"Pagi, Om Changbin"
Changbin mendengus sebelum dilengkapi dengan decak yang keluar dari bibirnya. Tangan panjangnya bergerak memutar kemudi Ferrarinya.
"Om udah sarapan belum?" Celoteh Felix.
Mata bulatnya menatap berbinar sosok Changbin yang duduk disebelahnya. Diam-diam, Felix mengaggumi lelaki tampan disebelahnya yang terlihat berwibawa dengan setelan jas hitam dan kemeja donker, sehelai dasi merah tua, sebuah jam tangan mahal yang terlihat mengintip di lengan jasnya, celana panjang kain hitam yang membungkus kakinya, juga sepatu pantofel hitam yang melengkapi penampilan luar biasa tampannya.
"Udah tadi" balas Changbin setelah membelokan mobilnya di pertigaan komplek perumahan.
Felix merengut mendengar balasan Changbin. Merasa tak puas dengan menu sarapan Changbin.
"Tuh, kaaaan! Om Changbin selalu deh! Udah berapa kali aku bilang kalo jangan minum kopi doang buat sarapan! Udah tau lambungnya sensitif! Masih aja bandel! Tau ah! Aku males sama om Changbin!" Felix menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Sementara kepalanya ia tolehkan ke kaca. Tak mau melihat ke arah lelaki tampan disebelahnya.
Changbin menoleh ke arah anak SMA yang duduk disebelahnya. Mengecek wajah merengut Felix yang berkali-kali terlihat lebih manis.
Tapi, ia tak mau berinisiatif membujuk ABG itu untuk tak marah lagi padanya. Gengsinya yang setinggi langit menahannya.
***
Mobil Ferrari merah itu berhenti tepat disamping pintu gerbang sekolah Felix. Gerbang masih terlihat senggang karena memang mereka datang lebih pagi hari ini.
Itu karena hari ini Changbin harus memimpin rapat dengan klient dari Vietnam pagi ini. Makanya, mau tak mau, Felix juga harus berangkat lebih pagi dari biasanya.
"Nanti_"
"Aku pergi" Sela Felix sebelum Changbin meneruskan kalimatnya.
Bahkan saat Changbin coba menahan Felix, si manis itu sudah terburu turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke dalam sekolah.
Changbin yang ikut keluar dari mobilnya hanya menatap punggung kecil Felix yang semakin menjauh. Helaan nafas panjang keluar dari bibirnya.
Diliriknya jam tangannya. 6.30 AM. Kurang dari setengah jam lagi Changbin harus sudah sampai di kantornya.
Untuk saat ini, Changbin harus mengenyampingkan Felix terlebih dahulu. Biar nanti ia usahakan agar bisa menjemput lelaki manis itu saat pulang sekolah.
***
Kaki Felix melangkah tak minat menapaki jalan menuju gerbang. Kakinya sesekali menendang sengit daun kering yang menghalangi langkahnya.
"Haaah!" Hela Felix. Dihentikannya juga langkah kakinya beberapa meter sebelum gerbang.
Seharian ini tak hentinya Felix menghela nafas kasarnya. Terlebih saat Changbin berkeliling di kepalanya. Membuatnya semakin mengkhawatirkan sosok tua itu yang gampang sakit maag jika lupa makan.
"Ck! Dasar tua! Udah tau penyakitan! Masih aja bandel!" Sungut Felix dengan kaki yang menghentak-hentak.
Felix jadi merasa menyesal pagi tadi mengomeli Changbin. Harusnya ia tak mengomel disaat Changbin pasti sedang pusing karena rapat dengan klient pentingnya pagi ini.
"Hish! OM CHANGBIIIIIN!" Teriak Felix.
Ia tak peduli jika ada guru dan siswa yang mendengarnya. Lagi pula, bel sekolah sekolah sudah lewat dari satu jam yang lalu. Ia saja yang terlalu malas pulang karena harus pulang sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!