Suara pintu terbuka membuat Noe menoleh. Tampak perempuan berambut dikuncir kuda menatapnya penuh maksud. "Ada apa?"Allura mengedikkan kepala menunjuk ke arah mamanya. "Masuklah. Mama aku penasaran sama kamu."
"Hah?" Noe mengernyit tak mengerti.
"Akan semakin aneh kalau kamu cuma berdiri terus di sini, Noe. Kamu mau mama aku curiga?" bisik Allura.
Noe menelan ludah menatap perempuan paruh baya yang menatapnya penuh penasaran.
"Masuk, Nak," suruh Jamiya lembut pada Noe.
Noe mengangguk dan melangkah masuk dengan sedikit gugup.
"Kenalin, Ma. Namanya Noe, teman baikknya Kak Ray." Allura mulai memperkenalkan.
Noe menoleh terkejut kepada Allura. Perempuan di sampingnya itu memperkenalkannya dengan kesan yang cukup baik di hadapan orang tuanya. Padahal dialah yang sudah menyandera dan membuat perempuan cantik dalam dunia hiburan itu menghilang seminggu lamanya.
Jamiya menganga terkejut. "Temannya Rayi?"
Allura mengangguk dan menyenggol pelan lengan Noe untuk berbicara.
"Iya, Tante. Saya temannya Rayi." Noe tersenyum.
"Maju dan salaman sama mama aku," bisik Allura mendorong pelan tubuh Noe untuk mendekati mamanya.
Noe meraih tangan Jamiya dan mencium punggung tangan tersebut. Membuat Jamiya tersentuh melihat kesopanan itu.
"Kamu berteman baik sama Rayi?" tanya Jamiya.
Noe mengangguk. "Iya, Tante."
"Teman kuliahnya Rayi?"
Noe seketika membeku tidak bisa menjawab asal usul pertemanannya dengan Rayi yang cukup rahasia itu.
"Teman mainnya Kak Ray, Ma," sahut Allura. "Teman nongkrong dan kelayapannya Kak Ray dulu," jelasnya seraya duduk di sebelah ranjang mamanya. Dia kemudian melirik Noe dengan tatapan penuh maksud.
"Oh begitu. Pantesan Tante sangat familiar banget sama wajah tampan kamu, Noe," sanjung Jamiya.
Allura langsung membulatkan mata mendengar pujian yang sangat terang-terangan tersebut. Sementara Noe dibuat mengusap-usap tengkuknya karena salah tingkah.
"Kalau nggak salah Tante ingat ... Tante pernah melihat kamu duduk sendiran di makamnya Ray, seminggu setelah Ray meninggal. Apa benar?" tanya Jamiya memastikan.
Noe mengangguk. "Benar, Tante. Itu saya."
"Kamu pasti sangat mengenal baik Rayi. Tante bisa melihat kesedihan kamu saat itu." Jamiya menetaskan air mata mengingat Rayi.
Noe terdiam. Mendadak suasana menjadi begitu sedih membicarakan tentang menadiang teman baiknya itu.
"Ma, sudah, ya. Kak Ray sudah bahagia di sana. Masak Mama masih terus-terusan sedih di sini? Nggak boleh, Ma." Allura mengusap air mata mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...