Part 120

35 1 0
                                    

2 gelas es Americano dan sepiring hidangan torrone kemudian tersuguh di atas meja bersama perempuan paruh bayah yang masih menampilkan wajah judes yang ikut duduk bersama Noe dan Allura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 gelas es Americano dan sepiring hidangan torrone kemudian tersuguh di atas meja bersama perempuan paruh bayah yang masih menampilkan wajah judes yang ikut duduk bersama Noe dan Allura.

“Ibuk mau sampai kapan judes begitu? Ibuk bikin Allura takut, loh,” ucap Noe melirik pada Allura yang sejak tadi tampak takut-takut.

Perempuan tersebut kemudian menatap Allura dan menyunggingkan senyum. “Jangan khawatir, Allura. Ibuk nggak membenci kamu, kok. Ibuk hanya punya dendam pribadi sama laki-laki nggak tahu diri dan nggak tahu balas budi di hadapan kamu ini.”

Noe terpejam dan mengembuskan napas sesal mendengarnya.

“Senang bertemu sama kamu. Nama Ibuk Jafirah.” Perempuan paruh baya tersebut kemudian mengulurkan tangan kepada Allura.

Allura dengan senang hati menyambut uluran tangan tersebut. “Hallo Tante.”

Jafirah menggeleng. “Jangan panggil tante. Panggil saja ibuk.”

Allura cukup terkejut dan merasa tersanjung mendengarnya. Membuatnya menoleh kepada Noe yang memberikan anggukan dan senyuman. “Baik, Ibuk.”

“Karena kamu sudah berani membawa seorang perempuan di hadapan Ibuk, kamu akan menikahinya ‘kan?” Jafirah menatap Noe.

Noe mengangguk. “Tentu saja.”

“Ibuk yakin kalau bukan karena Allura, kamu nggak akan berani muncul di hadapan Ibuk dengan tangan kosong, Noe.” Jafirah mulai menatap tajam.

Noe tergelak pelan. “Tentu saja, Buk. Karena aku tahu, kalau Allura pasti mampu menyelamatkankau hari ini dari kemarahan Ibuk.”

Jafirah tertawa meremehkan. “Percaya diri sekali kamu. 6 tahun lamanya kamu menghilang tanpa kabar, kamu pikir bisa selamat hari ini hanya dengan membawa seorang Allura Milena? Enak saja. Sia-sia sekali Ibuk menyiapkan segala umpatan dan sumpah serapah buat menyambut kedatangan kamu hari ini.”

“Buk, ayolah!” Noe sedikit merengek meminta pengertian ibunya di hadapan Allura.

Jafirah kemudian menatap Allura. “Ini adalah pertama kalinya Noe membawa seorang perempuan ke hadapan Ibuk. Jadi Ibuk sudah bisa menebak hubungan kalian yang sudah serius. Ibuk nggak perlu berbasa-basi lagi, karena dengan senang hati Ibuk akan memberikan kalian restu. Hanya saja ….”

Allura mengikuti arah pandang Jafirah menatap Noe.

“Karena Ibuk punya dendam pribadi yang harus diselesaikan, maka Ibuk harus menyelesaikannya dulu hari ini dengan tersangka utamanya,” geram Jafirah menatap tajam Noe.

Noe hanya bisa tertunduk seperti anak kecil yang ketahuan mencuri.

“Untuk itu ….” Jafirah kembali menatap Allura dengan menyodorkan sepiring kudapan manis, “kamu nikmati dulu hidangan manis ini sembari menunggu kami menyelesaikan dendam pribadi kami.”

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang