Part 82

50 2 0
                                    

Allura yang tengah membawa sebuah es krim tampak tersenyum bahagia kepada seorang laki-laki yang amat sangat familiar wajahnya di balik topi hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Allura yang tengah membawa sebuah es krim tampak tersenyum bahagia kepada seorang laki-laki yang amat sangat familiar wajahnya di balik topi hitam. Melihat tatapan penuh cinta itu Aaron langsung membanting ponsel di atas meja dengan menggeram kesal. Berita kemunculan Allura di sebuah pasar malam mendadak menjadi tranding pemberitaan usai salah seorang di sana memfoto pengantinnya itu.

"Di mana lokasinya?" tanya Aaron pada salah seorang anak buah.

"Masih ada di pusat kota, Pak. Tepatnya di lapangan Simpang Tujuh."

"Kerahkan anak-anak untuk mencari keberadaan Allura di sana sekarang. Saya mau kalian membawa Allura," perintah Aaron menatap tajam foto laknat yang masih tersuguh di ponselnya.

"Baik, Pak." Anak buah tersebut kemudian pergi meninggalkan ruangan.

Lagi-lagi Aaron harus memorakporandakan meja kerjanya atas kekesalannya. Terlebih melihat Allura yang tampak begitu bahagia bersama Noe Erlangga. Entah apa yang terjadi, hingga tatapan cinta yang biasanya ditujukan kepadanya, kini beralih pada laki-laki mafia itu.

"Allura ... apa yang terjadi sama kamu? Kamu nggak mungkin bersama Noe Erlangga." Aaron menggeleng-geleng, enggan menerima kenyataan itu.

Ya, laki-laki memakai setelan jas mocha bermotif plaid berpadu boots itu tidak bisa menerima jika pengantinnya sampai jatuh di tangan Noe Erlangga. Dia tidak akan tinggal diam untuk membiarkan hal itu terjadi. Bagimanapun caranya, Allura harus kembali kepadanya. Sebab perempuan itu adalah pengantinnya.

"Kamu adalah pengantinku, Allura. Nggak boleh ada orang lain yang bisa merebut kamu dari aku," lirih Aaron penuh ambisi. "Dan kamu ... Noe Erlangga. Berani-beraninya kamu menggunakan pengantinku sebagai senjata untuk melawanku. Aku akan mengambil pengantinku dari organisasi laknat kalian," desisnya tajam.

Suara langkah yang begitu familiar memasuki ruangan membuat Aaron memijat pelipisnya dan mengembuskan napas sesal. "Tolong jangan ganggu aku, Joice."

"Tapi ada hal penting yang ingin aku sampaikan sama kamu Aaron." Perempuan memakai white tanktop berpadu sweatskirt abu-abu dan black converse shoes itu tampak diliputi kecemasan di raut wajahnya.

Aaron menoleh. "Hal penting apa?"

Joice melangkah mendekat dan memberikan ponselnya yang menyala memperlihatkan sebuah video. "Video kita sudah tersebar."

"Apa?" Aaron yang terkejut langsung mengambil ponsel tersebut dan memutar videonya. Seketika matanya melotot tajam dengan deru napas memburu. Sebuah masalah baru kembali mengusiknya. Terlebih video panasnya dengan Joice yang kini juga menjadi tranding pemberitaan di salah satu akun Lambe Pedas.

"Bukan aku yang melakukannya, Aaron. Video itu tiba-tiba tersebar begitu saja." Joice menjelaskan dengan menangis ketakutan.

"Kamu yakin bukan kamu yang melakukannya?" Aaron menatap tajam Joice.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang