“Noe, semua alat-alat ECMO sudah dilepas dari tubuh Delon. Datanglah ke rumah duka sekarang.”Noe seketika terduduk di atas ranjang dengan tangan masih menyangga ponsel di telinga mendengar kabar tersebut. Gurat kesedihan perlahan-lahan tergambar di wajah rupawannya.
“Kita harus mengantarkannya ke tempat terakhirnya. Bagaimanapun juga dia sudah berusaha berjuang selama ini.”
Noe terpejam mengembuskan napas pilu. “Baik, Pak. Saya segera ke sana.”
Tepat panggilan berakhir, Noe langsung menenggelamkan wajahnya pada 2 telapak tangannya untuk menumpahkan kesedihan. Satu-satunya rekannya yang tersisa kini telah meninggalkannya.
Tak ingin berlarut-larut, laki-laki memakai turtleneck shirt hitam berpadu jeans hitam itu meraih jaket kulit bomber hitam dan melangkah meninggalkan kamarnya ke lantai bawah. Tampak beberapa anak buah berseragam hitam sudah menunggu di bawah menunggunya.
“Saya sudah menyiapkan mobil untuk kita berangkat,” ucap salah seorang anak buah.
Noe mengangguk dan menatap perempuan berkuncir kuda yang berada di antara anak buahnya turut ikut dalam keberangkatan.
Ya, meski masih memendam kekesalan kepada Noe, tetapi Allura mempunyai simpati atas kabar duka hari ini. Bagaimanapun juga dia sudah bergabung dalam organisasi dan harus ikut berbelangsungkawa. Terlebih dia tahu Delon juga adalah rekan baik mendiang kakaknya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah duka, Allura tidak berhenti melirik Noe yang terus diam. Dia tahu, laki-laki berwajah tegas itu dipenuhi kesedihan mendalam saat ini. Membuatnya mengerti atas rasa kehilangan itu.
Sampai di rumah duka yang dipenuhi oleh karangan bunga dan orang-orang berseragam hitam, Noe langsung menghampiri Benji yang terus mengusap air mata di samping peti. Dia langsung memeluk capo organisasinya itu untuk memberikan ketegaran.
“Terima kasih sudah menemani Delon sampai di akhir usainya, Noe,” ucap Benji menepuk-nepuk punggung tegap itu.
“Sama-sama, Pak,” ucap Noe pilu.
Noe kemudian mendekat pada peti terbuka yang menampilkan sosok Delon yang sudah rapi dengan setelan jas. Rekan baiknya dalam organisasi itu kini sudah melepaskan bebannya dan bisa pergi dengan tenang. “Berengsek. Lo bener-bener ninggalin gue sekarang, Lon.” ucapnya meringis pilu.
Benji kembali menepuk pundak Noe. “Dia sudah menepati janjinya bertahan sampai kita berhasil menghancurkan gembong mutan itu.”
“Ya, paling nggak dia sudah menepati janji.” Noe mengangguk-angguk berusaha menguatkan diri. “Thank you sudah menjadi teman baik gue selama ini, Lon. Semoga lo dan Rayi di sana bisa tenang. Karena misi kita telah selesai,” lirihnya.
Allura menatap pilu wajah kesedihan Noe di hadapan peti. Begitu pun banyak orang yang menampilkan kesedihan atas kepergian Delon. Membuatnya de javu atas kepergian Rayi yang juga menyisahkan kesedihan mendalam sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...