Noe berjalan menyapu deburan-deburan ombak kecil di bibir pantai bersama Allura dalam gendongannya, yang memeluknya erat di balik punggung tegapnya. Sensasi pasir lembut dan air dingin di malam hari di bawah langit hitam menjadi romantisme tersendiri untuknya bersama perempuan tercintanya.“Are you not cold?” tanya Noe memastikan keadaan Allura.
“No. Kan aku pakai jeket kamu. Harusnya kamu yang kedinginan, Noe.”
Noe menggeleng. “I am not cold. Because there is you who hugs me.”
Allura tersenyum dan semakin mengeratkan kedua tangannya pada tubuh Noe. “Kalau begitu aku akan meluk kamu lebih erat biar samakin hangat.”
Noe tergelak.
“Kamu yakin nggak berat gendong aku?” tanya Allura menempelkan dagunya pada pundak tegap Noe.
“Sama sekali nggak, Allura.”
“Bukannya dulu kamu bilang kalau tubuh aku berat?”
Noe tergelak mengingat leluconnya dulu. “Aku cuma bercanda sama kamu dulu. Karena sebenarnya dulu itu aku suka banget kalau melihat kamu lagi kesal.”
Allura memukul gemas pundak Noe. “Dasar nyebelin.”
“Lagi pula percuma juga aku punya tubuh besar kalau nggak kuat gendong kamu jalan-jalan di sepanjang pantai ini.”
“Kalau begitu kakiku nggak perlu cepat sembuh biar kamu bisa gendong aku terus,” goda Allura.
“Mau balas dendam nih ceritanya?” Noe menoleh.
“Bir bisa cari kesempatan.” Allura memberikan kecupan pada pipi Noe dengan begitu manja.
“Dasar nakal.” Noe tersenyum.
“Ngomong-ngomong, Noe … aku masih kaget banget loh kalau ibuk kamu ternyata mantan BIN. Apa karena ibuk kamu, jadi kamu juga masuk BIN?” tanya Allura penasaran.
Noe mengangguk. “Kamu benar. Aku masuk BIN karena ibuk aku. Dulu dia berusaha menyembunyikan pekerjaannya dari aku, karena menurutnya itu adalah pekerjaan yang berbahaya. Sampai kemudian aku menemukan sebuah walkie talkie miliknya dan tanda pengenalnya. Karena aku adalah penggemar berat komik Detektif Conan, melihatnya menjadi seorang detektif membuatku diam-diam mengaguminya. Setelahnya aku membuat impian untuk bisa seperti ibuku.”
Allura tersenyum mendengarnya. “Dan kamu berhasil mewujudkan sekarang.”
Noe mengangguk. “Iya, aku memang berhasil mewujudkannya, meski harus menempuh pertikaian panjang dengan Ibuk saat itu.”
“Kok bisa? Kenapa?”
Noe tersenyum seraya kembali menerawang masa-masa lampaunya. “Ibuk adalah orang pertama yang keberatan dan menentang mati-matian impianku menjadi seorang detektif. Sementara aku yang saat itu begitu gigih dengan impian itu, mau nggak mau harus melawannya. Dengan marah dia mengusirku dengan mengatakan nggak mau lagi menganggapku seorang anak dan melarangku untuk menyebut namanya kepada siapa pun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...