Part 105

51 1 0
                                    

Allura tampak mondar-mandir di ruang sofa dengan pandangan terus mengarah pada pintu masuk penuh harap atas kedatangan Noe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Allura tampak mondar-mandir di ruang sofa dengan pandangan terus mengarah pada pintu masuk penuh harap atas kedatangan Noe. Sudah 4 jam lamanya kepergian laki-laki tersebut membuatnya gelisah. Padahal pamitnya hanya sebentar, tetapi sampai malam tidak kunjung kembali.

“Kenapa lama banget sih kembalinya?” gumam Allura seraya memegangi perutnya yang terus mengeluarkan suara karena keroncongan. Sejak siang dia belum mengisi perutnya. Terlebih Noe meninggalkannya dengan begitu buru-buru.

“Apa aku masak sendiri saja, ya? Tapi aku kan nggak bisa masak.” Allura menatap pantry dengan terus berpikir. Sampai kemudian dia mengembuskan napas dan memutuskan tekad. “Lebih baik aku coba dulu daripada terus menunggu dengan perut kosong,” ucapnya.

Allura kemudian melangkah ke pantry dan mulai mencari sesuatu yang bisa dijadikan bahan makanan. Tampak sayuran dan daging mentah tersuguh di dalam lemari pendingin. Namun, dia tidak cukup mampu untuk mengolahnya. Sampai kemudian dia menemukan sebuah mie instan di rak atas yang menurutnya lebih mudah untuk dimasak.

Usai meletakkan panci berisi air di atas kompor dan menyalakan apinya, Allura kemudian mendengar kunci pintu password yang ditekan. Membuatnya tersenyum semringah untuk menyambut kedatangan seseorang yang dipastikan adalah Noe Erlangga.

Belum sampai menyuarakan sapaan, langkah Allura membeku melihat wajah muram Noe yang langsung mengempaskan diri di atas sofa dengan tangan menyanggah kepala. Laki-laki yang berkali-kali mengembuskan napas berat itu tampak mengepalkan tangan, menahan sesuatu yang teramat kesal. Membuatnya seketika mengurungkan niat untuk menyapa.

“Pasti ada sesuatu yang terjadi di luar sana,” gumam Allura yang memilih melihat Noe dari jauh.

Suara air mendidih kemudian mengalihkan perhatian Allura. Perempuan yang tampak takut-takut berhadapan dengan kompor menyala itu dengan panik melemparkan mi ke dalam air mendidih hingga memuncratkan airnya.

“Aa!!” jerit Allura merasakan cipratan air panas itu mengenai kulit wajahnya.

Noe seketika berjingkat terkejut mendengar suara yang amat familiar itu. Dengan cepat dia melangkah ke pantry dan menemukan perempuan memakai turtleneck sweater putih kebesaran miliknya itu tampak ketakutan akan sesuatu. “Allura, what’s wrong with you?”

Allura kemudian menunjuk panci di atas kompor. “Air panasnya muncrat.”

“Kamu masak mi?” Noe yang mengecilkan api pada kompor terkejut melihat bungkus mie di atas meja pantry.

Allura mengangguk dengan terus memegangi wajahnya yang terkena cipratan.

“Kenapa kamu masak mi?”

“Aku lapar. Habis kamu nggak pulang-pulang dari tadi. Aku kan nggak bisa masak,” jawab Allura mengerucutkan bibir.

Noe menghela napas dengan tatapan bersalah pada perempuan yang sejak tadi dia tinggalkan sendiri di dalam apartemen. “Maaf, ya. Kamu nungguin aku sampai kelaparan,” ucapnya menyentuh kedua pipi Allura.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang