"Fine. Kalau begitu kita lihat langsung saja, apakah Aaron sesuai seperti yang kamu harapkan." Noe beranjak berdiri meninggalkan tubuh Allura yang terlentang di atas sofa.
"Maksud kamu apa?" Allura beranjak duduk.
Noe kemudian melihat jam tangan di pergelangan kanannya. "Aku dengar Aaron tengah melakukan konferensi pers dalam siaran langsung. Menghilangnya kamu tepat pada hari pernikahan mewah itu beberapa hari ini telah menjadi trending topic di media."
Allura langsung menatap televise layar besar di hadapannya penuh penasaran.
"Aku yakin kamu juga sangat penasaran dengan keadaan di luar sana." Noe meraih sebuah remot dan menekan salah satu chanel pemberitaan yang tengah melakukan siaran langsung. "Mari kita lihat sama-sama," ucapnya melirik Allura yang langsung fokus pada layar televise.
"Menghilangkan Allura Milena di hari pernikahan masih menjadi misteri sampai hari ini. Pesta pernikahan mewah yang siap digelar 3 hari 3 malam dalam tayangan esklusif pada media itu seketika menjadi hari yang sangat buruk bagi Aaron Byran. Dipastikan kerugian yang diterima oleh anak sultan pewaris pertelevisian swasta itu mencapai miliaran rupiah. Tidak hanya itu, setelah 4 hari bungkam kepada awak media yang menunggu di depan rumah mewahnya, pada siang ini Aaron Bryan memutuskan melakukan konferensi pers dengan siaran langsung di hadapan puluhan media perihal Allura Milena yang tiba-tiba menghilang. Dengan didampingi beberapa bodyguard dan teman dekat Allura, yaitu Joice Miranda, Aaron kini terlihat menuruni tangga untuk menghampiri awak media di halaman rumah mewahnya."
"Aaron, Joice," lirih Allura penuh harap menatap sosok Aaron di balik layar.
Noe memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana menatap layar televise, menunggu reaksi Aaron.
Beberbagai pertanyaan saling dilempar media kepada Aaron yang sudah berdiri di hadapan puluhan kamera menyala. Membuat Allura berdiri menunggu pernyataan kekasihnya itu.
"Saya langsung saja menyampaikan hal yang sudah membuat saya dan keluarga besar saya malu dan dirugikan atas peristiwa menghilangnya Allura Milena 4 hari lalu. Terlebih sudah membuat banyak orang bertanya-tanya." Wajah pilu Aaron tampak tertunduk sesaat. "Jika melihat ke belakang sebelum hari pernikahan, saya memang melihat sikap Allura yang banyak berubah. Mulai dari sering meributkan hal-hal kecil sampai dengan berseberangan pendapat. Bahkan 2 keluarga kami tidak bisa satu tujuan sejak awal. Hal itu semakin diperkuat oleh teman dekat Allura sendiri yaitu Joice, yang sering mendengarkan Allura berkeluh kesah perihal keinginan mengakhiri hubungannya dengan saya. So, saya bisa mengambil kesimpulan, jika Allura memang sengaja menghilang di hari pernikahan karena memang berniat untuk mengakhiri hubungan dengan saya secara sepihak dan secara tidak hormat dengan cara mempermalukan saya sekeluarga di hadapan rekan bisnis dan khalayak umum tepat di hari pernikahan," sambungnya.
Kedua mata Allura seketika berkaca-kaca tidak percaya. "Apa? Aaron ... bisa-bisanya kamu mengatakan hal yang nggak masuk akal itu."
Noe tergelak pelan. "Kayaknya laki-laki yang amat kamu cintai itu nggak sesuai seperti yang kamu harapkan, Allura."
"Memang benar. 1 bulan sebelum pernikahan Allura pernah mengatakan kepada saya ingin mengakhiri hubungan dengan Aaron, lantaran tidak bisa menerima kesibukkan Aaron setiap harinya. Seminggu menjelang pernikahan mereka bahkan sempat bertengkar hebat, lantaran Allura ketahuan jalan dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan Aaron. Namun, Aaron yang begitu mencintai Allura memilih memaafkan dan melanjutkan rencana pernikahan itu. Sayangnya ... Allura memilih menghilang tanpa memberikan satu kata pun kepada Aaron tepat di hari pernikahan," tambah Joice yang berdiri begitu anggun di sebelah Aaron.
Genangan di pelupuk mata Allura seketika pecah membelah pipi dengan hati tersayat-sayat mendengar tuduhan tak berdasar itu. "Joice ... lo kok bisa-bisa mengarang cerita hina itu tentang gue?"
Noe menyeringai. "Aku rasa Aaron nggak akan pernah mencari kamu, Allura. Dia lebih memilih memperbaiki nama baiknya dengan mengorbankan nama baik kamu."
"Jadi sejak hari itu saya sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Allura. Karena selain sudah mempermalukan saya dan keluarga saya, peristiwa kemarin juga sangat mempengaruhi pekerjaan yang sedang saya tangani saat ini," ucap Aaron mengakhiri wawancara dengan langsung melangkah pergi.
Allura hanya bisa geleng-geleng dengan berurai air mata merasakan kehancuran hatinya saat ini. "Aaron berengsek. Bisa-bisanya kamu ...."
Noe menoleh pada Allura yang menampakkan wajah kehancuran. "Satu-satunya orang yang kamu harapkan ternyata mengkhianati kamu begitu saja, Allura. So ... nggak ada yang bisa kamu harapkan sekarang."
"Tutup mulut kamu, Berengsek," geram Allura menatap tajam Noe dengan kedua mata memerah penuh air mata.
Noe tersenyum. "Rupanya kamu begitu sangat mencintai Aaron, Allura. Aku yakin hati kamu sekarang seketika hancur sehancur-hancurnya setelah melihat dan mendengar sendiri ucapan Aaron."
Ya, jangan tanyakan, bagaimana perasaan Allura saat ini. Perempuan angkuh yang begitu teramat mencintai Aaron itu kini ingin sekali menghancurkan apa pun, memaki dan berteriak sekencang mungkin sebagai bentuk kehancurannya.
Allura langsung melangkah lebar menuju kamarnya untuk mengunci diri. Dia tak ingin membuang-buang waktu meladeni Noe yang tampak senang melihat kehancurannya saat ini. Sebab tenaga dan akalnya saat ini hanya ingin dia habiskan untuk perasaannya yang porak-poranda atas cerita karangan Aaron dan Joice.
Tepat menutup pintu dan menguncinya dari dalam, Allura langsung berteriak sekeras-kerasnya dengan menangis dan melempar barang apa pun yang ada di dalam kamarnya.
"Aaron! Joice! Kalian pengkhianat sialan!" jerit Allura.
Vas bunga, lampu tidur dan gelas pecah berserakan di lantai. Allura kemudian terduduk dengan meraung-raung merasakan nasib buruknya yang tidak pernah dia duga-duga. Terlebih sosok Aaron yang amat sangat dia harapkan dan percayai justru membuangnya begitu saja dengan membuat cerita karangan. Bahkan Joice yang notabene sahabat yang selalu menjadi pendengarnya dalam segala hal, justru menikamnya dari belakang.
"Kenapa mereka harus seberengsek itu di hidup aku, Tuhan?! Aku salah apa sama mereka?" pekik Allura yang terus menangis. "Sekarang aku harus gimana di sini? Aku nggak mungkin terkurung selamanya di sini menjadi sandera mafia berengsek itu," sambungnya.
"Aaron ... aku salah apa sama kamu? Aku selalu menuruti semua kemauan kamu." Kali ini Allura menenggelamkan kepalanya di kedua kakinya yang ditekuk. "Lo kenapa seberengsek itu juga sih Joice sama gue? Gue juga salah apa sama lo?" pekiknya dengan pundak tak berhenti bergetar.
15 menit kemudian Allura menaikkan kepalanya dengan wajah penuh keputusasaan. Tangisnya kini menyisakah senggukan dan perasaan yang masih terluka. Pandangannya tampak kosong tak bisa berpikir. Setelahnya memutuskan beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar mandi.
Ya, mungkin duduk seorang diri di bawah pancuran shower menjadi pilihan terbaik Allura untuk saat ini. Mengingat dia selalu melakukan hal tersebut setiap kali dirundung kekesalan. Meski entah akan mampu memulihkan hatinya secepatnya atau tidak, perempuan yang merasa benar-benar hancur itu hanya ingin melakukan sesuatu sebagai peralihan.
Namun, bukan air pancuran shower yang Allura nyalakan, melainkan keran air dalam bak mandi yang tampaknya lebih menyegarkan baginya.
Bersambung.......
Dilarang plagiat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...