Allura membeku duduk di hadapan laki-laki paruh baya berkacamata yang memakai setelan jas bermotif stripe nuansa biru navy yang menatapnya bagai seorang tersangka. Sementara Noe duduk di ujung sofa dengan bersedekap menatapnya penuh selidik.
"Bapak siapa?" tanya Allura.
Laki-laki di hadapan Laura tersenyum. "Saya Benji Danso, seorang capo Barong yang sedang mencari dalang di balik mutan." Laki-laki bernama Benji itu memperkenalkan diri.
"Capo?" Allura mengernyit tak mengerti.
"Anda pasti masih sangat familiar mendengarnya. Kurang lebih itu sebuah organisasi di dalam mafia."
"Jadi Bapak juga seorang mafia?" Allura menatap Benji dan Noe bergantian. "Lalu apa hubungannya dengan saya?" tanyanya.
Benji tersenyum. "Saya yakin pasti ada hubungannya, Nona."
"Jangan katakan kalau ini masih berhubungan dengan mutan sialan itu?"
"Kurang lebih seperti itu," jawab Benji pongah.
Allura menggeleng. "Saya sudah berkali-kali mengatakan, jika saya tidak ada hubungannya dengan mutan itu."
"Fine, jika Anda tidak berhubungan dengan barang yang kami incar itu. Tapi sayangnya Anda berhubungan dekat dengan Aaron, orang yang sedang kami incar, Nona Allura."
"Kalau begitu kenapa kalian tidak menangkap Aaron? Kenapa saya yang harus kalian tangkap?" cecar Allura kesal menatap Benji dan Noe.
Lagi-lagi Benji tersenyum dengan mengangkat satu kaki. "Karena begitulah cara kami bekerja sebelum menangkap pemeran utamanya."
"Kalian salah tangkap orang. Ini penculikan namanya," protes Allura.
"Kita lihat saja nanti, apakah kami memang salah tangkap orang atau justru kami menangkap sasaran yang tepat." Sejenak Benji melirik Noe yang tersenyum simpul.
Allura menatap Noe dan Benji bergantian penuh kebencian. "Saya pasti akan melaporkan kalian berdua. Lihat saja nanti."
"Fine, kami akan menantikan itu. Tapi sebelum Anda kecewa, saya akan memberi tahu lebih dulu, jika kami ... bukan orang yang bisa ditangkap dengan sembarangan, Nona Allura." Benji menyeringai.
"Kalian pikir saya takut?" Allura menaikkan dagu.
"Saya hanya khawatir Anda kecewa nantinya jika terlalu percaya diri, Nona."
Noe tergelak pelan di sofa single melihat keangkuhan Allura.
"Berengsek," umpat Allura melirik tajam Noe.
"Baik. Kita sudahi dulu perkenalan hangat ini. Kita akan mulai sesi selanjutnya dengan ini." Benji menurunkan kakinya dan mengeluarkan sebuah plastic klip yang berisi obat-obatan dan meletakkannya di atas meja di hadapan perempuan di hadapannya.
"Perkenalan hangat dengkulnya itu," gerutu Allura mencebik.
"Apa Anda pernah melihat ini, Nona Allura?" tanya Benji melirik barang di atas meja.
Allura mengernyit menatap beberapa butir obat berbentuk kapsul bening di hadapannya. "Apa ini?"
"Ini adalah mutan. Apa Anda pernah melihatnya?" Benji menyelisik wajah Allura.
Noe melihat kedua bola mata Allura bergerak gelisah seperti mencoba mengingat sesuatu. Sebelum kemudian berhenti pada satu titik dengan ekspresi mikro yang berlangsung cepat.
"Saya tidak tahu dan saya tidak pernah melihatnya," jawab Allura menatap ragu-ragu laki-laki di hadapannya.
Noe melihat bibir Allura berkerut dengan frekuensi berkedip yang jarang. Terlebih kontak matanya pada lawan bicara yang beberapa kali menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...