Part 19

75 15 0
                                    

Sampai pukul 2 dini hari Allura masih belum terpejam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai pukul 2 dini hari Allura masih belum terpejam. Kepalanya terus berputar mengingat ucapan Aaron yang sangat tidak masuk akal. Belum lagi pernyataan Joice yang terang-terangnya menjelek-jelekannya pada media. Entah apa yang membuat mereka begitu kompak untuk menjatuhkannya. Sampai sekarang dia masih tidak habis pikir memikirnya.

Namun, satu-satunya jalan keluar bagi Allura saat ini hanyalah, bagaimana cara keluar dari penthouse terkutuk ini. Dengan begitu dia bisa mencari tahu langsung penyebab Aaron dan Joice melakukan hal itu padanya.

Memikirkan cara untuk bisa keluar. Allura kemudian teringat pada sebuah id card yang digunakan capo mafia itu membuka lift. Jika memang itu adalah aksesnya, maka dia harus menemukan id card lainnya, yang kemungkinan besar berada di dalam penthouse ini.

Allura melepas jarum infus di punggung tangannya dan melepas selang oksigen di hidungnya. Setelahnya melangkah menuju pintu yang ternyata ... tidak terkunci dari luar. Membuatnya semakin leluasa untuk keluar.

"Noe nggak ada. Pasti dia udah tidur." Allura celingukan melangkah.

Saat tengah menyusuri ruangan, Allura menemukan sebuah ruangan seperti tempat kerja yang menarik perhatiannya lantaran pintunya terbuka separuh. Setelahnya dia mendengar suara Noe di lantai atas. Membuatnya semakin leluasa jika masuk ke dalam ruang kerja saat Noe tengah tidak ada. Karena ada kemungkinan besar id card itu ada di ruang kerja.

Namun, bukan Allura namanya jika memulai rencana dengan tangan kosong. Perempuan penuh akal itu mengambil pisau dapur sebagai senjata, jika Noe memergokinya nanti.

Berhasil masuk ke ruang kerja, Allura langsung menggeledah ruangan tersebut untuk mencari id card. Mulai dari laci, lemari kecil hingga tumpukan-tumpukan map. Sampai pada laci terakhir yang kemungkinan besar menyimpan yang dia cari, tiba-tiba ....

"Nyari apa kamu?"

Allura membeku dan mengurungkan jemarinya membuka laci tersebut. Dia menatap Noe yang bersedekap di ambang pintu begitu pongah. Membuat jemarinya langsung meraih pisau di sampingnya dan menodongkannya pada Noe. "Jangan halangin aku, Noe."

Noe cukup terkejut melihatnya. "Kamu bawa pisau?"

Allura menyeringai. "Kenapa? Kamu pikir aku nggak akan bisa ngelawan kamu."

Noe mengangkat kedua tangan berusaha tak memancing Allura yang tampak ingin menerkam. "Fine. Tapi apa yang kamu cari di ruang kerja aku?"

"Di mana id card itu?" tanya Allura semakin menodongkan pisau.

Noe mengernyit. "Id crad apa yang kamu maksud?"

"Id crad untuk mengakses pintu lift."

Noe terglak pelan. "Bagaimana kamu tahu?"

Allura menyeringai dingin. "Jangan kamu kira aku bodoh, Noe."

Noe pelan-pelan mendekat.

"Jangan mendekat! Jangan kamu pikir aku nggak bisa nyerang kamu pakai pisau ini, Noe." Allura melotot dan erat mencengkeram pisaunya.

Pengantin SanderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang