KEEP

4.3K 507 130
                                    

(Part I)

*Happy Reading*

***
**
*

From: Hyunjin
Kau belum tidur? Aku lihat dari jendela mu, lampu kamar mu belum mati

Felix tersenyum senang. Hanya sebaris kalimat pesan Hyunjin, sahabat yang juga tetangga beberapa rumah dari rumahnya, membuat hati Felix menghangat.

Felix memang sengaja masih belum tidur hanya untuk menunggu lelaki tampan itu mengiriminya pesan. Dan, benar saja kan. Hyunjin memang selalu perhatian padanya. Dalam hal terkecil sekalipun.

Sangat wajar jika Felix menaruh rasa pada sahabatnya sendiri. Tapi sayangnya, Hyunjin menyukai Doyeon, kakak Felix, sejak mereka masih Junior High School.

To: Hyunjin
Belum. Aku masih belajar untuk ulangan besok

Bohong!

Felix tersenyum kecut pada setiap kebohongan yang ia buat sendiri dengan apik dan rapi. Satu yang Felix tau, Hyunjin tak menyukai hubungan sesama jenis.

Miris kan?

Cinta pertama Felix jatuh pada seseorang yang jelas-jelas tak akan bisa meliriknya sedikitpun.

From: Hyunjin
Tidur. Sudah malam!

Tanpa membalas pesan Hyunjin, Felix mematikan lampu kamarnya. Felix sudah merasa cukup kok hanya dengan seperti ini saja. Felix tak mau berharap lebih.

***
**
*

"Lix!"

Felix dan Hyunjin menghentikan langkahnya saat nama Felix di panggil dari arah gerbang masuk, dibelakang mereka. Senyum manis Felix mengembang saat Changbin, kakak kelas dari klub kimia, sedikit berlari menghampiri mereka berdua.

"Pagi" sapa Changbin saat berada tepat didepan kedua adik tingkatnya.

"Pagi kak" balas Hyunjin singkat.

Hyunjin memang tak terlalu dekat dengan Changbin. Karena ia tak ikut klub kimia sama seperti Felix. Pelajaran saja sudah membuat kepalanya pusing, Hyunjin tak bisa membayangkan jika ditambah dengan klub yang Hyunjin pikir hanya membuat kepala semakin pening.

"Pagi kak Changbin" balas Felix dengan senyum manisnya yang selalu menjadi kesukaan Changbin.

"Kau baru sampai Lixie?" Changbin mengusak rambut karamel Felix membuat si manis itu terkekeh geli.

"Ya, baru saja. Tumben kau berangkat siang kak?"

"Aku kesiangan bangun" Changbin menggaruk lehernya yang tak gatal untuk menyembunyikan malunya.

"Hm, sepertinya aku duluan saja ke kelas" ucap Hyunjin yang sedaritadi diam menyaksikan sahabatnya dan kakak kelasnya mengobrol tanpa menoleh padanya sedikitpun.

"Eh? Hyunj.."

Hyunjin menulikan panggilan Felix yang masuk ke telinganya. Yang ia tau, Changbin butuh waktu berdua dengan sahabatnya. Dan dia sadar diri.

***
**
*

Teettt.. teettt..

Felix membereskan buku-bukunya yang tersebar diaras mejanya. Setelahnya, si manis itu menoleh ke arah Hyunjin yang kini tengah asik chatting dengan kakaknya.

"Hyunjin, kau tak makan ke kantin?" Tanya Felix mencari peruntungan. Siapa tau saja Hyunjin tak makan berdua dengan kakaknya seperti biasanya.

"Makan. Aku duluan Lix. Mau menjemput kak Doyeon dulu ke kelasnya"

Hyunjin mengantongi ponselnya ke dalam saku celana. Lelaki tampan itu meninggalkan sahabatnya yang tersenyum sendu menatap punggungnya yang menjauh.

Selera makan Felix hilang seketika. Entah kenapa, hari ini perasaanya benar-benar tak karuan. Felix sadar apa nama untuk perasaannya. Kecewa.

"Felix!"

Felix terjingkat begitu namanya dipanggil dengan sangat kencang. Mata bulat Felix menoleh ke kanan dan kini bertemu dengan Changbin yang sedang terkekeh geli.

"Astaga, lucu sekali sih kau saat kaget seperti tadi" Changbin mengusap air matanya sendiri karena banyak tertawa.

"Ish! Berhenti tertawa kak! Ada apa mencari ku ke kelas ku?" Felix memiringkan kepalanya membuat Changbin harus mati-matian menahan gemasnya.

"Ayo, makan! Ku dengar hari ini ada menu kesukaan mu"

Tanpa menunggu jawaban Felix, Changbin menarik si manis itu keluar dari bangkunya. Dengan tetap bergandengan tangan, Changbin membawa Felix yang terus berontak ingin melepaskan diri dari genggamammya.

***
**
*

Doyeon mengangkat tangannya saat melihat adik kesayangannya masuk ke kantin. Namun, kini senyum cantik wanita itu terkembang sempurna saat melihat tangan adiknya ada di genggaman Changbin, teman seangkatannya.

Doyeon memang tak begitu mengenal Changbin, namun seingatnya, adiknya pernah beberapa kali menyebut nama lelaki itu. Yang Doyeon tau, Changbin itu dingin pada orang yang tidak ia kenal.

"Lihat, Jin, mereka manis sekali ya?" Doyeon menumpukan kedua tangannya untuk menyangga dagunya.

Hyunjin menoleh ke arah belakangnya. Matanya bertemu dengan mata Felix yang juga tanpa sengaja menoleh ke arahnya. Tanpa mau repot menyapa sahabatnya, Hyunjin melanjutkan makanya yang sempat tertunda.

"Aku tak tau kalau adik ku semenarik itu. Benar kan?" Doyeon tertawa manis.

Lebih tepatnya menertawai kebodohan adiknya juga lelaki tampan didepannya. Doyeon tak bodoh untuk melihat binar suka dari kedua pasang mata mereka berdua.
Tapi ia juga tak mau berbuat apa-apa untuk memperjelas binar suka itu. Bukan wewenangnya. Biarkan Felix dan Hyunjin menemukan jalan mereka berdua dengan sendirinya.

"Makan lah, kak! Sup mu sudah dingin!"

"Cih!" Decak Doyeon.
Keras kepala sekali sih hanya untuk mengaku!

***
**
*

Felix menengadahkan kepalanya ke atas. Lubang hidung mungilnya sebelah kiri kini tersumbat sebuah kapas yang di ujungnya berwarna merah. Mimisan. Sangat biasa Felix alami.

Ia sering seperti itu jika terlalu keras belajar. Felix tak mau ambil pusing juga. Hanya bermodal kapas bersih, Felix menyumbat hidungnya jika mulai berdarah.

"Mimisan lagi?" Ucap Hyunjin.
Hyunjin berjalan mendekat ke arah jendela kamar Felix yang terbuka. Si manis itu memandang Hyunjin dengan pandangan bertanya.

"Nih!" Mengerti akan kebingungan sahabatnya, Hyunjin melemparkan sekantung obat ke arah Felix.

"Eh? Aku masih punya banyak di laci"

Felix mengeja satu per satu butir obat dan vitamin yang biasa ia konsumsi setiap hari didalam kantong obat pemberian Hyunjin.

"Kau sudah terlalu lelah. Tidur lah! Jangan memaksakan diri mu terus menerus untuk belajar! Lagian kau kan selalu juara 1" omel Hyunjin.

Felix tersenyum kecut pada setiap ucapan Hyunjin. Andai lelaki itu tau, hanya lewat soal-soal sulitlah setidaknya Felix bisa sedikit melupakan rasa sakitnya setiap memikirkan Hyunjin dan perasaanya.

"Aku pulang. Tutup jendela mu! Awas jika kau masih belajar!"

Hyunjin berjalan keluar dari teras rumah Felix dengan tangan yang dimasukan di kantong hoodie abunya.
Mata Felix terus mengawasi sampai Hyunjin hilang terhalang rumah tetangga sebelah kirinya.

Setelah puas memandang punggung Hyunjin, Felix menuruti perintah sahabat yang dicintainya. Menutup jendela, membereskan buku-bukunya dan terakhir mencium foto Hyunjin yang ada di gakeri pinselnya sama seperti setiap malam yang ia lakukan.

"Selamat tidur Hyunjin. Mimpikan aku" gumam Felix dengan mata terpejam dan tangan yang mendekap ponselnya yang masih menampilkan foto Hyunjin.

***
**
*
*TBC*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang