Tepat upacara pemakaman selesai, seringai licik kemudian tergambar di wajah Gunawan. "Kami nggak mau buang-buang waktu di sini. Karena target kami adalah untuk melenyapkan 2 orang. Benji dan Noe."Benji hanya tersenyum.
"Kalau begitu kita lakukan dengan tangan kosong. Melihat kalian datang berkelompok dengan membawa senjata, saya rasa kalian nggak cukup percaya diri jika beradu otot dengan kami." Noe meremehkan.
"Berengsek," desis Gunawan. "Letakkan senjata kalian dan serang mereka semua!" teriaknya memberi perintah.
Belasan bodygurad berseragam jas hitam langsung bergerak menyerang. Begitu juga dengan anak buah Barong yang sudah siap badan beradu otot. Membuat perkelahian tidak terelakan di halaman pemakanan.
Gunawan dan 2 orang bersergam yang sudah menargetkan Noe langsung melakukan serangan pukulan. Dengan sigap Noe menangkis dan menangkis serangan seraya berusaha melindungi Allura yang berada di belakangnya.
Allura tampak takut-takut melihat perkelahian mengerikan itu. Dia kebingungunan harus bagaimana saat melihat Noe diserang begitu membabi buta oleh 3 orang. Namun, sebuah batu bata di bawah kakinya membuatnya bernyali mengambilnya dan menggunakan itu untuk memukul salah satu kepala lawan hingga hilang kesimbangan.
"Aa!" pekik Allura yang tersungkur oleh sebuah tendangan di perutnya.
Noe yang melihat itu langsung kembali melindungi Allura di belakang tubuhnya seraya menghalau serangan.
Allura meringis kesakitan berusaha bangkit. Lalu sebuah pisau yang jatuh dari saku jaket Noe menjadi senjata berikutnya untuknya membalas serangan. Terlebih Noe tampak kewalahan untuk melindunginya. Membuatnya mau tidak mau harus bergerak menyerang.
"Berengsek!" teriak Allura yang langsung menghunjam pisau tersebut ke punggung salah satu lawan.
Lagi-lagi sebuah serangan balik diterima Allura. Perempuan yang masih belum cukup mumpuni dalam beradu tenaga dengan laki-laki itu kini harus kalah tenaga saat pisau di tangannya berbalik arah menggores lengannya. Bahkan nyaris mengoyak perutnya jika saja Noe tidak cepat bergerak menendang pisau tersebut hingga terlempar.
"Tetap di belakangku." Noe menggiring tubuh Allura ke belakang tubuhnya untuk melindungi serangan.
Serangan yang terus membabi buta itu membuat Noe tak menyadari, jika ada salah seorang dengan pisau tajam berusaha untuk menikam perutnya. Beruntung serangan itu ditangkis oleh Allura dengan tendangan dan pukulan. Meski akhirnya dia harus berakhir tersungkur karena sebuah pukulan keras di pelipisnya.
Tepat Allura mengerang kesakitan di atas tanah, sebuah pemandangan yang menguji adrenalin kemarahannya tersuguh. Tampak Aaron melangkah memasuki halaman pemakaman dengan sebuah pistol di tangannya. Membuatnya menatap bengis seperti harimau kelaparan melihat laki-laki yang sudah melenyapkan nyawa kakak laki-lakinya itu. Terlebih dia sangat berambisi untuk bisa menghabisi Aaron dengan tangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...