Allura meringkuk di atas ranjang dengan terus berurai air mata. Kedua matanya lagi-lagi sembab karena dihantam kesedihan sepanjang hari. Dia tidak bisa membendung tangisnya setiap kali mengingat obrolannya dulu dengan Rayi sebelum melepas pergi kakak laki-lakinya itu ke Italia. Membuat rasa kehilangannya semakin menjadi-menjadi mengingat obrolan saat itu mempunyai maksud yang sangat berarti saat ini.
"Kenapa Kak Ray nggak terus terang saat itu tentang Aaron? Sekarang aku bener-bener menyesal kalau tahu kenyataannya begini," lirih Allura dengan pundak kembali bergetar.
Allura kemudian menggeleng-geleng. "Nggak. Kalau saja Kak Ray nggak terlibat dalam organisasi itu, Kak Ray pasti masih hidup sekarang."
Ya, Allura juga turut menyalahkan organisasi laknat yang telah membawa kakaknya pada malapetaka. Entah misi apa yang sedang Noe dan kakak laki-lakinya itu lakukan 4 tahun lalu, hingga harus merenggut nyawa kakaknya. Sebab kepergian Rayi yang tiba-tiba masih menyisahkan duka mendalam untuknya dan mamanya sampai sekarang. Terlebih kematian itu amat sangat ganjal, lantaran pihak keluarga tidak diperbolehkan melihat mayatnya.
"Sejak Kak Ray pergi, Mama dan Papa terus saling menyalahkan hingga berujung cerai. Aku dan Mama bertahun-tahun kesulitan untuk menerima kenyataan ini."
Tok! Tok! Tok!
"Allura, buka pintunya. Ini sudah lebih dari 24 jam kamu mengurung diri."
Mendengar suara Noe di balik pintu kamar, Allura enggan menanggapi. Sudah berkali-kali laki-laki yang semakin dibencinya itu memintanya membukakan pintu. Namun, bukan Allura Milena namanya jika tidak keras kepala jika tengah kesal.
Usai mendengarkan semua pernyataan Noe kemarin, nyatanya Allura semakin membenci Noe. Dia sulit untuk percaya, jika laki-laki yang sudah menyanderanya itu adalah teman baik kakaknya. Sementara banyak hal yang sudah terjadi selama seminggu dia menjadi tawanan di penthouse. Salah satunya, hubungannya dengan Noe yang sudah sampai pada sentuhan fisik.
"Allura, kalau kamu masih keras kepala nggak mau membukakan pintu, aku nggak punya pilihan lain untuk merusak pintu kamar ini," gertak Noe.
Allura yang tidak mau menanggapi memilih menarik selimut dan menenggelamkan diri. Bagaimana pun juga dia berhak atas perasaan terpukulnya saat ini.
*****
Berkali-kali Noe mengembuskan napas berat di hadapan pintu yang terkunci dari dalam. Ini sudah kedua kalinya dia membujuk dengan membawa nampan berisi makanan. Karena dia sangat mengkhawatirkan kondisi Allura jika terlalu lama mengunci diri.
"Allura, aku tahu kamu belum bisa menerima semua ini. Tapi ... aku mohon jangan terlalu lama mengunci diri. Kamu harus makan," kata Noe yang berkali-kali meringis menahan sakit pada lengan yang terluka.
Satu jam lamanya Noe berdiri di depan pintu. Namun, Allura masih enggan menjawab dari dalam. "Fine. Aku janji nggak akan menganggu kamu. Aku akan menaruh makanan kamu di depan kamar. Jadi kamu bisa mengambilnya sendiri," bujuknya. "Tapi kalau kamu masih mengabaikannya sampai nanti siang, aku akan benar-benar mendobrak pintu kamar kamu," lanjutnya memperingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...