Part 16

92 15 0
                                    

Sepeninggal Allura, Noe langsung merogoh ponsel di saku celananya untuk menghubungi capo organisasinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepeninggal Allura, Noe langsung merogoh ponsel di saku celananya untuk menghubungi capo organisasinya.

"Pak Benji sudah melihat siaran media?" tanya Noe melangkah menuju dapur.

Benji terdengar tergelak kecewa di balik ponsel. "Rencana kita memancing Aaron lewat kekasihnya sepertinya gagal. Ini di luar dugaan."

Noe menyeringai di sela-sela menuang wine ke dalam gelas. "Saya nggak terlalu terkejut, sih. Karena orang seperti Aaron pasti akan mementingkan dirinya sendiri."

"Sampai Allura benar-benar tidak mengetahui tentang mutan itu, maka sia-sia saja rencana yang kita susun."

Noe meneguk wine satu kali. "Sayangnya saya nggak ingin menyerah dengan begitu saja, Pak. Saya masih yakin ada yang bisa kita dapatkan dari Allura sebagai bentuk informasi."

"Perempuan itu sudah dicampakkan sekarang. Aaron pasti sudah tidak tertarik lagi."

"Musuh yang paling berbahaya adalah orang yang paling dekat dengan kita. Bukankah itu adalah ucapan yang paling Pak Benji sukai?" Noe bersandar pada meja dengan satu tangan menggoyang-goyangkan gelas berisi cairan merah itu. "Allura mempunyai peluang besar untuk bisa menjadi musuh Aaron setelah dicampakkan," sambungnya.

"Apa kamu yakin bisa menaklukkan perempuan keras kepala itu?"

Noe tampak berpikir. "Saya akan menggunakan cara seperti air yang jatuh setetes demi setetes."

Benji terdengar tergelak. "Menghadapi perempuan memang butuh cara berbeda. Oke. Kita akan terus melanjutkan rencana ini dengan tujuan membuat Allura membuka mulut. Kalau begitu saya serahkan Allura sama kamu selama rencana ini berlangsung."

Noe mengangguk-angguk.

"Saya yakin perempuan itu lagi hancur bukan main sekarang. Awasi dia jangan sampai dia melakukan hal nekat yang mengancam nyawa. Perempuan kalau patah hati jauh lebih berbahaya isi kepalanya."

Noe seketika tertegun mendengarnya. Dia langsung menatap kamar Allura yang terasa hening. Padahal beberapa saat lalu dia masih mendengar suara barang terlempar dan raungan.

"Karena kita hanya butuh informasi, maka utamakan keselamatannya, jangan sampai dia terluka."

Noe beranjak dan melangkah pelan untuk memfokuskan pendengarnnya pada kamar Allura yang tak lagi mengeluarkan suara.

"Noe, kamu dengar saya?"

"Maaf, Pak. Saya akhiri dulu obrolan kita. Saya harus mengecek keadaan Allura." Noe langsung mematikan panggilan dan melangkah lebar menghampiri kamar Allura.

Noe memutar kenop pintu dan mendorong pintu yang tampaknya terkunci dari dalam. Membuatnya kemudian mengedor-gedor pintu. "Allura, buka pintunya."

Tak ada sahutan, Noe mendekatkan salah satu telinganya pada daun pintu untuk lebih memastikan lagi. Namun, bener-bener hening. "Allura, apa yang kamu lakukan di dalam? Tolong buka pintunya," perintahnya terus menggedor-gedor.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang