Part 100

53 1 0
                                    

Noe menyibak lembut rambut Allura yang tengah terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Noe menyibak lembut rambut Allura yang tengah terlelap. Wajah ayu itu dipenuhi beberapa luka. Mulai dari luka di pelipis, biru pada pipi hingga beberapa luka pada sudut bibir. Ditambah kedua tangan yang penuh dengan bekas cengkeraman. Membuatnya dipenuhi kepiluan. “Banyak banget luka yang kamu dapatkan.”

Pelan-pelan Noe mengolesi beberapa luka itu dengan salep antibiotic sembari memandangi wajah teduh itu. Sampai kemudian dia mendapati Allura mengernyit dengan memekik tangis dan menggeliat gelisah.

“Allura, ada apa?” Noe menepuk-nepuk pipi Allura mencoba untuk menyadarkan.

Allura semakin memekik tangis dengan napas tersengal.

“Allura, bangun. Kamu bisa dengar aku?” Noe yang panik berusaha menyadarkan Allura.

“Aaa!!” jerit Allura yang langsung membuka mata menatap kosong laki-laki yang menepuk-nepuk pipinya. Sebuah ingatan mengerikan saat Aaron menembakkan diri dan terjun dari gedung menyinggahi mimpinya. Belum lagi ucapan-ucapan terakhir Aaron yang masih teringang di telinganya.

“Allura, it’s okey … it’s okey. Kamu aman di sini. Sadarkan diri kamu, Allura.” Noe berusaha menenangkan dengan mengusap lembut pipi Allura.

“Apa yang terjadi?” tanya Allura kebingungan.

“Nggak ada. Kamu mungkin hanya mimpi buruk.”

“Aku masih melihat Aaron menembakkan diri dan terjun dari gedung. Aku juga masih mendengar suara Aaron.” Allura menggeleng-geleng berusaha mengusir ingatan mengerikan tersebut.

“It’s okey … I’ts okey. Kamu hanya masih shock dengan kejadian itu.” Noe mengusap-usap lembut pipi Allura berusaha menenangkan.

Allura kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang begitu asing. “Aku di mana?”

“Kamu di apartemen aku.”

“Apartemen? Kamu punya apartemen?” Allura mengernyit.

Noe mengangguk. “Iya, ini apartemen aku.”

Allura kemudian mencoba beranjak duduk dengan meringis merasakan lengannya yang mulai kesakitan. “Ya Tuhan, sakit banget.”

“Pelan-pelan, Allura. Luka kamu masih belum pulih.” Noe membantu tubuh Allura bersandar pada sandaran ranjang. Setelahnya mengambil obat pereda nyeri di atas nakas dan gelas minumnya. “Minumlah. Ini obat pereda nyeri. Anastesi di luka kamu mungkin sudah hilang sekarang,” ucapanya menyodorkan gelas minum.

Allura mengambil gelas minum dan obat tersebut. Setelahnya meminumnya. “Kenapa kamu membawa aku ke sini?”

“Karena aku pikir kamu nggak akan mau lagi aku bawa ke panthouse.” Noe kembali meletakkan gelas minum di atas nakas. “Lagi pula di sini jauh lebih aman buat kamu ketimbang di panthouse yang sering diakses sama anak-anak Barong,” jelasnya.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang