Part 32

78 9 0
                                    

Usai meneguk habis botol mineral dingin, hati dan pikiran Noe masih juga tak kunjung membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai meneguk habis botol mineral dingin, hati dan pikiran Noe masih juga tak kunjung membaik. Air mineral dingin rupanya tidak cukup untuk mendinginkan kepalanya yang pening. Membuatnya memutuskan membuka rak atas untuk mengambil sebotol Pinot Noir. Namun, justru membuatnya tertegun, mengingat Allura yang begitu menyukai wine tersebut.

“Kenapa aku melakukan hal bodoh lagi?” Noe terpejam merutuki kebodohannya sendiri. “Seharusnya aku nggak menyentuhnya. Ini sudah di luar kendaliku,” sambungnya mengembuskan napas berat.

Ya, Noe semakin tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Allura seperti magnet yang memancing sesuatu yang liar dalam dirinya. Terlebih jika perempuan itu mulai menaikkan dagu begitu angkuh. Entah kenapa hal itu justru membuatnya semakin tertarik meladeni.

Denting lift kemudian mengalihkan perhatian Noe yang tengah menuang wine ke dalam gelas. Tampak laki-laki memakai jas hitam berpadu turtleneck t-shirt ungu dan sepatu oxford shoes melangkah memasuki ruangan.

“Apa terjadi sesuatu, Noe? Kenapa kamu nggak mengangkat panggilan saya?” tanya Benji melihat anak organisasi andalannya itu berkutat di dapur.

“Eh, Pak. Ada perlu?” Noe melangkah menghampiri dengan membawa segelas wine.

“Tumben banget kamu siang-siang begini minum.” Benji menatap gelas wine di tangan Noe.

“Cuma lagi pengen saja.” Noe tersenyum simpul usai meneguk wine.

“Apa ada masalah di penthouse?” Benji celingukan mengamati sekitar dan menemukan sofa panjang yang tampak berserakan bantalnya. Membuatnya cukup bertanya-tanya.

Noe berdeham salah tingkah melihat capo mafianya itu melihat sofa yang berantakan akibat pergulatannya dengan Allura tadi. “Sedikit ada masalah. Tapi sudah terkendali.”

“Apa Allura melakukan sesuatu?”

Noe mengangguk pelan. “Ya, dia sedikit bertingkah tadi.”

“Lengan kamu kenapa?” Benji menatap lengan Noe yang diperban.

Noe menggeleng. “Bukan apa-apa. Cuma sedikit goresan.”

Benji mengembuskan napas berat menatap Noe. “Kalau begitu tuangkan saya juga segelas wine,” pintanya.

Noe mengernyit heran. “Apa ada sesuatu yang terjadi?”

Benji mengangguk dan melangkah menuju sofa. “Ada. Karena itu saya ingin membicarakannya sama kamu sekarang.”

Noe kemudian mengambil sebotol wine dan gelas tambahan. Dia meletakkannya di atas meja dan menuangkan cairan merah tersebut ke dalam gelas kosong. Benji yang sudah begitu gelisah langsung meneguknya habis.

“Apa yang terjadi, Pak?” tanya Noe menangkap raut tak tenang capo organisasinya itu.

“Ada sesuatu hal yang teramat penting yang harus saya beri tahu kamu sekarang. Ini mengenai identitas Rayi kemarin.”

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang