Part 118

38 2 0
                                    

Allura tampak melangkah pincang dengan bantuan tongkat menuju ruangan tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Allura tampak melangkah pincang dengan bantuan tongkat menuju ruangan tengah. Suara bising dan aroma wangi dari dapur sejak tadi cukup menarik prerhatiannya. “Mama! Mbak Tika! Kalian lagi ngapain?” panggilnya pada orang-orang rumah.

Sejak tadi Allura tidak menemukan sosok mamanya atau asisten rumah tangganya yang biasanya akan menghampirinya, jika dia sudah memanggil. Membuatnya celingukan mencari pada seisi rumah yang tampak terasa begitu sepi, kecuali suara bising dapur yang entah siapa yang membuatnya.

“Mama sama Mbak Tika ngapain sih di dapur, kok dipanggil-panggil dari tadi nggak ada yang nyahut?” gumam Allura yang terus melangkah mendekati dapur.

Langkah Allura kemudian tiba-tiba terhenti oleh pemandangan pagi yang sangat tidak asing di dapurnya. Laki-laki berperawakan tinggi berkaus hitam tampak sibuk membuat sesuatu di balik pantry. Membuatnya mengernyit. “Noe.”

Noe kemudian menoleh. “Kamu sudah bangun?”

“Ngapain kamu di sini pagi-pagi?” tanya Allura cukup penasaran.

Noe mematikan api kompor dan melangkah menghampiri perempuan memakai jumpsuit baby pink yang memperlihatkan bahu terbukanya. “Mama kamu yang meminta aku buat kemari. Katanya butuh bantuanku.”

“Bantuan apa?” Allura mengernyit.

“Bantuan buat jagain kamu. Karena mama kamu ada jadwal terapi di rumah sakit ditemani Mbak Tika, jadi beliau meminta bantuanku buat jagain kamu sementara.” Noe kemudian memapah tubuh Allura menuju meja makan. “Duduklah. Aku baru selesai membuatkan sarapan,” pintanya.

Allura yang masih tampak kebingungan kemudian duduk di kursi. Terlebih melihat sikap Noe yang masih hangat seperti biasanya. Padahal laki-laki tersebut kemarin sempat kesal karena ucapannya. “Kamu ….”

“Apa?” Noe menatap Allura yang tampak ingin menyampaikan sesuatu.

Allura langsung menggeleng, urung untuk memulai membahas perihal masalah kemarin. Terlebih dia tidak cukup berani untuk mengatakan maaf saat ini.

“Aku akan mengambilkan sarapan kamu.” Noe tersenyum dan kembali melangkah ke dapur untuk menyiapkan hidangan.

“Sejak kapan Mama pergi?” tanya Allura berusaha memecah kecanggungan.

“Mungkin sekitar 1 jam yang lalu.” Noe kemudian datang dengan membawa semangkuk hidangan.

“Memangnya kamu nggak ada kesibukan hari ini?”

Noe meletakkan hidangan tersebut di atas meja. “Ada. Kesibukanku hari ini adalah mengantarkan kamu ke rumah sakit melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada kaki kamu. Hari ini kamu ada jadwal ketemu sama dokter saraf ‘kan?”

“Kenapa juga aku harus ngerepotin kamu buat pergi ke rumah sakit? Kamu pikir aku nggak bisa ke rumah sakit sendiri? Aku kan bisa pergi sama Mama atau Mbak Tika nanti.” Allura mulai ketus.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang