Part 61

60 3 0
                                    

Seorang laki-laki berseragam hitam yang tengah menyanggah ponsel di telinga tampak terpejam mengeraskan rahang mendengar perkembangan di lokasi kejadian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang laki-laki berseragam hitam yang tengah menyanggah ponsel di telinga tampak terpejam mengeraskan rahang mendengar perkembangan di lokasi kejadian. "Pak," panggilnya pada laki-laki yang sudah menampilkan wajah frustrasi di balik meja kerja.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Aaron dengan napas memburu oleh amarah.

"Semua terbakar habis, Pak," jelas anak buah tersebut takut-takut.

Aaron terpejam dan mengepalkan tangan di atas meja. "Bagaimana dengan Dokter Frans?"

"Kita masih belum berhasil menemukannya."

Penuh amarah Aaron langsung menyibak segala rupa di atas meja hingga berserakan di lantai. "Kamu cari Dokter Frans sampai ketemu, meksipun itu hanya jasadnya," perintahnya tajam.

"Baik, Pak." Anak buah tersebut dengan patuh meninggalkan ruangan yang sudah berserakan oleh amukan bos besarnya.

"Fuck!" teriak Aaron seraya membanting segala macam benda yang ada di sekitarnya. "Barong Berengsek! Kalian akan tamat di tangan gue!" hardiknya.

Laki-laki memakai setelan jas bermotif plaid itu tidak berhenti meremas rambutnya kasar karena begitu frustrasi. "Sampai Dokter Frans jatuh di tengan mereka, maka tamat sudah riwayat gue."

"Kamu kenapa, Aaron?" tanya perempuan memakai dress asymmetric putih yang terkejut dengan kondisi ruangan yang berantakan.

"Tolong jangan ganggu aku, Joice. Aku sedang nggak bisa meladeni kamu sekarang," pinta Aaron.

"Tapi ini ada apa, Aaron? Kenapa kamu ngamuk sampai begini? Perusahaan kamu bangkrut?" tanya Joice penasaran.

"Aku bilang jangan ganggu aku, Joice!" hardik Aaron menatap tajam perempuan penganggu dalam hidupnya itu.

Joice tergelak tidak percaya. "Kamu bentak aku? Kamu berani bentak aku, Aaron?"

"Iya! Kenapa?! Kalau kamu nggak suka sebaiknya pergi dari ruanganku!" Aaron semakin melotot tajam.

"Berani sekali kamu bentak aku saat aku lagi mengandung anak kamu." Joice semakin menantang.

"Stop menggunakan bayi itu sebagai alasan, Joice!" hardik Aaron. "Jangan gunakan bayi untuk alsan licik kamu," desisnya tajam.

Joice menyeringai dingin dengan kedua mata mengambang. "Alasan licik kamu bilang? Kamu lupa dengan video mesum kita, Aaron?"

Aaron yang kewarasannya sudah di ambang batas langsung meraih sebuah pistol dan menodongkannya ke arah Joice. "Sekali lagi kamu mengancamku, aku akan tembak kamu sekarang."

Joice tampak ketakutan sekarang. Sekujur tubuhnya langsung gemetar hebat melihat wajah bengis Aaron untuk pertama kalinya.

"Jangan mengangguku dengan hal-hal licik lagi, Joice. Saat ini kepalaku benar-benar sedang nggak waras. Sekali kamu melewati batas kesabaranku, nyawa kamu benar-benar akan berakhir di tanganku," gertak Aaron.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang