(Part 1)
*Happy Reading*
***
**
*Felix membolakan matanya saat namanya di panggil bersama dengan nama Han Jisung. Si Jenius dari kelasnya yang selalu duduk di bangku paling depan. Si jenius yang selalu memenangkan juara satu disetiap perlombaan dari yang akademik maupun non-akademik. Si jenius yang sialnya sangat tampan hingga membuat loker dan mejanya setiap hari selalu penuh dengan surat dan hadiah. Si jenius yang sialnya lagi diam-diam disukai Felix sejak hari pertama penerimaan siswa baru dua tahun lalu.
Dan hari ini untuk pertama kalinya, Felix mendapatkan kesempatan berharga bisa satu kelompok bersama dengan si Jenius. Felix senang. Tapi juga takut. Takut berakhir konyol dan memalukan dirinya sendiri didepan Jisung.
"Lee Felix" ucap suara berat yang tepat berada di samping kirinya.
Bodoh!
Saking larutnya ia memikirkan Jisung, ia sampai tak sadar si sosok yang ada di kepalanya sudah berdiri tegap di samping mejanya.
"Y.. ya?" Ucap Felix terbata. Tenggorokannya terasa tercekik saking gugupnya.
"Bisa geser?" Jisung mengedikkan dagunya, menyuruh Felix bergeser ke bangku Seungmin yang sudah kosong entah sejak kapan. Sementara pemiliknya sendiri entah berada dimana.
"Oh.. maaf. Silahkan" ucap kaku Felix.
Felix menggeser buku dan duduknya, hingga tak sadar benda kecil berwarna biru menyembul dari bawah bukunya yang tadi ditindihnya.Sret!
"Eh?!" Pekik Felix. Matanya membulat sempuna sekali lagi saat benda itu sudah terangkat di tangan Jisung.
Surat Cinta untuk Jisung yang ia selipkan hampir setiap hari di kolong meja Jisung bersama bekal makanan sehat buatannya sendiri.Gawat!
"Kau..?" Ucap Jisung tak meneruskan kata-katanya saat melihat wajah memerah Felix.
Felix menunduk. Menyembunyikan bulir air matanya yang sialnya menyembul ke permukaan mata beningnya. Kenapa juga ia ingin menangis?
"Aku simpan. Sekarang kita selesaikan dulu tugasnya!" Ucap Jisung.
Surat beramplop biru muda itu ia simpan di lipatan buku paket matematika yang ia bawa.
***
**
*"Lee Felix!" Ucap Jisung keras, hingga membuat Felix menjadi pusat perhatian teman-teman kelasnya.
Felix menoleh pada si jenius. Tak sanggup lagi menjawab panggilan Jisung. Ia takut suaranya malah terdengar aneh saat ia membuka mulutnya.
***
**
*"Jadi kau salah satu yang mengirim surat ini?" Tanya Jisung pada lelaki mungil yang menunduk di depannya.
Setelah mengumpulkan tugasnya, Jisung mengajak Felix mengikutinya ke ruang osis yang kosong pada jam ini. Ia bisa mudah membuka ruang osis karena kunci ruang osis ada padanya. Ia ketua osis, tak heran kan?
"Ma.. maaf. Aku tak akan melakukannya lagi jika kau tak suka" cicit Felix dengan suara tercekat. Ia takut dan sedih, menjadi satu.
Mendengar nada datar Jisung dengan raut wajah yang tak kalah dingin, membuat hati Felix tak karuan. Ia yakin, Jisung akan membencinya setelah ini.
"Ya! Jangan lakukkaan lagi! Jangan ada surat-surat konyol ini lagi!" Ucap dingin Jisung.
Hati Felix berdenyut nyeri. Ia tak pernah merasa semenyakitkan ini menyukai seseorang. Salahnya juga sih. Ia yakin hal ini pasti membuat Jisung terganggu.
"Lakukan secara langsung! Ucapkan apa yang ingin kau ucapkan pada ku. Berikan bekal buatan mu langsung pada ku. Jangan diam-diam. Aku tak suka. Aku lebih suka kau duduk di samping ku, memakan bekal buatan mu bersama ku!" Lanjut Jisung dengan senyum tampannya.
Felix mendongak kaget. Ia tak bodoh untuk mengartikan apa maksud ucapan Jisung. Hati Felix yang tadinya berdenyut nyeri, kini berdebar hangat. Ia yakin pipinya kini juga sudah memerah.
"Ji.. Jisung.." cicit Felix.
"Aku suka bekal biatan mu. Apa lagi Kimbabnya. Buatkan yang banyak besok. Kita makan bersama disini!" ucap lembut Jisung dengan tangan yang mengusak lembut surai karamel Felix.
Jisung tak pernah sesenang ini mendapat hadiah dari seseorang tak dikenal, yang ditinggalkan di meja atau lokernya. Dari sekian hadiah, bekal berkotak doraemon yang selalu menjadi favoritnya. Dan ia lebih senang saat tahu amplop biru muda yang biasanya tersemat di atas kotak bekal doraemon itu, ia temukan di bawah tumpukan buku paket lelaki manis di kelasnya yang menarik perhatiannya.
Ya, Jisung diam-diam juga memperhatikan si manis Lee Felix. Di manis pendiam yang tak pernah berinteraksi dengannya di kelas maupun di luar kelas. Ia hanya tahu sebatas nama saja. Dan Jisung ingat bagaimana senangnya ia saat namanya di panggil bersama dengan nama Felix tadi oleh guru Kim untuk sekelompok bersama.
"Jisung.. Jisung.." ucap Felix dengan menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Jisung.
"Eh? Ya?" Ucap Jisung terkejut.
"Sudah bel. Ayo kita kembali ke kelas" ucap Felix mengingatkan.
"Hm" gumam Jsiung.
"Eh?" Pekik Felix tertahan saat tangan kecilnya digenggam Jisung.
"Begini saja. Aku suka tangan kecil mu!" Ucap lembut Jisung yang menarik tangan kecil itu untuk mengikuti langkahnya kembali ke kelas mereka.
Oh, lihat saja wajah memerah Felix yang terlihat seperti tomat.
***
**
*
*END*
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!