*Happy Reading*
***
**
*Jeongin meraup wajah lelahnya yang sedikit basah terciprat air hujan yang masuk kedalam hoodie yang dipakainya. Andai saja dosen Im tak memberi kelasnya jam tambahan, pasti sekarang Jeongin sudah berkencan mesra dengan kasur dan selimut tebalnya. Bukan malah terpaksa harus basah-basahan karena menerobos rintik hujan. Menunggu sampai terang pun percuma, karena sepertinya hujan malam ini akan awet sampai besok pagi.
Jeongin bernafas lega saat akhirnya ia sampai di rumahnya. Tangan Jeongin merogoh kedalam kantung tas sampingnya untuk mengambil kunci rumah. Bau aroma coklat dari lilin aroma terapi tercium dihidung Jeongin saat ia memasuki rumahnya. Jeongin jadi merindukan ibu nya yang ada di Busan.
Setahun yang lalu, Jeongin memutuskan pindah ke Seoul untuk meneruskan studinya. Rumah yang ditempati Jeongin saat ini adalah bekas rumah neneknya yang sudah lama meninggal.
Jeongin memasuki kamar mandi untuk menyegarkan badannya yang terasa sangat lelah. Mungkin setelah ini, Jeongin akan memilih tidur dan melewatkan makan malamnya.
***
**
*Sepasang kaki berbalut celana kain mahal memasuki pekarangan rumah Jeongin. Langkah kakinya berhenti tepat di depan pintu rumah. Sebuah kardus berukuran sedang diletakan di atas keset di depan pintu. Terlihat jelas di dalam kardus itu ada sesosok makhluk mungil yang kini tertidur dengan posisi meringkuk.
"Maafkan aku" bisik pemilik kaki itu. Tangan besar mengelus sekilas surai karamel milik makhluk mungil didalam kerdus.
Setelahnya, dengan tenang langkah kaki itu berjalan menjauh dari halaman setelah tangannya memencet berkali-kali bel rumah Jeongin.
***
**
*Jeongin mengerang kesal saat mendengar suara bel rumahnya dibunyikan berkali-kali. Bahkan Jeongin baru saja keluar dari dalam kamar mandi, masih dengan rambut basah nya. Mau tak mau Jeongin mendekat ke pintu rumahnya. Siapa tau ada tamu penting.
Cklek!
"Eh?"
Kening Jeongin berkerut saat matanya bertemu dengan sosok imut yang menyembulkan kepalanya dari dalam kerdus. Terlihat jelas jika mata si makhluk mungil itu telah mengeluarkan air matanya. Bahkan makhluk itu sama sekali tak berpakaian seuntai benang pun.
"Ka.. kau siapa?" Ucap Jrongin terbata.
"Felix" cicit makhluk mungil yang menyebut dirinya bernama Felix.
"Lalu kenapa kau didepan rumah ku?" Tanya Jeongin yang tak mengurangi kewaspadaannya.
"Hiks.. tuan ku membuang ku, hiks.." mahkluk berekor berbulu putih dengan telinga kucing itu mulai kembali menangis.
"Lalu kenapa kau dibuang di depan rumah ku?" Tanya Jeongin masih tak mengerti.
"Ini!" Felix mengerjakan mata bulanya dengan tatapan polos.
Tangan mungil Felix mengulurkan selembar surat dengan beberapa bubuhan kalimat didalam kertas berwarna merah muda. Jeongin mulai membacanya.
Aku memberinya nama Felix. Dia anak ke lima dari 6 bersaudara. Rawat dia. Bukankah dia terlalu manis untuk di buang?
"Ck! Katanya terlalu manis untuk dibuang, lalu meletakannya didepan rumah ku tanpa izin itu namanya apa?" Sungut Jeongin.
Jeongin menatap makhluk manis didepannya yang juga menatapnya dengan kepala dimiringkan. Benar. Makhluk ini terlalu manis untuk dibuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!