Allura dibuat tertegun pilu dengan pemandangan di hadapannya. Tampak seseorang tengah terbaring di atas brankar dengan tubuh yang dipenuhi oleh alat-alat ECMO. Entah siapa pasien tersebut. Sejak memasuki ruangan, Noe langsung memperlihatkan gurat kesedihan."Kamu masih ingat sama salah satu korban bernama Delon?" Noe menoleh pada perempuan yang membeku di sampingnya.
"Iya, aku ingat," jawab Allura.
"Orang yang terbaring nggak berdaya di hadapan kamu sekarang ini adalah Delon. Anaknya Pak Benji dan satu-satunya rekan baikku yang tersisa saat ini," jelas Noe menatap pasien tersebut.
"Apa yang terjadi sama dia? Kenapa tubuhnya dipenuhi alat-alat medis?" tanya Allura.
"Karena tubuhnya telah hancur oleh mutan. Satu-satunya yang bisa menunjangnya agar tetap hidup adalah alat-alat ECMO ini."
Allura terpejam penuh sesal. "Apa Aaron juga yang melakukannya? Sama seperti yang terjadi sama Kak Ray?"
Noe mengangguk. "Iya. Bedanya apa yang terjadi sama Delon bukan dari tangan Aaron langsung. Melainkan kaki tangannya yang berhasil menyelundup ke dalam organisasi."
Kedua mata Allura kemudian berkaca-kaca, tak sanggup membayangkan tubuh kakaknya yang juga mengalami hancur saat itu.
"Dokter bilang, Delon kembali mengalami pembekuan darah. Semua alat-alat di sini hanya 50% untuk menunjang hidupnya sekarang. Jadi ...." Noe mengeraskan rahang menahan sesuatu yang sesak dalam dirinya melihat satu-satunya teman baiknya berada di ambang kematian saat ini, "kita nggak bisa berharap lebih."
Allura tak bisa membendung tangis membayangkan hal buruk itu sampai terjadi. Terlebih keadaan Delon saat ini membuatnya teringat dengan keadaan kakak laki-lakinya. Bedanya Rayi diperlakukan begitu tidak manusiawi tanpa mendapatkan pertolongan apa pun.
Noe kemudian menarik kursi dan duduk di samping Delon. "Apa kabar, Lon? Kali ini gue datang nggak sendiri. Ada adiknya Rayi juga di sini."
Allura menyeka air matanya.
"Gue dengar presentasi lo sekarang sudah turun ke 50%. Lo pasti sudah bosan banget di sini. Atau ...." Noe tertunduk, "lo mungkin sudah lelah sama semua ini."
Keadaan semakin pilu mendengar suara Noe yang mulai bergetar. Laki-laki yang selalu menampilkan wajah sangar itu tidak bisa menyembunyikan kepiluannya di hadapan satu-satunya rekannya yang tersisa.
"Gue akan menyelesaikan misi kita dan menghancurkan gembong mutan itu. Gue pastikan Aaron akan membayar semuanya atas penderitaan lo dan Rayi selama ini." Noe menggenggam tangan Delon. "Jadi lo serahkan sama gue. Karena gue akan tetap melanjutkan misi itu," sambungnya.
Allura tertunduk. Perasaannya saat ini dengan Noe tidak jauh berbeda-sama-sama ingin membayar kejahatan Aaron usai merasakan kehilangan orang terkasih akibat mutan tersebut.
"Gue nggak akan nahan lo buat pergi, Lon. Karena gue tahu, lo juga pasti tersiksa banget dengan semua alat-alat ini." Noe manatap sebuah mesin yang selangnya terhubung ke tubuh Delon. "Tapi ... beri gue waktu sedikit lagi sampai gue berhasil menyelesaikan misi. Karena gue mau lo masih ada di samping gue sampai misi kita selesai. Karena cuma lo satu-satunya rekan gue yang tersisa saat ini," sambungnya pilu.
"Kamu nggak sendirian, Noe. Karena aku akan ikut dalam misi kalian. Menggantikan Kak Ray yang gugur dalam menjalankan misi," ucap Allura penuh tekad.
Noe menoleh menatap perempuan yang masih berdiri di sampingnya.
"Lagi pula kita punya tujuan yang sama perihal Aaron," lanjut Allura.
"Dan jangan lupakan satu orang lagi, Noe," ucap sebuah suara.
Noe dan Allura menatap laki-laki berkemeja putih berpadu jas cream, capri pants hitam dan oxford shoes hitam yang memasuki ruangan.
"Jika Allura bergabung menggantikan Rayi, maka saya akan akan menggantikan Delon. Kali ini nggak akan ada yang bisa melarang saya untuk turun ke medan perang. Karena misi ini adalah harga diri saya setelah kehilangan banyak anak asuhan," ucap Benji sungguh-sungguh.
Noe mengangguk dan tersenyum.
Benji kemudian melangkah mendekati tubuh anaknya. "Delon, Papa juga nggak akan menahan kamu untuk pergi, Nak. Jika kamu ingin pergi, pergilah tanpa membawa beban apa pun. Apa yang sudah terjadi di sini, Papa yang akan menyelesaikannya."
Sudut mata Delon tampak berair dan meneteskan bulir air mata. Membuat keadaan semakin hanyut dalam kesedihan.
Benji menusap-usap lembut tangan anak semata wayangnya itu. "Terima kasih sudah menjadi bagian dari organisasi. Maafkan Papa nggak bisa melindungi kamu. Papa janji akan menuntaskan misi kalian," pekiknya menangis.
Melihat kepiluan itu Allura tidak berhenti mengusap air matanya.
"Kamu dan Rayi akan tetap menjadi bagian dari organisasi sampai kapan pun. Nama kalian akan menjadi kebanggaan," ucap Benji.
*****
Keluar dari ruangan, Noe langsung merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Bagaimana persiapannya?"
"Dron sudah siap diterbangkan, Pak. Tinggal menunggu perintah," jawab suara di balik ponsel.
"Kalau begitu kumpulkan anak-anak di markas. 2 jam lagi kita akan mulai pergerakan menuju lokasi," perintah Noe.
"Baik."
Allura yang mendengar itu menghentikan langkah. "Pergerakan apa yang akan kalian lakukan?"
Noe ikut menghentikan langkah dan menoleh. "Pergerakan untuk menghancurkan laboratorium mutan itu. Kami sudah menemukan lokasinya dan akan bergerak malam ini."
"Kalau begitu ijinkan juga aku untuk ikut," pinta Allura.
Noe menatap dalam perempuan yang tidka mengenal takut itu. "Tapi ada syaratnya."
"Apa?" tanya Allura penasaran.
"Kamu harus mengikuti semua perintahku. Karena aku yang mempimpin pergerakan ini. Aku nggak mau ada yang keras kepala dalam organisasi ini," tegas Noe.
"Fine. Aku akan mengikuti semua perintah kamu," jawab Allura penuh takad.
"Saat kamu sudah memutuskan masuk ke dalam organisasi mafia, aku harap kamu juga sudah siap dengan segala resikonya, Allura. Sekali saja kamu keras kepala, yang terluka bukan hanya kamu. Karena ada banyak nyawa yang dipertaruhkan," tutur Noe.
Allura menelan ludah. Meski begitu hatinya sudah bertekad penuh untuk menerima segala resikonya, asal itu bisa membuatnya membalaskan dendamnya pada Aaron.
"Aku mempertaruhkan nyawaku di sini saat membawa kamu masuk, Allura. Jadi aku harap ... kamu benar-benar bisa mengikuti semua perintahku. Aku nggak mau kamu keras kepala seperti Rayi," tegas Noe sekali lagi.
Ya, membawa Allura Milena ke dalam organisasi adalah pilihan yang sangat berisiko bagi Noe. Namun, hanya itu satu-satunya pilihan yang tepat untuk dia bisa melindungi Allura saat ini. Dengan harapan Allura benar-benar bisa mematuhi arahannya.
Allura tertunduk pilu. "Jadi kakakku gugur dalam misi karena keras kepalanya?"
Noe mengembuskan napas berat dan menyentuh kedua pundak perempuan di hadapannya. "Aku mengatakan ini karena aku nggak mau kamu terluka, Allura. Ini sudah bukan waktunya untuk saling menyalahkan. Apa yang sudah terjadi pada Rayi adalah sebuah pembelajaran bagi organisasi, agar misi berikutnya kita bisa memperbaiki."
Allura mendongak menatap Noe. "Fine. Aku janji nggak akan keras kepala."
Noe tersenyum menatap kesungguhan 2 bola mata amber yang begitu indah oleh bulu lentik itu.
Bersambung...........
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sandera
RomanceTepat di hari bahagia yang akan menjadikan Allura Milena pengantin perempuan yang cantik di pesta pernikahan, Allura justru berakhir di sebuah tempat asing bersama Noe Erlangga yang menodongkan pistol ke kepalanya, memaksanya untuk membongkar kejaha...