Part 71

46 3 0
                                    

Allura duduk di atas Phanter hitam memandangi lalu-lalang orang yang memberikan jempol dan senyum kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Allura duduk di atas Phanter hitam memandangi lalu-lalang orang yang memberikan jempol dan senyum kepadanya. Sementara dia tak bisa menyunggingkan senyum sekarang. Sebab isi kepalanya tengah berkelana mencerna percakapannya dengan Aaron.

"Jadi Allura pahlawannya hari ini?" tanya Ken yang tengah menjahit luka tembak di lengan Benji.

Benji hanya tersenyum.

"Kamu memang nggak salah membawa Allura masuk ke dalam organisasi, Benji. Aku rasa Allura bukan orang sembarangan setelah berhasil menaklukan Aaron," sanjung Ken.

"Nona Allura, aku padamu!" seru Adam seraya menunjukkan jarinya yang berbentuk hati kepada Allura. Laki-laki yang mengakui diri sebagai penggemar itu sejak tadi begitu kagum oleh keberanian Allura menodongkan pistol ke kepala Aaron.

Sorakan kemudian menggema di markas yang berisi anak-anak organisasi yang tengah melakukan pengobatan usai babak beluk beradu tenaga dengan anak buahnya Aaron. Beruntung tidak ada yang mengalami luka serius, kecuali Benji yang harus dijahit karena goresan peluru di lengannya.

Noe muncul dari balik ruangan dengan senyum simpul mendengar sorakan kekaguman atas keberanian Allura. Meski begitu, dia cukup penasaran. Entah obrolan apa yang dilakukan Allura hingga membuat Aaron menurunkan senjata.

Allura hanya tersenyum tipis. Pemandangan di hadapannya mengingatkannya pada penggemar-penggemarnya yang selalu menyambutnya begitu antusias. Membuatnya cukup merindukan dunianya. Namun, sebuah pemandangan laki-laki yang masih menyisahkan kekesalan di hatinya memudarkan senyumnya.

"Apa nggak ada yang terluka?" tanya Noe memastikan.

"Nggak ada," jawab Allura ketus seraya langsung turun dari mobil mencoba menjauh dari laki-laki yang masih membuatnya kesal.

Noe langsung mencekal lengan Allura. "Tapi pelipis kamu berdarah."

"Aku bisa mengurusnya sendiri. Jadi nggak usah sok peduli." Allura menarik tangannya.

Noe yang juga keras kepala kembali mencekal lengan perempuan bersorot mata penuh kebencian itu. "Kalau begitu obati," ucapnya dengan sorot mata tajam seraya mengulurkan kotak P3K.

Ya, Noe pun bisa menunjukkan keras kepalanya, jika Allura tidak bisa dilunakkan. Terlebih perempuan itu juga mendapatkan luka dari pergulatan tadi.

"Aku bilang aku bisa mengurusnya sendiri." Allura semakin menatap tajam.

"Kamu yang mengobati sekarang atau aku yang mengobati?" Noe tampak tak mau kalah.

Allura mengeraskan rahang dan memilih mengambil kotak P3K itu dengan kasar. Lalu berlalu dari tatapan yang semakin menghunjam kekesalannya itu. Dia kemudian meletakkan kotak P3K itu di atas mobil untuk mengobati lukanya sendiri.

Noe berkacak pinggang dan mengembuskan napas berat melihat sikap Allura yang masih dingin kepadanya sampai hari ini. Membuat kepalanya semakin kacau untuk memahami perempuan keras kepala itu.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang