Part 93

45 3 0
                                    

Tepat membuka pintu, Aaron dikejutkan pemandangan yang sangat mengerikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tepat membuka pintu, Aaron dikejutkan pemandangan yang sangat mengerikan. Membuat langkahnya bergerak cepat menangkis pisau tajam yang akan menghunjam Allura yang tampak terikat dan tersungkur di lantai.

“Apa yang kamu lakukan, Joice?!” hardik Aaron membuang pisau tersebut,

“Lepaskan aku, Aaron! Biarkan aku membunuh perempuan jalang itu!” Joice memberontak ingin dilepaskan.

Plak!

“Jaga ucapan kamu, Joice.” Aaron menatap tajam usai melayangkan tamparan.

Mendapat tamparan untuk pertama kalinya, Joice membeku memegangi pipinya. “Aaron … kamu ….”

“Allura bukan perempuan jalang, Joice. Hati-hati kamu kalau bicara,” ucap Aaron tajam.

Melihat pemandangan itu, Allura tersenyum senang. Akhirnya ada yang memberikan tamparan kepada perempuan ular tersebut. Membuatnya bisa menyeringai meremehkan kepada Joice yang melirik ke arahnya.

“Yang pantas mendapat sebutan perempuan jalan adalah kamu, Joice … bukan Allura,” desis Aaron tajam.

Joice benar-benar dibuat membeku dengan wajah pucat pasi. Bahkan kedua matanya seketika mengambang.

Aaron kemudian membantu tubuh Allura beranjak duduk. Setelahnya dia mendapati wajah perempuan tercintanya itu penuh bekas tamparan yang membuat hidung dan mulutnya berdarah. Membuatnya kembali menatap tajam Joice. “Apa kamu yang melakukannya?”

“Kenapa, Aaron? Kenapa kamu masih berusaha melindungi perempuan itu?! Kamu bahkan berani menaparku sekarang!” protes Joice.

Aaron beranjak berdiri dan langsung mencengkeram kerah Joice. “Siapa yang menyuruh kamu untuk melukainya, hah?!” hardiknya.

Dengan kedua mata memecah bulir air mata Joice memberanikan diri menjawab. “Nggak ada yang menyuruhku. Karena memang aku yang ingin melenyapkannya.”

Penuh amarah Aaron membanting tubuh Joice ke atas ranjang. Membuat Allura cukup terkejut dengan sikap kasar Aaron untuk pertama kalinya pada seorang perempuan.

“Aku sudah pernah memperingatkan kamu untuk jangan menyentuh Allura lagi, Joice. Tapi rupanya kamu mengabaikan peringatan itu. Kali ini aku nggak akan ngasih kamu kesabaran lagi,” desis Aaron.

“Aku sedang mengandung anak kamu, Aaron. Jangan lupakan itu.” Joice menatap tajam Aaron.

“Kamu pikir aku peduli dengan bayi dari hasil kamu menjebakku itu?” Aaron semakin sengit.

Joice tergelak kecut. “Kenapa? Bukankah bayi yang aku kandung ini yang justru akan mengikat kamu sama aku?”

“Jangan bemimpi, Joice. Sampai kapan pun aku nggak akan pernah menikahi kamu. Karena satu-satunya perempuan yang akan aku nikahi hanyalah Allura,” tegas Aaron.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang