TRAIN TO BUSAN

6.2K 583 80
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

Jeongin membenarkan letak selimut yang membungkus badan istrinya. Ia juga menarik istrinya untuk lebih nyaman tidur di dadanya. Tangan kirinya memeluk pinggang Felix, istrinya, dengan posesif. Sementara tangan kanannya menepuk-nepuk paha Felix yang dipangkunya di atas paha.

Felix mengeratkan pelukannya pada pinggang Jeongin. Merasa semakin nyaman meski ia tidur dalam posisi duduk.

Mereka sedang ada di kereta sekarang. Perjalanan ke Busan untuk merayakan Chuseok di rumah keluarga Jeongin. Tak mungkin kan mereka ke rumah keluarga Felix yang ada di Australia. Terlalu jauh dan jadwal kerja Jeongin dan Felix yang sedang padat sekali.

Ini saja mereka harus lembur seminggu penuh dulu sebelum mengajukan libur tambahan dua hari. Jadi mereka hanya punya total libur hanya 5 hari. Jika mereka nekat pergi ke Aussie, mereka bisa saja kelelahan dan sakit pada akhirnya. Jadilah mereka memutuskan merayakan Chuseok pertama mereka sebagai pasangan suami istri di rumah keluarga besar Jeongin, di Busan.

"Kalian pasti pasangan pengantin baru ya?" Tanya seorang nenek yang duduk di samping bangku Jeongin dan Felix, dengan senyum meneduhkan. Disampingnya, suami si nenek juga menatap nereka berdua dengan tersenyum.

"Ah, iya nek. Kami baru menikah hampir satu tahun ini" jawab Jeongin sopan, dengan wajah berserinya.

"Wah, berarti ini perayaan Chuseok pertama kalian ya? Pasti sangat menyenangkan sekali" ucap si kakek yang ikut menimpali.

"Ya, ini Chuseok pertama kami sebagai pasangan suami istri" jawab jeongin dengan binar bahagia terlihat jelas di wajahnya.

"Aku jadi ingat Chuseok pertama kami puluhan tahun yang lalu. Saat itu aku sebagai istri hanya bisa berdoa sendiri di rumah, karna suami ku yang seorang tentara pada zaman itu sedang berperang. Aku fikir saat itu, akan sangat bersyukur jika ada suami ku di sampingku saat perayaan Chuseok pertama kami. Istri mu pasti sangat senang sekali saat ini" kenang si nenek.

"Ya, istriku sangat antusias sekali sejak kemarin" ucap Jeongin.

Ya, sejak kemarin, bahkan satu minggu yang lalu saat Jeongin pulang membawa tiket kereta untuk pulang ke Busan, istrinya langsung melompat ke pelukannya dan memekik senang.
Dan puncak antusias Felix kemarin, membuat istri manisnya itu bolak-balik keluar masuk semua ruangan di apartemen sederhana mereka dengan barang-barang bawaan mereka juga oleh-oleh untuk saudara Jeongin di Busan.

"Kau harus lebih bersyukur anak muda. Saat itu, yang ada di fikiran ku adalah agar pulang dengan selamat tanpa kehilangan satu anggota badan pun agar tak membuat istriku khawatir. Dan setelah aku sampai dirumah, istriku langsung menangis melihat ku masih dengan baju tentara ku" ucap si kakek diiringi kekehan kecilnya.

"Aku sangat mengkhawatirkannya" kekeh si nenek mengikuti suaminya.

Jeongin bisa melihat sorot cinta yang sangat besar dari mata kedua suami istri yang sudah lanjut usia itu dengan jelas. Sangat besar dan tak luntur termakan usia. Ia harap ia dan Felix bisa memiliki cinta sebesar itu dan selalu awet seperti kakek nenek di sampingnya.

***
**
*

"Menantu ku!" Teriak ibu Jeongin dari dalam rumah setelah melihat taxi yang membawa pasangan suami istri baru itu sampai di depan rumahnya.

Ia bahkan berlari tergopoh-gopoh menyambut anak dan menantunya, lalu setelah Felix keluar dari dalam taxi, langsung ia peluk dengan erat.

"Astaga ibu, pelan-pelan! Kau bisa menyakiti calon cucu mu di perut Felix!" Ucap kakak laki-laki Jeongin yang ikut keluar menyambut adik dan adik iparnya.

"Apa kabar hyung?" Sapa Jeongin, setelah itu memeluk singkat hyungnya.

"Baik tentu saja. Kalian juga kan?" Tanya hyung Jeongin, memeluk Felix sekilas setelahnya membantu Jeongin menurunkan barang bawaan mereka yang cukup banyak.

"Aduh, maafkan ibu ya sayang. Ibu terlalu antusias karena merindukanmu. Kau tak terluka kan?" Tanya ibu Jeongin, menyesal karena memeluk menantunya dengan sedikit kencang.

"Tidak apa-apa ibu" balas Felix dengan senyum cantiknya.

"Cucu ku juga tak apa-apa kan?" Tanya ibu Jeongin lagi. Tangannya mengelus perut Felix yang masih rata.

"Tidak apa-apa juga kok nenek" ucap Felix dengan suara kecilnya, menirukan suara bayi.

"Astaga, aku tak sabar melihat mu sembilan bulan lagi, sayang" ucap ibu Jeongin dengan senang.

"Sebaiknya kita masuk ke dalam, dan biarkan Jeongin dan Felix beristirahat dulu" ucap ayah Jeongin yang tadi hanya diam dengan senyum teduhnya melihat istri, anak-anak dan menantunya yang terlihat bahagia.

***
**
*

"Kau lelah?" Tanya Jeongin setelah Felix merebahkan badannya di kasur Jeongin yang ia tempati saat kecil sebelum keluarganya sempat pindah ke Seoul.

"Tidak kok. Aku kan tidur terus di kereta sepanjang perjalanan" jawab Felix dengan senyumnya.

"Kamu haus, atau mau ku buatkan susu?" Tanya Jeongin lagi.

Seminggu lalu, saat ia pulang membawa tiket kereta ke Busan, istrinya memberitahu juga jika mereka akan menjadi orang tua. Senang sekali Jeongin mendengarnya. Sampai-sampai ia hampir membatalkan tiket pulang ke Busan. Tapi Felix merengek untuk tetap pulang ke Busan. Jadi disinilah mereka sekarang. Di rumah keluarga Jeongin. Dan, selama seminggu ini ia semakin protektif dan menjadi suami siaga untuk istrinya.

"Aku mau suami ku saja. Sini, tidur di sebelah ku! Aku ingin tidur sebentar lagi sambil memeluk suami ku yang tampan" Felix menggeser badannya lalu menepuk-nepuk kasur disebelahnya agar Jeongin bisa berbarin di sebelahnya.

Jeongin tertawa kecil dibuatnya. Setelah hamil, istrinya senang sekali tidur sambil memeluknya. Mungkin bawaan hamil.

"Nah, sudah kan? Tidurlah istri ku. Nanti aku bangunkan saat makan malam" Jeongin menggelung tubuh mungil istrinya ke pelukannya.

Tak lupa juga menggelus lembut perut rata Felix yang kini ada nyawa lain didalamnya. Anak mereka. Jeongin selalu suka saat meletakkan telapak tangannya di perut Felix. Seperti ia sedang berkomunikasi dengan anaknya.

"Hai, malaikat kecil. Cepat tumbuh dan lahir ya. Kami sangat menantikan mu. Kita rayakan Chuseok tahun depan bersama mu juga ya" ucap Jeongin pelan dengan tangan yang mengelus perut rata istrinya.

***
**
*
*END*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang