Bisa kau pindah? Aku tak suka kau duduk dibangku itu!" Ucap dingin Jisung.

Felix menelengkan kepalanya sedikit, mendengar nada tak suka dari Jisung. Ia tak mengerti kenapa ia tak boleh duduk di bangku ini. Kan guru Im sendiri yang menyuruhnya duduk disini. Kalaupun pindah, ia tak melihat bangku kosong lagi selain bangku ini.

"Kenapa aku harus pindah? Kan hanya ini bangku kosong satu-satunya" ucap polos Felix.

"Kau mengganggu pandangan ku!" Ucap Jisung masih dingin.

"Ah, kalau begitu kita gantian tempat duduk saja. Aku tak masalah kok, duduk di belakang!" ucap riang Felix.

"Bodoh!" Sungut Jisung setelah itu meninggalkan Felix yang hanya menatap Jisung tak mengerti.

"Apa nya yang salah ya?" Tanya Felix pada dirinya sendiri.

***
**
*

Jisung memandang gusar bangku kosong didepannya. Bukan lagi karena Yerin. Tapi karena anak baru yang masih belum kembali setelah istirahat pertama usai. Teman-teman dikelasnya juga sesekali menoleh gusar ke bangku kosong Yerin yang kini diduduki Felix.

"Guru Yoo, aku ijin ke toilet!" Pamit Jisung setelah itu berlari keluar, tak menunggu izin dari guru Yoo yang sedang mengajar.

Langkahnya semakin cepat menyusuri lorong-lorong kosong sekolahnya. Tujuannya bukan ke toilet seperti izinnya pada guru Yoo, tapi ia sedang mencari anak baru itu.
Dan sialnya, ia tak ingat nama anak baru itu. Jadi ia hanya bisa mengandalkan mata dan kakinya saja menelusuri setiap sudut ruang sekolahnya.

Langkahnya terhenti setelah melihat se-onggok lelaki mungil yang meringkuk di depan ruang kelas kosong yang sudah tak terpakai lagi. Ia bisa melihat baju anak itu yang sudah lecek dan nafasnya yang tak beraturan.

"Hei" panggil Jisung. Anak lelaki itu menoleh cepat karena ketakutan, namun akhirnya bernafas lega saat ia bisa melihat teman sekelasnya yang duduk dibelakang bangkunya berdiri tak jauh darinya.

"Mau sampai kapan kau berjongkok disana? Ayo!" Ucap Jisung.
Felix menyusul Jisung yang berjalan mendahuluinya. Tak mau lagi ia tersesat dan berakhir di ruang kosong yang terlihat mengerikan.

"Nanti pulang sekolah jangan pulang dulu!" Perintah Jisung tanpa menoleh pada Felix yang berjalan sedikit dibelakangnya.

"Eh? Kenapa?" Tanya Felix tak mengerti. Otaknya masih belum berfungsi dengan baik karena masih ketakutan.

"Aku ajak kau keliling area sekolah agar tak tersesat dan merepotkan ku lagi" ucap Jisung datar.

Felix tersenyum senang dibelakang Jisung. Walau teman barunya ini terdengar galak dan selalu jutek padanya, tapi ia tahu dari awal, kalau Jisung tak seburuk itu. Ia lelaki yang baik. Nyatanya saja ia mau repot mencari Felix dan mau mengajaknya berkeliling area luas sekolah barunya.

"Terimakasih, Jisung!" Ucap Felix senang.

"Tau dari mana kau nama ku?" Tanya Jisung. Perasaan ia belum berkenalan dengan anak baru ini.

"Dari name tag di jas mu" jawab Felix polos yang entah kenapa membuat Jisung berhasil sedikit tersenyum setelah seminggu kematian Yerin.

"Cepat sedikit! Kita bisa dihukum guru Yoo!" Ucap dingin Jisung namun dengan senyum tipis yang masih betah tersemat di bibirnya.

Tak sadar saja ia, jika tangannya sudah menggenggam tangan kecil Felix agar lebih cepat berjalan.

***
**
*
*END*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang