Part 90

50 4 0
                                    

Allura termenung di bawah ranjang dengan pandangan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Allura termenung di bawah ranjang dengan pandangan kosong. Isi kepalanya tidak berhenti memikirkan ucapan Aaron perihal cerita lain tentang penyebab kematian kakak laki-lakinya. Jika sampai benar Noe Erlangga dan organisasi yang dia percaya itu ternyata membohonginya dan hanya berusaha memanfaatkannya, maka dia tidak akan pernah mengampuni hal itu.

Suara pintu terbuka membuat Allura enggan menoleh. Saat ini dia sedang tidak berselera untuk meladeni siapa pun. Bahkan untuk berusaha melarikan diri pun dia enggan melakukannya, meski dia mempunyai cukup tenaga untuk berkelahi sekalipun.

“Aku membawakan kamu makan malam. Makanlah,” ucap Aaron.

“Aku nggak lapar,” tolak Allura dengan pandangan kosong menatap pemandangan malam di balik jendela besar.

“Kalau begitu mari kita bicara.” Aaron kemudian berjongkok di hadapan Allura.

“Tentang apa?”

“Tentang Noe Erlangga.”

Allura menatap tertegun laki-laki bermata spektrum di hadapannya. Laki-laki yang mempunyai darah campuran Eropa itu tampak menunjukkan sesuatu yang tersirat.

“Apa kamu menjalin hubungan kedekatan dengan Noe?” Aaron mulai mengintrograsi.

Allura menyeringai dingin. “Kenapa kamu menanyakan hal itu?”

“Tentu karena aku melihat foto kedekatan kalian di pasar malam. Dan juga ….”

“Dan juga?” Allura mengernyit.

“Foto ciuman kalian di warnet … saat kalian melakukan cybercrime dengan menyebarkan video panasku dengan Joice,” jelas Aaron.

Allura semakin menyeringai. “Jadi kamu sudah menemukan siapa yang menyebarkannya?”

Aaron tersenyum. “Tentu saja, Allura. Dan orang itu tepat di hadapan aku sekarang.”

“Lalu apa yang mau kamu lakukan, Aaron? Nama besar kamu sekarang telah dihancurkan oleh video panas itu.” Allura menaikkan dagu begitu pongah.

Sebaliknya, Aaron justru membelai lembut dagu lancip itu. “It’s okey. Itu bukan masalah besar buat aku. Selama kamu bisa bersamaku sekarang, maka aku akan merelakan nama besarku hancur di tangan kamu, Allura.”

Allura menepis kasar jemari Aaron. “Jangan menyentuhku lagi, Aaron,” desisnya.

Mendapatkan tatapan benci yang amat dibencinya itu, Aaron langsung mencengkeram wajah Allura dan semakin mendekatkan diri. “Tatap aku dengan tatapan penuh cinta, Allura. Kamu dulu selalu menatapku penuh dengan cinta.”

“Aku nggak akan lagi memberikan tatapan itu sama laki-laki yang sudah membunuh kakakku. Jadi jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan cintaku kembali setelah apa yang sudah kamu lakukan sama aku, Aaron,” desis Allura.

Aaron semakin menekan hingga Allura mendongak bersandar pada pinggiran ranjang. “Kenapa aku nggak bisa mendapatkan kamu kembali? Hubungan kita sudah terjalin 6 tahun lamanya. Nggak mungkin kamu secepat itu melenyapkan tatapan cinta kamu sama aku, Allura,” lirihnya pada bibir menggoda.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang