POSESIF II

4.3K 454 59
                                    

(PART II)

*Happy Reading*
***
**
*

Felix membuka matanya perlahan karena denyut nyeri dikepalanya. Saat berhasil membuka matanya, ia baru sadar ia ada di kamarnya. Felix ingat kok semua kejadian semalam. Ia juga ingat bagaimana nekatnya dia saat merampas minuman Minho dan meneguknya sampai habis.

Ia jadi menyesal. Ternyata alkohol tak seenak yang ada di fikirannya. Ia bersumpah tak akan lagi berurusan dengan yang namanya alkohol selamanya.

Ah! Woojin! Felix jadi ingat kekasihnya.

Dengan panik, Felix melompat turun dari ranjang dengan menahan denyut nyeri dikepalanya. Felix mencari Woojin ke semua sudut rumahnya. Bahkan kini air matanya sudah turun saat tak menemui jejak Woojin sedikitpun di rumahnya.

"Kau sudah bangun?" Ucap Doyeon, kakak Felix yang baru masuk ke rumah mereka dengan tangan yang penuh dengan barang-barang belanjaan.

"Kenapa kau menangis begitu?" Tanya Doyeon saat melihat air mata mengalir dari kedua mata adiknya.

"Nunna.. Woojin hyung dimana?" Tanya Felix disela isaknya.

"Kekasihmu? Dirumahnya mungkin" ucap Doyeon cuek.

Ia masih marah pada adiknya yang bisa-bisanya pulang dalam keadaan mabuk di antar Woojin. Ia bahkan sampai tak bisa tidur karena Felix terus saja mengigau semalaman.

"Nunna, maafkan Felix. Felix yang salah. Felix melanggar larangan nunna" tangis Felix pecah saat ia sadar nunnanya marah padanya.

Dilingkarkan tangan mungilnya pada perut rata Doyeon yang masih tak menghiraukan adiknya. Tangannya sibuk menata barang belanjaannya ke kulkas, tak memperdulikan adiknya yang sudah menangis sampai sesenggukan sambil mememluknya.

Ia biarkan saja Felix seperti itu. Toh memang Felix salah. Ia memberi izin Felix untuk datang ke pesta Chan dengan syarat tak boleh mencicipi minuman beralkohol, tapi adiknya malah pulang dalam keadaan mabuk.
Untung saja mereka tinggal hanya berdua saja karena orang tua mereka yang tetap tinggal di Aussie mengurus perusahaan disana. Kalau sampai orang tuanya tahu, mereka pasti kecewa pada Felix juga sama sepertinya.

"Kau sudah nunna peringatkan kan? Kenapa masih dilanggar?" Ucap dingin Doyeon setelah selesai menata belanjaannya.

Ia juga sudah menata sup penghilang mabuk yang sengaja ia beli untuk adiknya, di meja lengkap dengan makanan kesukaan Felix lainnya.

"Maafkan Felix, nunna. Felix yang salah. Tak ada yang memaksa Felix minum. Woojin hyung juga sudah melarang Felix. Maaf nunna. Felix salah" isak Felix dengan air matanya yang mengalir deras.

"Makanlah. Setelah itu hubungi kekasih mu. Sepertinya dia kecewa sekali pada dirinya sendiri karena tak bisa mencegahmu minum" ucap lembut Doyeon yang tak tega berlama-lama memarahi adik kesayangannya.

***
**
*

Hari ini sudah hari kedua setelah insiden mabuk Felix. Woojin menghilang. Tak bisa dihubungi dan tak ada di apartemennya. Bahkan Felix sampai menginap di apartemen Woojin untuk menunggu kekasihnya itu pulang, namun tak ada sedikitpun tanda-tanda Woojin pulang ke apartemennya.

Felix jadi semakin menyesal telah melanggar larangan kakak dan kekasihnya. Jika saja malam itu Felix tak nekal merebut minuman Minho, pasti sekarang ia masih bisa bertemu kekasihnya.

"Hiks.. Woojin hyung... hiks!" Isak Felix sendirian di ruang tengah apartemen Woojin yang masih kosong.

Ia baru saja menghubungi ponsel Woojin lagi untuk kesekian kalinya dalam hari ini, namun tetap saja ponsel kekasihnya tak bisa dihubungi.
Felix menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan yang disangga kedua kakinya sendiri, menyembunyikan air mata yang terus turun di pipinya.

Ia takut Woojin tak mau bertemu dengannya lagi. Ia tak mau jika Woojin meninggalkannya. Ia berjanji tak akan melanggar larangan Woojin lagi saat lelaki itu kembali. Dan itupun jika Woojin masih mau kembali padanya.

"Felix?" Panggil Woojin saat menemukan kekasih mungilnya duduk di sofa ruang tengahnya sendirian dengan posisi menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan.

Felix menengadahkan kepalanya dengan cepat saat mendengar suara lembut kekasinya. Matanya membola saat melihat Woojin berdiri di ambang pintu dengan tas besar dan setumpuk buku tebal di pelukan Woojin, menatap bingung ke arahnya.

"Woojin hyung!" Felix melompat ke pelukan Woojin, tak membiarkan kekasihnya pergi lagi.

"Eh? Kau kenapa?" Tanya Woojin bingung.

"Maafkan aku. Aku yang salah. Hiks.. maafkan aku.. aku tak akan minum lagi. Jangan pergi lagi hyung.." tangis Felix. Tangan mungilnya melingkari badan bongsor Woojin yang masih memeluk tumpukan buku tebalnya.

"Eh, aku sudah memaafkan mu kok. Jangan menangis begini!" Woojin menurunkan tumpukan bukunya lalu gantian memeluk Felix yang masih betah menangis.

Woojin membawa Felix duduk di sofa agar lelaki kesayangannya itu bisa lebih tenang dan menghentikan tangisnya. Diusapnya dengan lembut bahu sempit Felix yang masih menempel memeluknya, seperti jika lepas sedikit saja maka Woojin akan menghilang dari hadapannya.

Woojin membiarkan Felix memeluknya hingga hampir satu jam sampai kekasihnya itu berhenti menangis. Ia juga masih terus mengusap bahu kekasihnya.

"Maafkan aku hyung" cicit Felix.
"Aku sudah memaafkan mu kok. Aku juga minta maaf ya, tak bisa menjaga mu dengan benar kemarin" ucap lembut Woojin. Dapat ia rasakan tangan mungil Felix melingkar semakin erat pada pinggangnya.

"Aku janji tak akan melanggar laranganmu lagi hyung, asal kau tak meninggalkan aku" ucap sedih Felix.

"Kau ini berkata apa sih? Aku tak meninggalkan mu kok" ucap Woojin yang tak mengerti apa yang diucapkan Felix.

"Lalu kemana kau tiga hari ini hyung? Aku menghubungimu ratusan kali, menginap dirumah mu, mencarimu di kampus, tapi kau tak ada. Kau tak bisa ku hubungi juga" ucap sedih Felix.

"Eh? Bukannya aku sudah bilang padamu di mobil sebelum kita ke Club Chan, kalau aku akan penelitian selama dua hari di gunung kan?" Tanya Woojin.

"Eh? Oh, iya! Aku lupa!" Ucap Felix. Merutuki kebodohannya sendiri. Atau mungkin karena efek alkohol yang masih belum hilang di otaknya.

"Makanya, jangan pernah mencoba minuman beralkohol! Kau jadi pikun begini kan!" Ucap Woojin dengan kekehannya.

"A.. aku lupa" Felix menyembunyikan wajah tersipunya di dada bidang kekasihnya.

"Astaga, lucu sekali kekasih ku!" Woojin terkekeh gemas melihat tingkah malu-malu Felix di dadanya.

Ini alasannya Woojin begitu sangat menjaga kekasih mungilnya yang masih polos. Ia tak mau kepolosan Felix sampai terkontaminasi pergaulan buruk diluar atensinya. Ia mau Felixnya tetap seperti ini. Seperti anak kecil untuknya.

***
**
*
*END*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang