"Loh? Kak Chan? Kok disini?"
Chan yang tadinya duduk di balkon kelas, seketika terjingkat berdiri saat yang ditunggunya muncul. Kata-kata yang sedari tadi dirapihkannya di mulut, seketika berantakan.
Telunjuknya kini menggaruk ujung alis kanannya yang sebenarnya tak gatal sama sekali. Ia hanya gugup. Apa lagi ditatap Felix dengan tatapan polos andalannya yang-sial-nya sangat disukainya.
"Fel, gue duluan ya" ucap Yuna, sahabat baik Felix yang sejak keluar dari kelas memang sudah berdiri disamping lelaki manis itu.
Felix menoleh lalu mengangguk setelahnya. "Hati-hati dijalan, Yun" pesannya yang diangguki gadis cantik itu.
Yuna sangat tau diri. Apa lagi yang berhubungan dengan kakak kelasnya yang sangat kentara sekali mendekati sahabatnya.
Yuna sangat gemas dengan mereka. Satu sisi, Chan yang gencar mendekati Felix dengan beragam cara walau kadang sedikit mengacau saking gugupnya. Juga Felix yang cuek-cuek, tapi selalu mencari keberadaan si kakak kelas jika Chan tak berada disekelilingnya setiap hari.
"Hm.. Fel, mau ikut kakak sebentar? Kakak janji nggak bakal lama. Janji" Chan menatap Felix dengan tatapan memohonnya.
Kekehan kecil tak dapat Felix tahan saat melihat tatapan Chan padanya. "Aku nggak lagi keburu-buru kok, kak. Ayo! Mau kemana?"
Helaan nafas lega berhembus dari bibir Chan begitu tak mendengar penolakan adik kelasnya itu. Selanjutnya, Chan memimpin jalan mereka ke ruang musik. Tempatnya biasa berlatih paduan suara dengan anggotanya yang lain.
***
Felix menggigit bibirnya sendiri saat suasana terasa semakin aneh antara dirinya dan Chan. Sejak mereka datang dari sepuluh menit yang lalu, Chan hanya diam dan membuat mereka diliputi rasa canggung seperti ini.
Chan menunduk, melihat ujung sepatunya yang ia gesekan dengan lantai ruang musik. Tangannya yang ia sembunyikan dibelakang tubuh tak berhenti ia remas kuat. Gugup. Debaran dadanya bergemuruh kencang. Membuat isi kepalanya berantakan.
"Kak Chan?" Panggil si manis yang membuat Chan seketika menghembuskan nafasnya panjang.
Mata Felix berkedip gugup saat Chan mendingakan kepalanya dan menatapnya tepat dimata. Felix bisa melihat jika Chan sedang serius saat ini. Terlepas dari sinar mata yang yerasa gugup juga yang kentara dimata kakak kelasnya itu.
"Felix, kakak suka sama kamu" ucap Chan dengan sungguh-sungguh.
Mata Felix membulat lebar saat kalimat itu keluar dari bibir kakak kelasnya. Ingin rasanya Felix berteriak saat ini juga. Tapi ia tahan. Ia biarkan Chan meneruskan kalimat-kalimatnya. Felix tau, Chan ingin mengatakan lebih.
"Kakak sayang sama kamu. Kakak cinta. Kakak pengen jadi someone special buat kamu. Karena kamu someone special buat kakak" Chan meneguk ludahnya sendiri. Memberi waktu Felix mencerna kalimatnya.
Dada Felix terasa aneh. Ada rasa menggelitik dirongga dadanya yang membuatnya ingin terbang. Ada rasa manis seperti permen kapas yang sangat suka adiknya makan setiap sore. Dan Felix suka rasa itu.
"Felix, jadi pacar kakak, mau?" Tanya Chan penuh harap. Matanya tepat menatap mata bening Felix yang berkedip gugup.
Senyum kecil tersemat dibibir tebal Felix. Lagi, Felix suka dengan ucapan kakak kelasnya. Seolah, kata-kata Chan adalah kalimat yang membahagiakan yang pertama kali Felix dengar selama 17 tahun masa hidupnya.
Kepala kecilnya mengangguk. Mata nya yang tadi berkedip gugup, kini balas menatap Chan dengan yakin.
"Mau. Aku mau jadi pacar kakak" ucapnya yakin.
Chan tertegun sesaat. Seolah ia mendapat hadiah terbaik dari Santa saat Natal. Juga seolah ia dilambungkan ke langit tertinggi dan terbang ke tempat yang indah bersama lelaki didepannya.
"Mau? Beneran mau?" Tanya Chan sekali lagi meyakinkan.
Felix mengangguk lagi diselingi kekehan kecilnya. Kakak kelas- ah, boleh ia menyebutnya dengan panggilan, pacar?
Sedetik setelahnya, Chan menarik Felix ke dalam pelukannya. Tubuh Felix terasa kecil dalam peluknya. Membuat Chan bertekat akan melindungi pacarnya dari hal-hal yang membuat si mungilnya luka.
Terutama, Chan akan menjaga Felix dari dirinya sendiri juga. Tak akan biarkan dirinya menyakiti pria mungilnya. Tak akan biarkan dirinya membuat Felix menangis. Akan ia pastikan Felix selalu tersenyum. Sampai saat ia dan Felix menua nantinya.
"Makasih, dek pacar" ucap Chan yang dibalas kekehan kecil Felix.
Ah, ingatkan Felix juga untuk menambahkan pelukan Chan ke daftar tempat favoritnya. Hangatnya pelukan Chan membuat hatinya terasa tenang. Dada bidang Chan terasa lembut. Apa lagi ditambah usapan lembut tangan besar Chan dibelakang kepalanya.
"Weh! Ngapain nih peluk-pelukan ditempat sepi! Nyosor-nyosoran ya lu pada!" Tuduh Minho saat membuka pintu ruang musik saat akan mengembalikan stick drum.
Chan menatap malas drumer bandnya itu. Jika bisa, Chan ingin menghanyutkan Minho ke laut saat ini juga.
"Ho"
"Apaan?"
"Gue jadian sama Felix"
"Serius lu?!"
Minho membelalakan matanya tak percaya jika sahabatnya pada akhirnya memberanikan diri mengungkapkan perasaanya pada adik kelas mereka yang terkenal cantik itu.
Chan mengangguk dengan tangannya yang meraih tangan lembut pacarnya. Sementara Felix menunduk malu, menyembunyikan setengah wajahnya di lengan panjang pacarnya.
"Tadinya gue mau traktir lo bakso, tapi lu rese. Nggak jadi deh" ucap Chan sebelum melangkah pergi keluar ruang musik dengan menggandeng Felix.
Meninggalkan Minho yang merengek menjijikan dibelakangnya.
"Fel, mulai sekarang berangkat sama pulang sama kakak, ya?" Ucap lembut Chan pada Felix.
Felix mengangguk kecil, membuat Chan semakin gemas dengan pacarnya.
"Mau makan dulu apa langsung pulang, Fel?" Tawar Chan.
"Hmm.. mau makan dulu aja deh. Biar lama-lama sama kak Chan" ucap Felix dengan pipi yang semakin memanas.
Chan kali ini tak bisa menahan tangannya untuk tak mencubit pipi pacaranya diiringi kekehannya. Tak kencang. Sangat lembut malah.
"Imut banget sih pacar kakak"
***
**
*
*END*Maaf berantakannya. Aku buru-buru mau ngator soalnya, jadi nggak sempet rapihin ehehe..
Have a nice day everyone 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!