Cukup lama Noe memandangi Tokarev TT-33 di tangannya-pistol peninggalan Rayi itu masih dia simpan dengan baik. Dia berencana menggunakannya untuk menembak Aaron, untuk membalaskan dendam Rayi yang terbunuh saat tengah menjalankan misi 4 tahun lalu.Ya, selain untuk Delon yang tengah berjuang dengan alat-alat medis di rumah sakit, kematian Rayi yang dimanipulasi juga menjadi alasan Noe ingin sekali menghancurkan Aaron. Jika perlu, dia ingin menghabisi nyawa Aaron sekaligus untuk membayar lunas nyawa Rayi yang lenyap.
Berkali-kali Noe mengembuskan napas pilu mengingat kebersamaannya dengan Rayi dan Delon setiap kali menjalankan misi. Salah satu misi yang belum tuntas mereka selesaikan adalah membongkar gembong mutan itu. "Aku akan menuntaskan misi terakhir kita," lirihnya.
Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Noe beranjak mengambil minuman di dapur. Kepiluan membuat tenggorokannya membutuhkan air mengalir.
Sepeninggal Noe, Allura yang sejak tadi mengintai dari balik lubang kunci pintu kamar menyeringai penuh kelicikan melihat pistol itu tergeletak di atas meja. Akalnya masih tak berhenti berkelana. Meski usahanya menggunakan pisau telah 2 kali gagal, ada kemungkinan jika mengganti senjata dengan pistol justru membuatnya berhasil bukan?
"Nggak ada salahnya mencoba pistol. Toh aku pernah menggunakannya saat syuting," lirih Allura.
Perempuan memakai kemeja kotak-kotak kebesaran sepanjang paha itu pelan-pelan membuka pintu dan celingukan untuk memastikan keadaan. Tampak Noe tengah meneguk minuman di dapur. Membuatnya pelan-pelan melangkah menuju sofa dan meraih pistol tersebut. Setelahnya menarik pengaitnya, seperti cara yang pernah dia lakukan saat syuting.
Mendengar suara pengait pistol ditarik, Noe menghentikan kegiatan minumnya. Dia sangat familiar dengan suara tersebut. Pelan-pelan dia melangkah meninggalkan dapur menuju sofa. Tampak perempuan berambut curtain bangs tergerai dengan warna midnight brunette itu menodongkan pistol ke arahnya penuh tatapan tajam. Membuat langkahnya seketika membeku.
"Jangan bergerak Noe," ucap Allura penuh peringatan.
Noe mengangkat kedua tangannya ke atas dengan ekspresi cukup terkejut. Lagi-lagi dia tidak menyangkah, jika Allura masih gencar mengambil celah darinya. "Kamu masih nggak menyerah juga, Allura."
Allura menyeringai. "Tentu saja. Aku adalah Allura Milena jika kamu lupa, Noe."
Noe tergelak kecut. "Emang kamu pernah menggunakan pistol?"
"Jangan meremehkanku, Noe. Aku mungkin hanya seorang artis, tapi aku pernah mengggunakan pistol saat syuting." Allura mengangkat satu alisnya begitu pongah.
"Asal kamu tahu, Allura. Pistol Rusia yang kamu pegang saat ini bukan pistol sembarangan. Bahkan aparat dan BIN nggak memakai pistol itu."
"Kamu pikir aku peduli? Mau dari Afrika sekaligus, bodoh amat. Toh kegunaannya sama saja buat menembak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...