Part 22

80 14 1
                                    

Dengan mata sembab Allura berusaha bangkit dari ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan mata sembab Allura berusaha bangkit dari ranjang. Tenggorannya amat sangat kering usai seharian menangis. Dia butuh sesuatu yang menyegarkan tenggookannya, meski kepalanya sedang tidak waras memikirkan foto-foto laknat yang kini bercecaran di lantai menjadi sobekan-sobekan.

Ya, sekeras apa pun Allura berusaha berpikir, jika memang perselingkuhan Aaron dan Joice benar, maka dia harus menerima rasa sakitnya dan kehancurannya mau tidak mau. Sebab dia sudah mencurigai, jika memang ada sesuatu yang tidak beres dari mereka berdua sejak melakukan konferensi pers.

Allura membuka pintu kamar yang sepertinya sengaja tak terkunci. Meski begitu tentu saja dia tidak bisa bertingkah, karena sedang menangis meratapi sakit hatinya pada Aaron.

Sampai di dapur Allura langsung membuka lemari pendingin dan mengambil sebotol air. Setelahnya meneguknya habis tanpa peduli airnya tumpah mengaliri leher jenjangnya hingga kemejanya.

"Aku harus tetap hidup. Aku nggak mungkin terus-terusan menyiksa diri menangisi 2 orang pengkhianat itu. Aku adalah Allura. Jangan panggil namaku, jika aku nggak bisa ngasih mereka berdua pelajaran," lirih Allura penuh tekad.

Allura celingukan kemudian ke sekitar. Tampak Noe tengah berada di ruang kerjanya yang tertutup. Namun, biarlah. Saat ini dia memang tidak punya tenaga dan tidak punya akal untuk bertingkah. "Tunggu saja, Noe. Aku punya segudang cara untuk bisa keluar dari sini," desisnya tajam.

Ketika membuka lemari atas untuk mencari makanan, Allura menemukan beberapa botol pinot noir yang merupakan minuman favoritnya dan beberapa snack favoritnya juga. Dengan tersenyum dia mengambil 2 botol wine itu dan beberapa bungkus snack. "Paling nggak ini bisa sedikit neghibur aku dan membuat aku tidur nyenyak malam ini," ucapnya seraya melangkah kembali ke kamar.

*****

Samar-samar suara dari dapur menarik perhatian Noe yang tengah berkutat di layar laptop memantau pergerakan Aaron. Dia melihat Allura tengah berkeliaran di dapur tengah malam. Membuatnya geleng-geleng heran. "Sok-sokan mogok makan. Giliran tengah malam diam-diam nyelundup ke dapur."

Ya, sejak memberikan bukti foto berselingkuhan Aaron, Allura yang terus-terusan menangis menolak makan. Bahkan makanan buatannya tadi pagi tidak disentuh.

Tak lama kemudian Noe melihat Allura kembali ke kamar dengan membawa beberapa bungkus snack dan wine. Membuatnya semakin tersenyum lucu dan memilih membiarkannya saja. "Dasar perempuan."

1 jam memantau CCTV dan menerima laporan-laporan anak buahnya, Noe masih juga tak menemukan tanda-tanda yang menghasilkan. Membuatnya berkali-kali mengembuskan napas berat dan memijat pelipis. Sampai kemudian suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. Tampak Allura keluar lagi dari kamarnya dengan langkah sempoyongan membawa sebotol wine menuju ruangannya.

"Mau ngapain dia?" Noe mengernyit.

Allura membuka pintu dengan keras dan langsung menatap sengit laki-laki berkemeja abu-abu berpadu kaus putih dan sweatpants di balik meja kerja. "Ini dia laki-laki berengsek."

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang