Part 64

62 2 0
                                    

Suara tembakan yang awalnya membuat Allura merasa ngeri dan ngilu di telinga, kali ini tampak tak lagi terasa berkat pemandangan indah di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara tembakan yang awalnya membuat Allura merasa ngeri dan ngilu di telinga, kali ini tampak tak lagi terasa berkat pemandangan indah di hadapannya. Laki-laki berjaket denim berpadu kaus putih, celana hitam dan sneaker Air Jordan 1 Mid Obsidian itu tampak memesona melakukan tembakan demi tembakan ke arah papan target tepat pada titik tengahnya.

“Ini aku yang memang terpesona atau dia saja yang memang mempesona ya?” gumam Allura mencebik kesal menyadari perasaannya yang lagi-lagi harus terpesona oleh sosok Noe Erlangga. “Bisa gila aku lama-lama kalau begini,” lirihnya menggeleng-geleng.

“Kamu kenapa? Pusing?” tanya Noe melihat Allura yang menggeleng-geleng.

“Nggak, kok. Ngapain juga aku pusing,” jawab Allura ketus.

“Kemarilah. Aku akan mengajari kamu menembak,” suruh Noe.

Perempuan yang tampak boyish dengan setelan kaus hitam crop top berlengan panjang berpadu celana cargo cokelat itu melangkah mendekat.

“Aku yakin latihan menembak ini sangat mudah buat kamu. Karena kamu sudah pernah menggunakan pistol untuk menyerangku beberapa waktu yang lalu,” sindir Noe.

Allura berdecih. “Kamu nyindir?”

Noe tersenyum simpul. “Aku hanya ingin mengingatkan. Mungkin kamu lupa dengan kejadian itu.”

“Dasar pendendam,” lirih Allura.

Noe menggiring tubuh Allura berdiri di depan tubuhnya. “Tapi ada untungnya saat itu kamu nggak pandai menembak. Karena kalau tembakan kamu saat itu tepat sasaran mengenai jantungku … mungkin kamu akan menyesal sekarang,” lirihnya.

Allura terpejam sesal. “Bisa nggak, nggak perlu mengungkit masa lalu?”

Noe tersenyum dan mulai menuntun jemari Allura memegang pistol. “Fine. Sekarang kita lupakan tentang masa lalu. Karena masa depan kamu sekarang adalah titik tengah pada papan lingkaran di hadapan kamu.”

Allura menatap jemari liat yang tiba-tiba menciptakan sebuah kenyamanan pada jemarinya. Ada kehangatan yang membekukan jemarinya untuk bergerak.

“Tegakkan punggung kamu dan luruskan lengan.” Noe pelan-pelan menuntun pergerakan tangan Allura. Membuat dada bidangnya mau tidak mau menempel sempurna pada punggung di hadapannya. “Setelah itu lihat ke dapan, fokus pada bidik pistolnya,” lanjutnya.

Merasakan pergerakan tubuh Noe di belakang tubuhnya, Allura semakin tidak bisa berkutik. Tubuhnya seketika terpenjara oleh tubuh hangat beraroma air laut itu. Fokusnya pada bidik pistol di hadapannya tampak berantakan oleh isi kepalanya yang berterbangan ke mana-mana merasakan sentuhan Noe.

“Lemaskan otot, Allura. Jangan tegang,” lirih Noe tatkala merasakan tangan perempuan mungil di hadapannya begitu kaku.

Allura melelan ludah berusaha untuk fokus. Namun, sebuah debaran yang datang dari dada bidang di belakangnya meruntuhkan konsentrasinya.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang