*Happy Reading*
***
**
*"Dokter Hwang!" Pekik ceria lelaki mungil yang terbungkus dengan baju pasiennya.
"Astaga! Kau lagi!" Hyunjin mengusap wajahnya sendiri, saat melihat tunangannya berbaring di ranjang rumah sakit lengkap dengan baju pasien dan infusnya.
"Aku merindukan mu... Akh!" Felix yang turun tiba-tiba dari ranjang ingin memeluk tunangannya, merintih kesakitan saat jarum infus yang terpasang ditangannya tertarik hingga hampir terlepas.
"Astaga! Kau ini bagaimana sih?!" Panik Hyunjin saat melihat jarum infus tunangannya hampir terlepas.
Dituntunnya dengan lembut tubuh mungil Felix agar kembali berbaring di ranjangnya lalu memasang kembali jarum yang hampir terlepas.
"Sakit, dokter... hiks" rengek Felix memandang tangannya sendiri yang sudah tepasang infus kembali dengan benar.
"Makanya jangan kebanyakan tingkah. Lagi pula, kenapa lagi sih kau disini?" Tanya heran Hyunjin.
Tunangannya ini adalah anak pemilik rumah sakit tempat Hyunjin bekerja. Felix juga yang merengek pada orang tuanya agar dijodohkan dengan Hyunjin. Awalnya Hyunjin risih, tapi lama-kelamaan malah Hyunjin yang tergila-gila pada tunangannya sendiri.
Dan karena Felix yang notabene anak pemilik rumah sakit, ia seenaknya saja keluar masuk ruang rawat. Bahkan sebulan bisa dua sampai tiga kali di rawat. Sakitnya pun sepele sebenarnya. Hanya diare, batuk, pilek, deman, atau yang sedikit lebih parah maag saja. Sepele kan?
Ia melakukan itu karena ingin menarik perhatian tuangannya sendiri. Mereka jarang bertemu karena jadwal Hyunjin yang selalu padat. Makanya Felix yang mengalah dengan dirawat di rumah sakit milik keluarganya ini. Dan tentunya ia hanya mau dirawat tunangannya saja.
"Aku habis terserempet mobil di kampus. Nih, kaki ku jadi biru" pamer Felix. Ia menggulung celananya sendiri sampai batas lututnya.
Memang kali ini terlihat biru dan sedikit lecet. Tapi, ayolah! Semua orang bisa mengobatinya sendiri dengan antiseptik dan pereda memar saja kan?
"Tapi, Hyunjin.." lanjut Felix dengan senyum anehnya yang semakin terlihat aneh dimata Hyunjin.
Felix mengeluarkan secarik kertas berwarna biru muda yang tertulis sebaris nomor dan nama di bawahnya. Oh! Jangan lewatkan tanda hati juga di ujungnya.
"Yang menabrak ku tampan. Ia memberi ku nomornya. Nih!" Felix memberikan kertas itu pada Hyunjin.
Dengan sengit Hyunjin merobek kertas itu sampai benar-benar kecil lalu mengantonginya di jas kerjanya.
"Loh?! Kok disobek?" Protes Felix tak terima.
"Tak ada yang boleh genit pada mu! Kita sudah tunangan Lee Felix!" Geram Hyunjin.
Ini sudah kesekian kalinya Felix melapor jika ada yang meminta atau bahkan memberi nomornya pada tunangannya itu. Dan tentu saja berakhir di tangan Hyunjin.
"Ish! Kan lumayan untuk ku pamerkan pada Jisung besok. Hyungjin, ish!" Felix melipat tangannya di dada, kesal pada tunangannya.
"Felix, kau tahu? Tak boleh mengenal pria lain setelah kau bertunangan atau bahkan sudah menikah. Itu tak baik. Kau mengerti kan?" Ucap lembut Hyunjin. Mana bisa ia berteriak pada Felix. Bisa dipecat ia jadi menantu keluarga Lee.
"Benarkah? Huaaa... Maaf dokter" Felix melompat ke pelukan Hyunjin. Untung saja Hyunjin sigap menangkap badan kecil Felix.
"Aku maafkan. Tapi jangan ulangi lagi ya!" Ucap Hyunjin dengan senyum kemenangan. Enak saja ada yang melirik tunangan manisnya.
"Pinky promise!" Felix mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Hyunjin, masih dengan pipinya yang basar karena air mata.
"Nah, kalau begitu, berbaringlah! Aku akan memeriksa mu setelah itu aku harus keliling lagi" Hyunjin membaringkan Felix, kemudian menempelkan stetoskop pada badan tunangan mungilnya.
"Nanti Hyunjin kesini lagi ya! Temani Felix tidur" ucap lucu Felix andalannya.
"Iya, aku tahu. Kalau begitu, aku pergi dulu ya. Sampai nanti koala" Hyunjin menyempatkan diri mengecup kening Felix sebelum pergi ke ruangan lainnya.
Setelah Hyunjin pergi, Felix menutup seluruh badannya. Menunggu dengan anteng tunangannya selesai tugas lalu menemaninya tidur.
***
**
*
*END*
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!