*Happy Reading*
***
**
*Felix mengerang saat perutnya terasa diremas kuat hingga membuat kedua mata mengantuknya mau tak mau terbangun. Mata Felix mencari jam yang tergantung di dinding kamar mereka. Masih pukul 3 pagi. Felix menurunkan kaki jenjangnya dari ranjang dengan perlahan agar suaminya yang baru tidur beberapa jam tak terbangun. Dengan berjinjit, Felix masuk kedalam kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang kosong.
Sudah beberapa hari ini kondisi kesehatannya menurun. Kadang tiba-tiba saja kepalanya terasa pening, atau perutnya terasa mual seperti saat ini atau badannya yang terasa sangat lemas. Ia belum sempat bertemu dokter istana karna jadwalnya yang cukup padat setelah menyandang gelar sebagai istri pangeran Genovia. Sebagai istri seorang pangeran, Felix harus menemani suaminya kemanapun Jeongin pergi.
"Hueekk.. uhuk! Hueekk.."
Felix terus memuntahkan isi perutnya. Tak ada apapun yamg bisa ia muntahkan kecuali cairan asam lambungnya. Namun tetap saja perutnya terasa seperti diaduk-aduk.
Jeongin membuka matanya saat mendengar suara asing dari dalam kamar mandi yang lampunya menyala. Diliriknya kasur sebelahnya yang telah kosong. Berarti istrinya lah yang ada di dalam kamar mandi. Dengan mata yang masih mengantuk, Jeongin menghampiri pintu kamar mandi yang tertutup.
Tok tok!
Jeongin mengetuk pintu kamar mandinya yang ternyata terkunci dari dalam oleh istrinya. Jeongin khawatir mendengar suara istrinya yang muntah dan sesekali merintik kesakitan.
"Felix? Ada apa?" Tanya Jeongin dari luar.
"Hueekk.. uhuk, uhuk!"
Jeongin semakin khawatir saat tak mendengar jawaban istrinya. Ia hanya mendengar suara gemericik air dari wastafel yang semakin mengecil.
Cklek!
Felix akhirnya membuka pintu kamar mandi yang memang sengaja ia kunci agar suaminya tak terganggu tidurnya karena suara berisik yang ia sebabkan.
Greb!
"Kau tak apa?" Jeongin memeluk tubuh ringkih Felix sebelum menangkup pipinya yang terasa sedikit hangat.
Felix mengangguk meski wajahnya terlihat sangat pucat dan suhu badannya yang mulai meninggi. Badan lemasnya saja kini bertumpu pada badan suaminya.
Sret!
Jeongin menggendong tubuh istrinya ke arah ranjang mereka. Setelah memakaikan selimut ke badan istrinya, Jeongin mengangkat gagang telfon yang berada di sebelah nakas tempat tidurnya.
"Halo, panggil dokter sekarang! Ku tunggu di kamar!" Ucap Jeongin tanpa membiarkan pengawalnya menyela.
Setelah mematikan sambungan telfon, Jeongin duduk di pinggir ranjang yang ditiduri Felix. Tangannya mengelap keringat dingin yang membasahi wajah cantik Felix. Tak pernah Jeongin melihat Felix sakit sampai seperti ini. Ia tak mau berfikir buruk tentang apapun yang dialami istrinya.
***
**
*Jeongin memandang was-was dokter Kim yang baru selesai memeriksa kondisi istrinya. Wajah dokter Kim terlihat cerah kontras sekali dengan wajah keruh pangeran muda itu. Wajah pucat Felix juga terlihat mengeruh, menunggu penjelasan dokter tentang kondisinya.
"Selamat pangeran, anda akan menjadi seorang ayah" ucap Kim Woojin yang kini telah menunduk memberi hormat pada calon rajanya kelak.
Felix dan Jeongin mematung. Mereka sama-sama mencoba meyakinkan diri lewat tatapan mereka jika apa yang barusan dikatakan dokter Kim bukan hanya sekedar ilusi saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!