Noe semakin mendekatkan diri pada Allura dengan satu tangan mencoba melepaskan pengikat di belakang kursi. "Saya rasa kamu udah lapar banget, sampai berkali-kali mengumpati saya dari tadi."
Allura menelan ludah dengan jantung berdebar melihat ujung hidung mancung Noe yang kurang sesenti menyentuh hidungnya. "Mau apa kamu, Berengsek?"
"Cuma mau melepaskan ikatan tangan kamu biar kamu bisa makan. Saya nggak mungkin menyupi kamu 'kan?" Noe menunjukkan tali di tangannya.
Tepat tali itu terlepas, Allura langsung mengangkat satu tangannya untuk menampar Noe. Sayangnya dia kalah cepat dengan tangan kekar yang begitu mudah mencekal tangannya.
"Kamu bisa menampar saya setelah urusan kita selesai. Jadi lebih baik kamu makan sekarang dan jangan buang-buang tenaga," lirih Noe tepat di wajah penuh amarah Allura.
"Lepaskan tangan saya, Berengsek," desis Allura.
Noe melepaskan tangan mungil itu dengan wajah tak beranjak di hadapan Allura. Untuk memastikan Allura tak lagi menyerangnya.
"Fine. Saya akan makan, karena saya sudah sangat sangat lapar. Jadi singkirkan juga wajah memuakkan kamu itu dari hadapan saya," desis Allura tajam.
Noe mengangguk dan menjauh. Kemudian duduk di sebelah Allura dengan tatapan memenjara.
Meski kesal, Allura tetap pada keinginannya untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan. Dia meraih sendok dan langsung mengambil makanan yang masih mengepulkan asap itu. Membuat mulutnya seketika terbakar karena tidak sabaran. "Ah, panas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...