Allura mengerjap dan menggeliat. Sebuah nyeri di punggung tangan kanannya membuatnya meringis dan membuka mata. Lalu dia mendapati sebuah tiang infus dengan selang panjang yang terhubung ke tangannya dan sebuah tabung oksigen yang selangnya terhubung ke hidungnya. "Aku kenapa dan di mana?"
Allura celingukan melihat sekeliling yang ternyata masih di kamar yang sama-tempatnya disandera oleh seorang mafia. Padahal beberapa saat lalu dia merasa tengah jalan-jalan di pinggir pantai bersama ibunya. Namun, rupanya hanya sebuah mimpi yang membuatnya berakhir kecewa. "Kenapa aku masih di kamar sialan ini?"
Sesaat Allura membeku melihat potongan demi potongan kejadian yang tengah menghuni kepalanya. Dimulai dari dia yang tengah berendam di bak mandi dengan air yang terus mengalir. Lalu tiba-tiba merasa lelah dan terpejam hingga merasakan tubuhnya begitu tenang di bawah air dingin yang terus naik hingga membuatnya melayang. Setelahnya dia mendengar sesorang memanggil namanya dan memintanya untuk bangun. Ketika mencoba membuka mata, samar-samar wajah Noe yang muncul di hadapannya, sebelum kemudian matanya menggelap.
"Kenapa aku melihat Noe tadi? Apa yang terjadi sama aku tadi?" tanya Allura bingung.
Pelan-pelan Allura mencoba beranjak duduk. Dia merasakan dadanya sesak hingga terbatuk-batuk. Sekujur tubuhnya bahkan terasa begitu dingin. Membuatnya kembali menarik selimut. Namun, dia membeku tatkala mendapati pakaiannya yang tampak berbeda dari sebelumnya.
"Sudah sadar?" tanya sebuah suara.
Allura menatap ke asal suara, di mana laki-laki memakai sweater merah berpadu celana hitam bersedekap di samping pintu menatap ke arahnya. "Dari sejak kapan kamu di sana?"
"Dari sejak siang tadi. Kurang lebih 11 jam aku ada di sini nungguin kamu bangun." Noe melihat sekilas jam tangan di pergelangan kanannya.
"Aku kenapa? Kenapa aku bisa dipasang selang beginian?" tanya Allura yang masih kebingungan.
Noe melangkah mendekat. "Justru aku yang harusnya tanya sama kamu, Allura. Kenapa kamu menenggelamkan diri di dalam bak mandi siang tadi?"
Allura melongo mendengarnya.
Noe menyeringai melihat wajah kebingungan itu. "Wajar sih kalau kamu sampai nggak ingat apa-apa. Secara kamu hampir mati karena menelan banyak air."
"Aku menenggelamkan diri?" Allura mengernyit tak mengerti.
"Kalau bukan karena menenggelamkan diri, kamu nggak mungkin berakhir dengan sambungan selang sekarang." Noe menatap dingin. Sebab ada kesal di hatinya mengingat pikiran sempit Allura yang berusaha mengakhiri hidup.
"Jadi ... orang yang manggil-manggil aku dan aku lihat tadi itu adalah kamu?"
"Terus siapa? Aaron? Kamu masih mengharapkan Aaron datang menemui kamu? Kamu masih berpikir dia bisa masuk ke penthouse ini dengan begitu mudah?" Noe mulai sinis.
Mendengar nama Aaron seketika Allura mengingat semuanya. Terlebih mengingat pernyataan Aaron dan Joice pada media yang seketika menghancurkan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...