JEALOUS

5.3K 480 52
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

"Kita akhiri saja. Selamat tinggal!"

Tuuut tuutt tuuutt...

***
**
*

Woojin tertawa bersama teman-teman barunya. Didepannya ada segelas besar bir yang isinya tinggal setengah. Sementara benda kotak di sebelahnya terus bergetar sejak tadi.

"Angkatlah dulu!" Ucap Chan, teman baru Woojin yang ia temui di pengenalan mahasiswa baru kemarin.

"Tidak penting kok!" Cuek Woojin.

Woojin mematikan panggilan telfonnya juga bersama dengan ponselnya sekalian. Ia tak ingin melewatkan acara minumnya bersama teman-teman sekelas barunya.

***
**
*

Felix mendesah sedih saat panggilannya lagi-lagi di tolak. Ini sudah kesekian puluh kalinya sejak terakhir ia mendengar suara lembut seseorang yang begitu dirindukannya.

Bingkai foto disampingnya yang memamerkan momen kedekatannya bersama seseorang itu, membuat matanya lagi-lagi memanas. Felix merindukan seseorang dengan senyum lembut itu.

"Hyung.." isak Felix sekali lagi.

***
**
*

Woojin memijit ujung kepalanya yang berdenyut nyeri. Praktikum hari pertama benar-benar menguras hampir seluruh tenaganya. Biasanya segelas teh madu hangat dan pijitan seorang koala manis bisa membuat pusing Woojin menghilang seketika.

Ia seperti tertampar kenyataan, jika ia tak akan merasakan dua hal itu lagi. Karna seseorang itu tak lagi ada di sampingnya.

"Koala.." ucap Woojin pada bingkai Foto yang menggantung di dinding kamarnya.

***
**
*

Felix tergelak saat Jisung mendapat pukulan keras dari Seungmin saat lelaki tupai itu diam-diam mencuri kentang goreng di piring Seungmin. Semakin tergelak lagi saat Jisung jatuh dari kursinya sendiri.

Siang ini, setelah menyelesaikan ujiannya, Felix ditarik pergi ke kafe langganan ketiga sahabat itu untuk merayakan kebebasan mereka.

"Kalian bodoh sekali sih! Hahaha..." gelak Felix pada kedua sahabatnya.

***
**
*

Woojin mengerang frustasi sendirian di pinggir sungai Han dengan ditemani kaleng bir ketiganya. Ia menjambak keras rambut hitamnya yang sudah mulai memanjang. Ia menatap gambarnya bersama seseorang yang membuatnya hampir gila selama sebulan ini.

Ini salahnya. Seandainya saja setahun yang lalu ia tak bodoh dengan memutuskan lelaki manis itu, pasti ia masih bisa memeluk tubuh kecil itu dengan kedua tangannya. Ia menyesal. Sangat.

"Felix... maafkan aku" ucap Woojin dengan setitik air mata yang menetes di pipinya.

***
**
*

"Hyung!" Panggil riang Felix pada seorang lelaki yang amat sangat dirindukannya. Lelaki itu berdiri tepat di depan gerbang rumahnya dengan kedua tangan yang merentang, menunggu Felix masuk ke pelukannya.

Felix menubrukkan badannya pada lelaki itu. Ia tak perduli jika mereka bisa saja terjatuh bersama di tanah. Yang ia pikirkan agar secepatnya memeluk tubuh kekar kekasihnya.

"Kau hampir membuat kita berdua jatuh, bocah!" Omel lelaki itu namun dengan kekehannya yang sama seperti yang Felix lakukan. Tangannya mengangkat tubuh mungil Felix lalu memutarnya beberapa kali, hingga membuat Felix terkekeh senang.

"Hyung, aku pusing!" Prites Felix saat kekasihnya menurunkannya.

"Ayo masuk!" Lelaki itu membukakan pintu mobilnya untuk Felix.

Sementara Felix masih saja tersipu oleh perlakuan manis kekasihnya yang biasa ia dapatkan. Baginya, setiap perlakuan yang ia dapat dari kekasinya sangatlah manis dan tak pernah gagal membuat pipi Felix bersemu.

***
**
*

"Ini Felix, kekasihku.."

Woojin membeku. Didepannya lelaki manis yang sangat dirindukannya tengah mengulurkan tangan mungilnya pada Woojin dengan santainya. Seperti tak ada apapun diantara mereka sebelumnya.

"Lama tak bertemu hyung" ucap Felix dengan senyum manisnya.

"Kalian sudah saling mengenal?" Tanya lelaki tampan disebelah Felix.

"Ya. Kami mantan kekasih, Chan hyung" ucap enteng Felix yang seperti tak ada beban sama sekali saat mengatakannya.

Berbeda dengan Woojin yang masih membeku menatap telapak tangan kecil Felix. Ia tak menyangka jika kekasih manis yang selalu di sombongkan Chan padanya dan teman-teman mereka adalah lelaki manis yang masih dicintai Woojin hingga saat ini.

"Wah, kalau begitu, aku harus lebih menjaga mu mulai saat ini, bocah!" Gurau Chan yang disambut kekehan gemas Felix.

Senyum Felix masih sama bagi Woojin. Manis dan menular. Buktinya, walau hatinya bergetar sakit, namun bibirnya tak bisa menolak untuk ikut tersenyum bersama senyum manis Felix.

Ia cemburu. Pada Chan dan pada kesempatan Chan yang miliki. Felix miliknya dulu. Namun kini, sahabatnya, Chan lah yang memiliki si manis Felix. Jika ia punya kesempatan yang sama, ia tak akan mau lagi bodoh. Tak akan lagi ia membuat Felix pergi dari hidupnya sekali lagi. Seandainya.

***
**
*
*END*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang