Allura berdiri dengan gerakan kaki gelisah menunggu Noe yang tengah melakukan chek in pada meja resepsionis. Perempuan yang kini memakai masker hitam untuk menyembunyikan identitas itu matanya mengekor ke sana kemari memperhatikan orang-orang yang tampak mesra bersama pasangan. Membuatnya cukup iri dan muak melihatnya.Sampai kemudian seorang laki-laki memakai t-shirt hitam berpadu jeans hitam dan sepatu boot hitam datang menghampiri Allura dengan gelagat ingin menggoda. "Hai. Sendirian? Butuh temen nggak?"
Allura tak menjawab dan memilih melangkah menjauh untuk menghindar.
"Seksi-seksi kok jutek amat. 2 juta per malam mau nggak?"
Allura melotot mendapatkan pertanyaan itu. Tangannya seketika mengepal untuk digunakan meninju. Namun, sebuah rangkulan hangat di pundaknya mengurungkan niatnya.
"Sorry, Bung. She is my girl. Don't distrurb it," kata Noe menatap penuh peringatan laki-laki di hadapannya.
Mendengar itu Allura membeku dengan jantung berdebar. Entah kenapa pengakuan yang dia tahu hanya sebuah sandiwara itu seperti meruntuhkan segalanya dalam dirinya.
Laki-laki tersebut kemudian mengangkat kedua tangan. "Ups, sorry. Gue kira dia sendirian, Bung."
"Ayo pergi." Noe menggiring tubuh Allura melangkah pergi.
Allura seperti tidak bisa berkutik melangkah dalam rangkulan Noe. Terlebih tatkala sosok laki-laki yang menggodanya tadi sudah pergi dan menghilang, tetapi Noe masih enggan melepaskan rangkulannya. "Ini ... mau sampai kapan aku dirangkul terus?" tanyanya gugup.
Noe semakin mengeratkan rangkulan. "Akan jauh lebih aneh kalau kita berjalan berdampingan seperti orang asing. Ini akan memunculkan kecurigaan. Semua orang yang datang ke sini adalah berpasangan."
"Aku kan tadi mintanya ke hotel. Kenapa kamu malah bawa aku ke motel begini?" gerutu Allura kesal.
Noe menoleh menatap Allura. "Akan jauh lebih mudah bagi anak buah Aaron menemukan kamu di hotel. Apa lagi perempuan seperti kamu gampang sekali ditebak persembunyiannya."
Allura melotot tajam. "Perempuan seperti aku? Maksud kamu apa?"
Noe tersenyum simpul menatap mata indah yang tampak membesar manatapnya. "Maksud aku adalah kamu itu perempuan cantik yang sangat manja."
Mendengar itu Allura lagi-lagi membeku dan menelan ludah. Padahal dia tahu, kata pujian itu terselib sebuah olokan untuknya. "Jangan cari-cari kesempatan ya kamu," ucap ketus memperingatkan.
Noe tergelak pelan. "Tenang saja. Masih nggak seerat kamu meluk aku waktu turun gedung tadi," bisiknya.
Allura kembali melotot tajam dan menyikut perut Noe kesal.
Sampai memasuki sebuah kamar, Allura langsung melepaskan diri dari pelukan Noe. Kecanggungan kemudian mulai menghampiri tatkala menyadari hanya dia dan Noe di dalam ruangan beranjang besar berseprai putih yang mengingatkannya pada kejadian panas yang pernah dia lakukan bersama Noe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...