Di hadapan sebuah cermin Allura tampak cantik mengenakan gaun putih menjuntai semi off shoulder berpotongan tajam pada dada. Meski rambutnya masih tergerai berantakan dengan wajah bare face, tetapi dia tetap terlihat cantik.
"Ini adalah kedua kalinya Mama memasangkan gaun pengantin di tubuh kamu, Al. Mama harap pernikahan kamu kali ini adalah awal untuk kebahagiaan kamu, Nak," ucap Jamiyah yang tengah menaikkan ritsleting belakang gaun anak perempuannya.
"Ma ... don't cry please." Allura menatap pilu mamanya yang sejak tadi tampak berusaha menahan tangis.
Jamiyah tersenyum. "Mama hanya merasa de javu saja, Al. Setelah semua yang sudah terjadi, Mama benar-benar menaruh harapan atas kebahagiaan kamu bersama Noe."
"I will definitely be happy this time, Mom. Don't worry."
Jamiyah mengangguk-angguk menatap anak perempuannya pada cermin. "Mama harus bersiap-siap hujan air mata melihat kamu menikah besok."
Allura berbalik menghadap mamanya dengan mata berkca-kaca. "Kita akan tetap bersama-sama, Ma. Al nggak akan selalu menemani Mama sampai kapan pun. Karena Al nggak mau membuat Mama kesepian."
Jamiyah semakin berurai air mata mendengarnya. "Terima kasih, Al. Kamu pantas untuk mendapatkan kebahagiaan, Nak. Mama pasti akan selalu merestui apa pun pilihan kamu."
Allura memeluk mamanya dengan 2 bulir air mata yang sudah membelah pipi. "Terima kasih juga sudah selalu berada di samping Al dalam keadaan Al yang buruk sekalipun, Ma. Al janji kali ini akan bahagia bersama Noe. Al janji akan membuat Mama bahagia dengan keluarga kecil Al nanti."
"Doa baik Mama selalu menyertai kamu, Nak." Jamiyah mengusap-usap punggung Allura.
"Maafin Al kalau Al banyak nyusahin Mama selama ini. Al sayang banget sama Mama," pekik Allura menangis.
"Kamu sama sekali nggak pernah menyusahkan Mama, Al. Kamu justru selalu membuat Mama bangga. Kamu dan Rayi adalah anak Mama yang membanggakan. Nggak ada yang kurang dari kalian berdua," lirih Jamiyah.
Allura kemudian melepas pelukan dan mengusap bulir air mata mamanya. "Sudah, jangan menangis. Sudah cukup kita menangis harunya. Aku pengen Mama ikut bahagia melihat pernikahan Al besok."
Jamiyah mengangguk-angguk. "Tentu saja Mama harus bahagia. Meskipun itu dengan menangis, Mama tetap akan bahagia melihat kebahagiaan kamu besok."
Allura tersenyum.
"Ada satu orang lagi yang juga akan ikut bahagia sama pernikahan kamu besok, Al. Jadi kamu juga harus menyambutnya," ucap Jamiyah.
"Satu orang lagi? Siapa, Ma?" tanya Allura.
"Al," panggil sebuah suara familiar.
Allura menoleh terkejut ke asal suara. Tampak laki-laki memakai white t-shirt berpadu blazer dan chino pants warna pastel berdiri di ambang pintu dengan tatapan seperti sarat bersalah ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...