Part 111

30 2 0
                                    

"Turunkan pistol Anda!" teriak Gunawan di belakang Noe dengan todongan pistol ke arah Benji penuh peringatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Turunkan pistol Anda!" teriak Gunawan di belakang Noe dengan todongan pistol ke arah Benji penuh peringatan.

Benji menyeringai dingin dan semakin menekan ujung pistol di kepala Allura. Membuat Allura meringis kesakitan.

"Jadi kamu datang nggak seorang diri, Noe? Kamu mengabaikan peringatan dari saya? Apa perlu saya lubangi kepala perempuan yang kamu cintai ini?" Benji mulai mengancam.

Noe mengeraskan rahang dengan napas memburu dengan ancaman mengerikan itu. Terlebih melihat kesakitan Allura. "Turunkan senjata, Gun," perintahnya pada Gunawan.

"Noe." Gunawan tampak keberatan.

"Gue bilang turunkan senjata!" bentak Noe yang tak ingin membuat Allura terluka.

Gunawan menurunkan pistol dengan mengembuskan napas berat.

"Jadi ini identitas asli kamu, Noe? Seorang BIN rupanya." Banji menatap saragam yang dipakai Noe.

"Apa Anda terkejut?" Noe menaikkan satu alisnya pongah.

Benji tertawa. "Jadi selama ini kamu menipu saya, Noe?"

"Sama seperti Anda yang berhasil menipu banyak orang, Benji Danso," balas Noe tak mau kalah.

"Berengsek. Jadi Anda mengecoh kami berjam-jam di bandara karena ingin menculik Allura?" Gunawan menatap sengit.

Benji tertawa. "Bukankah ini permainan yang menyenangkan?"

"Sekarang katakan apa yang Anda inginkan dan lepaskan Allura," ucap Noe to the point.

Benji tersenyum. "Saya suka sekali dengan obrolan tanpa basa-basi ini. Kalau begitu saya akan langsung pada intinya. Allura mengatakan kalau Aaron memberinya memory card hitam. Saya yakin kamu mengetahui hal itu dan sudah melihat isinya. Sekarang serahkan memory card itu."

"Noe nggak memilikinya, Berengsek. Memory card itu hanya ada padaku." Allura menatap benci Benji dengan wajah meringis kesakitan merasakan salah satu kakinya yang tidak bisa digerakkan.

"Kalau begitu serahkan, Allura," ucap Benji.

"Kalau begitu lepaskan dulu ikatanku." Allura tak mau kalah.

"Darah di kaki Allura semakin mengucur, Noe. Aku yakin arterinya robek terkena tembakan. Kita perlu menyelamatkan Allura secepatnya," bisik Gunawan menyelisik luka di kaki Allura.

Noe mengeraskan rahang dan semakin khawatir melihat darah yang terus mengucur di bawah kaki Allura itu. Membuatnya segera memutar isi kepala. "Lepaskan Allura. Karena memang dia yang menyimpan memory card tersebut."

"Benarkah? Kalau sampai kamu berbohong ... aku akan benar-benar melubangi kepala Allura, Noe." Benji mengancam.

"Berikan memory card itu padanya, Allura," ucap Noe pada Allura. "Setelahnya biarkan Allura keluar untuk mendapatkan penanganan. Kakinya terluka cukup parah. Kita bisa melanjutkan masalah ini berdua sampai titik darah penghabisan jika Anda mau," sambungnya tajam pada Benji.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang