"Jab, cross, uppercut, hook, cross," ucap Noe memandu gerakan menggunakan tangannya yang berbalut punch mitt.Allura mengerahkan seluruh tenaga dan perasaan kesalnya memukul target di hadapannya sesuai arahan. Sejak kemarin dia sangat berambisi untuk bisa menumpahkan kekesalannya pada latihan tinjunya kali ini. Untuk membuktikan kepada laki-laki di hadapannya, jika dia bukan perempuan yang bisa diremehkan.
"Oke, latihan cukup." Noe menghentikan permainan yang sudah berlangsung setengah jam itu. Terlebih keadaan Allura yang sudah kelelahan karena dipenuhi amarah. Meski begitu dia harus mengakui pukulan dan tendangan Allura kali ini sudah sangat bertenaga.
"Kenapa berhenti? Kamu pikir aku nggak bisa melanjutkan permainan lebih lama?" Allura menantang begitu angkuh.
"Kamu bisa melumpuhkan tubuh kamu sendiri kalau memaksakan tenaga, Allura." Noe memperingatkan.
"Jangan terlalu meremehkanku, Noe." Allura tergelak kecut dan melangkah menghampiri samsak besar di belakangnya.
"Mau ngapain kamu?" tanya Noe.
"Kamu lihat saja sendiri. Kalau aku masih punya banyak tenaga untuk melanjutkan latihan." Allura menatap dingin Noe.
Ya, Allura yang masih memendam kekesalan memilih melanjutkan pukulan pada samsak suntuk melampiaskan amarahnya yang belum hilang. Membuat Noe berkacak pinggang melihat kemarahan yang masih membalut dalam diri Allura.
"Hentikan, Allura. Kamu sudah 2 jam mengerahkan tenaga kamu," suruh Noe.
"Dan kamu pikir aku nggak bisa melakukannya lebih dari 2 jam?" Allura terus memukul dan memukul.
Noe melapaskan salah satu punch mitt dan menarik tangan perempuan memakai one set sport hitam di balik jaket sport itu untuk menghentikan pukulan. "Jangan keras kepala, Allura. Kamu bisa melukai diri kamu sendiri."
Allura menepis kasar tangan Noe. "Dan kamu jangan meremehkanku, Noe. Aku nggak selemah yang kamu kira," balasnya menatap tajam.
"Kalau mau masih marah dengan obrolan kita kemarin, kita bicara." Noe berusaha membujuk perempuan yang sejak kemarin menunjukkan sikap uring-uringan padanya.
Allura menyeringai dingin. "Bicara? Aku rasa nggak ada gunanya berbicara dengan laki-laki yang nggak punya perasaan, Noe."
Noe mengembuskan napas berat.
"Kalau kamu sudah lelah melatih aku, sebaiknya kamu saja istirahat. Tenagaku masih penuh untuk melanjutkan latihan sendiri." Allura kembali memukul samsak di hadapannya.
"Fine. Kalau memang tenaga kamu masih penuh, ayo kita sparing." Noe kembali melepas salah satu punch mitt di tangannya dan melemparnya sembarangan. "Kamu seharusnya melampiaskan kemarahan kamu kepada orang yang seharusnya, Allura," ucapnya menantang.
Allura menyeringai dingin menatap Noe yang sudah berdiri menantangnya di atas matras.
"Aku akan ijinkan kamu memukulku, jika memang kamu bisa mengalahkanku." Noe memperlihatkan wajah garangnya sekarang. Jemarinya bahkan kini bergerak menantang Allura untuk mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...