Lagi-lagi Allura berakhir dalam kungkungan Noe. Terlebih posisinya kali ini begitu intim dan membuatnya cukup tertegun.
“Berhenti melakukan hal bodoh, Allura. Kecerobohan yang kamu buat ini bisa saja melukai diri kamu sendiri,” lirih Noe menatap dalam mata indah yang tengah dipenuhi kabut kebencian itu.
“Kalau begitu lepaskan aku dari sini!” teriak Allura kesal.
“Kalau begitu katakan tentang mutan itu.” Noe tak mau kalah.
“Aku nggak akan mengatakannya.” Allura semakin sengit.
Noe menyeringai. “Kamu masih ingin melindungi laki-laki berengsek yang sudah mengkhianati kamu? Otak kamu masih nggak bisa berfungsi rupanya, Allura.”
Allura mengeraskan rahang. “Berengsek,” desisnya tajam. “Kamu pikir dengan aku membenci Aaron, maka aku akan membuka mulut tentang mutan itu? Kamu salah, Noe. Justru aku menutup mulut untuk melindungi diriku dari mafia berengsek kayak kamu. Otakku jauh lebih berfungsi dari yang kamu kira,” sambungnya.
Noe tertegun. Lagi-lagi Allura di luar dugaannya. Harus dia akui, jika perempuan keras kepala di bawah tubuhnya saat ini penuh dengan akal.
“Meskipun aku bisa lepas dari kamu setelah mengatakan mutan itu, belum tentu aku bisa lepas dalam keadaan hidup-hidup. Pada akhirnya kamu juga akan melenyapkanku ‘kan?”
“Sejak awal aku menyandera kamu, aku nggak berniat buat menyakiti kamu, Allura. Tujuanku hanya untuk memancing Aaron dan menggali informasi. Tapi kamu saja yang keras kepala sampai hari ini,” lirih Noe.
“Aku nggak percaya sama mulut mafia berengsek kayak kamu, Noe,” desis Allura tajam.
“Kalau begitu nikmati saja hidup kamu yang terkurung di dalam penthouse ini bersamaku, Allura,” tegas Noe.
“Lepaskan dan menyingkir dari tubuhku.” Allura berusaha memberontak.
Noe menyeringai dan semakin mengungkung. “Kalau aku nggak mau bagaimana? Salah kamu sendiri yang memancingku untuk melakukan hal ini.”
Allura menelan ludah. Wajah rupawan yang sejak awal begitu dibencinya itu kini membuatnya berdebar. “Aku akan menghajar kamu habis-habisan kalau kamu berani menyentuhku lagi, Noe.”
Wajah pongah itu lagi-lagi membuat Noe berdebar. Membuatnya teringat malam panas kemarin. “Seharusnya malam itu aku nggak menyentuh kamu, kalau saja kamu nggak menawarkan diri, Allura.”
“Oh ya? Lalu kenapa kamu menciumku saat aku mabuk, Noe? Bukankah saat itu kamu dalam keadaan sadar? Apakah saat itu aku juga menawarkan diri?” Allura menaikkan satu alisnya pongah tak mau kalah.
Noe terdiam. Harus dia akui, jika dia yang memulai sentuhan fisik itu sejak awal.
“Nggak usah munafik, Noe. Sejak kamu berani menciumku, itu sudah membuktikan kalau kamu memang laki-laki berengsek,” desis Allura tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...