Part 89

42 3 0
                                    

Usai sadar dari luka di kepala, Noe langsung bergegas menyiapkan persenjataan yang dimasukkan ke dalam rangsel hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Usai sadar dari luka di kepala, Noe langsung bergegas menyiapkan persenjataan yang dimasukkan ke dalam rangsel hitam. Laki-laki yang kepalanya masih dibalut perban itu seperti tidak peduli dengan kondisinya sendiri karena ingin kembali menyelamatkan Allura.

Menuruni tangga, Noe melihat Adam dan Salim yang tengah berjaga di penthousenya. Namun, dia tidak peduli. Karena malam ini juga dia harus menyelamatkan kembali Allura.

“Mau ke mana, Bro?” Adam mencoba menahan langkah laki-laki berjaket kulit bomber berpadu kaus hitam, ripped jeans hitam dan slip on sneakers hitam yang tampak siap untuk bertarung kembali.

“Ke tempatnya Aaron,” jawab Noe.

“Dengan keadaan begini mau ke tempatnya Aaron?” tanya Adam terkejut.

“Kenapa? Kalau kalian nggak mau ikut, jangan halangi gue.” Noe terus melangkah.

“Bro, lo baru saja siuman. Tenang dululah, Bro. Kita pikirkan dulu rencananya.” Salim berusaha membujuk.

“Gue nggak bisa diam saja di sini.” Noe menepis tangan Salim yang berusaha menahannya.

“Lo hampir saja meregang nyawa tadi. Dokter Ken bilang keadaan lo masih belum pulih, Bro.” Adam kembali berusaha menahan.

“Gue sudah bisa jalan, berarti gue sudah pulih,” ucap Noe yang tidak ingin dihalangi.

Adam dan Salim saling pandang dan dibuat gemas oleh keras kepala Noe Erlangga yang tidak bisa dikendalikan.

Tepat Noe menekan tombol lift hingga pintunya terbuka, sosok laki-laki berbalut jas, celana, vest hitam dan kemeja putih itu muncul di balik pintu lift.

“Mau ke mana kamu, Noe?” tanya Benji.

“Saya mau ke tempatnya Aaron.” Noe berusaha merangsek ke dalam lift.

Benji langsung menahan tubuh anak suahan andalan dalam organisaisnya itu. “Kita perlu membuat rencana, Noe. Jangan bertindak bodoh hanya karena kamu ingin menyelamatkan Allura.”

“Tapi saya nggak bisa diam saja di sini, Pak.”

“Saya tahu kamu mencintai Allura. Tapi apa kamu tahu? Beberapa saat lalu kamu hampir meregang nyawa, kalau bukan kami yang bergegas menyelamatkan kamu.”

Noe terpejam penuh sesal.

“Allura pasti baik-baik saja. Bukankah Aaron nggak akan bisa melukai Allura? Jadi tenangkan diri kamu dan mari kita mulai untuk menyusun rencana selanjutnya.” Benji berusaha membujuk.

Kali ini Noe mengusap kasar wajahnya. Meskipun Aaron tidak akan melukai Allura, tetapi tetap saja dia tidak bisa berhenti mengkhawatirkan Allura. Terlebih mengingat wajah Allura yang meminta tolong untuk diselamatkan tadi.

“Jangan keras kepala. Karena kamu juga perlu memikirkan keadaan kamu dulu. Dokter Ken bilang benturan di kepala kamu mungkin akan memberikan efek pusing selama beberapa hari. Kalau kamu memaksa untuk bergerak … kemungkinan kamu nggak akan bisa bangun dari ranjang setelahnya.”

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang