Part 54

60 2 0
                                    

Noe menghentikan langkah dan menelan ludah merasakan debarannya yang semakin menjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Noe menghentikan langkah dan menelan ludah merasakan debarannya yang semakin menjadi. Membuatnya khawatir, jika Allura akan mendengarnya. Terlebih dia bisa merasakan cengkeraman Allura yang begitu erat di pundaknya. Bisa dipastikan Allura juga dilanda kegugupan saat ini.

Allura semakin dibuat membeku dengan pergerakan Noe yang terhenti. Membuatnya harus menahan napas karena berusaha menyembunyikan debarannya. Namun, sebuah debaran lain cukup menarik perhatiannya. Entah itu debaran jantungnya yang masih terdengar atau … debaran jantung di balik dada bidang yang menumpu tubuhnya.

“Bisakah kamu memutar kenop pintunya?” tanya Noe cukup mengejutkan.

“Apa?” Allura mendongak menatap tak mengerti wajah tanpa ekspresi itu.

“Tubuh kamu berat banget. Tanganku nggak bisa memutar kenop pintu.” Noe memberanikan menatap wajah yang dipastikan akan kesal bukan main itu.

Allura langsung membulatkan mata. “Apa kamu bilang barusan?”

“Aku bilang tolong putar kenop pintunya.”

“Kamu nggak mengatakan itu barusan.” Allura menatap tajam.

“Tubuh kamu berat. Tanganku nggak bisa memutar kenop pintu.” Noe menaikkan satu alis begitu tengil.

Allura menganga tidak percaya. “Berengsek,” umpatnya yang kemudian memutar kenop pintu dan mendorong dengan kasar pintu kamar di hadapannya.

Melihat raut kekesalan Allura, Noe melipat bibir mengumpat tawa.

“Turunkan aku,” suruh Allura dengan wajah bersungut.

“Sudah hampir sampai kamu minta turun?” Noe kembali menaikkan satu alisnya begitu tengil.

Allura mengeraskan rahang. “Memangnya aku minta kamu gendong? Kamu saja yang sok-sokan menawarkan diri,” ucapnya tajam.

Noe berdeham salah tingkah mengingat dirinya sendiri yang memang menawarkan diri.

“Aku bilang turunkan aku sekarang!” jerit Allura memberontak dalam gendongan Noe.

Noe yang enggan menghiraukan memilih melangkah masuk, karena hanya tinggal beberapa langkah saja meletakkan tubuh Allura di atas ranjang.

“Dasar Berengsek,” umpat Allura tepat tubuhnya diletakkan di atas ranjang.

Noe menautkan kedua alisnya. “Setelah aku menggendong kamu sampai kamar, kamu bilang aku berengsek?”

“Iya berengsek. Kenapa? Kamu keberatan?” Allura semakin melotot tajam.

Noe memasukkan kedua tangannya ke dalam saku begitu pongah. “Kamu nggak bisa ya mengucapkan terima kasih?”

Allura menyeringai dingin. “Nggak akan ada kamus dalam hidup aku untuk mengatakan terima kasih kepada Noe Erlangga.”

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang