RUDE

5K 555 164
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

"LEE FELIX! APA SIH MAU MU?!" bentak Hyunjin tepat di depan wajah cantik Felix yang memasang wajah datarnya.

"Kau paling tahu apa yang ku ingin, Hwang!" Ucap Felix dengan nada dinginnya.

"Kau gila, hah? Pergilah ke rumah sakit jiwa, sialan!" Ucap Hyunjin dengan gigi yang bergemeletuk.

"Rumah sakit jiwa? Baiklah! Tapi aku akan pergi bersama mu!" Ucap Felix enteng.

"Kau sakit! Menjauh dari Seungmin! Jika kau mencelakainya lagi, aku tak akan segan-segan lagi memukul wajah mu!" Ancam Hyunjin.

"Sayangnya, aku lebih suka kau pukul daripada harus mengalah pada si anak baru itu!" Ucap Felix diiringi senyum tajamnya.

"AKU SUDAH BILANG KAN? AKU TAK MENYUKAI MU! KENAPA SIH KAU MASIH SAJA TEROBSESI PADA KU?!" bentak Hyunjin lagi.

Hyunjin sudah hilang kesabaran dengan sikap enteng Felix yang tak merasa bersalah sama sekali setelah mendorong seungmin dari lantai dua. Beruntung saja, Seungmin tak mengalami cidera serius. Ia hanya mengalami lecet di bagian tangan dan kaki saja.

Felix itu sangat terobsesi pada Hyunjin, si tampan di sekolahnya. Sejak hari pertama sekolah, Felix sudah menaruh perhatian besar pada Hyunjin. Awalnya Hyunjin masih bersikap baik pada Felix tanpa memberi harapan apapun. Tapi lain dimata Felix, Hyunjin seperti memberi peluang besar pada Felix.

Masalah utama muncul saat Kim Seungmin, murid pindahan dari sekolah lain muncul. Disaat itu, Hyunjin menaruh perasaan pada Seungmin dan sebaliknya. Hyunjin mulai membatasi dirinya pada Felix. Tentu saja Felix marah.

Felix tak terima saat Hyunjin menolaknya atas alasan lelaki tampan itu menyukai Seungmin. Mulai saat itu lah, Felix terus menteror Seungmin. Mulai dari merobek buku-buku dan barang Seungmin di loker, menyiram Seungmin tiba-tiba dimana saja0, bahkan ia juga sesekali memukul Seungmin.

Tapi hari ini, ia benar-benar tak bisa lagi menahan emosinya. Seungmin yang terlihat baik di matanya juga mata semua orang, ternyata palsu. Seungmin sengaja memacari Hyunjin untuk mendapatkan perhatian yang ia pernah dapat di sekolah lamanya.

Sialan memang!

"Ini terakhir kali aku akan katakan pada mu, Lee Felix! Menghilang lah dari hidup ku!" Ucap Hyunjin penuh penekanan disetiap katanya. Setelahnya, lelaki itu meninggalkan Felix untuk menemui kekasihnya yang masih terbaring di ruang kesehatan.

"Kau bodoh, Hwang!" Ucap lirih Felix menatap pintu rooftop yang baru Hyunjin tutup dengan kencang.

"Kau lebih bodoh, Lee" ucap seseorang yang ternyata sejak tadi ada di balik tembok penghalang bahkan sebelum Hyunjin menyeret lengan kecil Felix.

Lelaki itu sejak jam oelajaran kedua sudah ada di rooftop untuk membolos. Ia sudah nyaman di alam mimpinya sebelum mendengar suara pi tu yang terbuka kasar. Ia fikir ada guru yang datang. Ternyata ia terpaksa harus menjadi saksi drama roman picisan yang menggelikan.

Lelaki itu bangun dari berbaringnya lalu menggenggam dan menarik lembut lengan Felix untuk mengikutinya duduk di tempat yang teduh.

"Kau mendengar semuanya, Han Jisung?" Ucap Felix dengan suara yang bergetar.

Lelaki yang dipanggil Han Jisung itu mengangguk, mengiyakan pertanyaan Felix. Jisung sibuk mengamati warna biru yang melingkari lengan kecil Felix.

"Melelahkan, kan?" Ucap Jisung.

Tes!

Felix kaget saat air matanya menetes di atas punggung tangan Jisung. Segera ia mengusap kasar pelupuk matanya sendiri.

"Jangan di hapus! Biar kan saja!" Jisung menahan tangan kecil Felix yang sibuk menghapus air mata di pipi tirus lelaki koala itu.

"Lepaskan saja! Aku tahu kau keberatan. Aku tahu persis bagaimana hati mu. Berhenti dan lanjutkan saja langkahmu sendiri. Jangan menoleh ke arah manapun! Hanya lihat langkah kecil mu saja!" Ucap lembut Jisung.

Jisung menatap lurus ke depan, tak mau menoleh pada Felix. Ia sangat tahu, lelaki mungil itu tak mau terlihat lemah dimata orang lain. Termasuk padanya, sahabat Felix sejak kecil. Sahabat yang menyimpan cerita tersendiri tentang Lee Felix.

"Biarkan saja Hyunjin menemukan fakta sebenarnya sendiri. Bebaskan saja hati mu! Lelaki seperti Hyunjin tak pantas kau perjuangkan sampai terluka seperti ini, Lee!" Jisung mengusap lembut lengan Felix yang biru akibat tarikan kasar Hyunjin tadi.

"Lalu, bagaimana caranya aku bisa lepas dari semua hal tentang Hyunjin, jika bernafas saja aku selalu mengingatnya?" Ucap Felix disela isakannya.

"Coba lihat aku!" Jisung menarik wajah Felix mengahadap padanya.

Cup!

Jisung menempelkan bibirnya pada bongkahan ceri Felix. Felix memberontak. Ia terlalu terkejut dengan apa yang Jisung lakukan. Tapi, karna tenaganya sudah terkuras semenjak ia tak sengaja mendorong Seungmin tadi, kini Felix hanya pasrah membiarkan Jisung mengksplorasi bibirnya.

Jisung sedikit melumat bibir Felix. Sesekali ia juga akan menggaruk bibir kenyal Felix dengan giginya. Mati-matian Felix menahan desahan laknat setiap kali Jisung menggaruk bibirnya.

Felix hampir tersedak saat Jisung memasukkan lidahnya dan bermain dengan lidah dan rongga mulut Felix. Sensasi geli menggelitik perutnya. Sensasi yang sama seperti saat ia pertama kali melihat Hyunjin.

Jisung memberikan kecupan-kecupan kecil sebelum menghapus lelehan slavia di dagu dan bibir Felix yang membengkak akibat ulahnya.

"Jadikan aku alasan mu, Lee!" Ucap Jisung sebelum berdiri dan menarik lengan kecil Felix untuk mengikutinya berdiri.

Felix memandang Jisung yang berlaku lembut padanya. Sangat berbeda jauh sekali dari apa yang Hyunjin lakukan padanya.

Semakin tertegun saat Jisung tak melepaskan genggamannya saat melewati deretan ruang kelas yang dipenuhi teman-teman seangkatannya yang masih beristirahat di luar kelas.

Mereka ada yang menyoraki, ada yang berkata iri, dan tentu saja ada yang menghujat Felix. Tapi Felix tak memperdulikannya, karena usapan lembut yang Jisung berikan lewat ibu jarinya di punggung tangan Felix.

Bolehkah? Bolehkan Felix berharap pada Jisung tanpa harus melukai dirinya dan orang lain?

***
**
*
*END*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang