Part 76

50 1 0
                                    

Allura menatap penuh pesona pemandangan indah di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Allura menatap penuh pesona pemandangan indah di hadapannya. Pahatan sempurna seperti dewa tampak begitu teduh tatkala melepaskan kacing demi kancing kemeja atasnya dengan jemari yang dipenuhi otot-otot menyembul di balik kulit. Membuatnya berdebar oleh sesuatu yang beradrenalin.

Noe pelan-pelan menurunkan kemeja putih tersebut hingga menyuguhkan salah satu pundak indah Allura. Tatapannya begitu menggoda bola mata amber yang tampak berkabut. Salah satu jemarinya kemudian menyibak rambut tergerai Allura ke belakang begitu lembut.

Merasakan jemari itu menyentuh telinga dan kulit lehernya, Allura terpejam membeku. Sebuah sensasi membuat tulang selangkanya terlihat jelas.

“Duduklah. Aku akan mengganti perban kamu.” Noe kemudian menggiring tubuh Allura duduk di atas sofa.

“Apa?” Allura memekik terkejut dan membulatkan mata.

“Kenapa?” Noe mengernyit.

“Kamu barusan membuka kancing baju aku … dan kamu bilang apa barusan?” Allura dibuat kebingungan.

“Aku bilang mau mengganti perban kamu,” jawab Noe tanpa dosa.

Allura terpejam penuh sesal dengan ekspetasi yang dia dapatkan saat ini. Padahal beberapa saat lalu imajinasinya sudah dibuat ke mana-mana dengan tindakan menggoda itu.

“Kenapa? Kamu memikirkan apa?” Noe semakin mengernyit, berusaha menebak pikiran Allura.

“Nggak … nggak ada. Aku nggak memikirkan apa-apa, kok,” jawab Allura ketus.

Noe melipat bibir menahan tawa. “Apa yang kamu pikirkan, Allura?”

“Nggak ada!” sergah Allura kesal.

Noe kali ini tertawa. Terlebih melihat wajah kecewa Allura yang gagal mengharapkan sesuatu yang lebih darinya.

“Berani-beraninya kamu tertawa saat aku lagi kesal?” Allura melotot tajam.

“Kamu kesal kenapa, sih?” Noe semakin menggoda.

“Jadi mengganti perban atau nggak?” Allura berkilah dengan kesal.

“Aku akan mengambilkan kamu P3K dulu.” Noe berlalu dengan terus tertawa.

“Berhenti tertawa, Noe!” teriak Allura kesal.

“Okey, fine.”

Allura mengentak-entakkan kaki kesal. “Nyebelin banget, sih. Dia sengaja mempermainkan aku atau bagaimana, sih? Kenapa nggak bilang kalau mau mengganti perban? Aku kan bisa buka kemeja sendiri,” gerutunya.

Noe kembali dengan membawa P3K. Wajahnya masih sarat menahan tawa melihat kekecawaan Allura. Sementara Allura yang kesal memilih memalingkan wajah, enggan melihat wajah menyebalkan itu.

“Allura,” panggil Noe.

“Nggak usah manggil-manggil.” Allura semakin memalingkan wajah begitu kesal.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang